Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 26 September 2011

Berita Media Pernyataan Sikap ISKA Terkait Bom Gereja di Solo


----- Forwarded Message -----
From: Sekretariat ISKA

1. Media Indonesia
(http://www.mediaindonesia.com/read/2011/09/26/262679/284/1/Bom-Solo-Tindakan-Keji-dan-tidak-Berperikemanusiaan)

Bom Solo, Tindakan Keji dan tidak Berperikemanusiaan

JAKARTA--MICOM: Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (PP
Iska) mengecam keras tindakan pengeboman yang terjadi di Gereja Bethel
Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, Jawa Tengah, Minggu (25/9).

Siaran pers yang diterima, Minggu (25/9), terkait bom Solo itu, PP
Iska mengecam keras tindakan pemboman yang dilakukan di saat
saudara-saudara kami dari Gereja Bethel Indonesia Sepenuh (GBIS)
melaksanakan kegiatan peribadatan.

Hal ini mengingatkan kembali pada peristiwa pemboman tempat ibadah
yang terjadi dalam kurun 1 tahun terkahir ini, di antaranya  rencana
pengeboman di Gereja Katolik Kristus Raja Solo pada Desember 2010 lalu
dan pengeboman masjid Polresta Cirebon pada April 2011 lalu.
Peristiwa-peristiwa ini jelas menunjukkan tidak adanya jaminan
keamanan beribadah bagi pemeluk agama dan kepercayaan sebagaimana
dijamin di dalam UUD 1945.

PP Iska mendesak pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang sangat
besar atas kasus pemboman tempat ibadah ini, dengan

memerintahkan jajaran aparatnya untuk dapat mengusut tuntas dan
menangkap seluruh pihak yang bertanggung jawab terhadap peristiwa
tersebut.

Diingatkan pula ada upaya yang dilakukan secara sistematis untuk
merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Itu dilihat dari kecelakaan lalu lintas yang berujung kerusuhan di
Ambon. Aksi kriminal yang menjadi kasus SARA di Makassar, serta
pembakaran pintu gereja di Poso.

Oleh karenanya, PP Iska mendesak agar aparat keamanan mampu
meningkatkan upaya pendeteksian dini atas upaya perusakan tersebut,
yang saat ini dinilai sangat lemah. (OL-2)

2. Tribunews (http://www.tribunnews.com/2011/09/25/pola-sistematis-rusak-kehidupan-beragama)

Pola Sistematis Rusak Kehidupan Beragama

Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) melihat bom bunuh diri di
Gerjak Kepunton Solo sebagai upaya sistematis untuk merusak kehidupan
berbangsa. Peristiwa bom bunuh diri di Solo mengingatkan kepada
rencana pemboman di Gereja Katolik Kristus Raja Solo pada Desember
2010 lalu dan pemboman masjid Polresta Cirebon pada April 2011.

"Peristiwa-peristiwa ini jelas menunjukkan  mengenai tidak adanya
jaminan keamanan beribadah bagi pemeluk agama dan kepercayaan
sebagaimana dijamin dalam UUD 1945," kata Ketua Umum ISKA,Muliawan
Margadana dalam rilis yang diterima Tribun, Minggu (25/9/2011).

Muliawan mengatakan rentetan peristiwa aksi kekerasan berbau Suku,
Agama, Ras dan Antar golongan (SARA) seperti  kasus kecelakaan lalu
lintas yang dalam waktu sekejap menjelma menjadi kasus agama di Ambon,
disusul kasus kriminal yang kemudian beralih menjadi kasus SARA di
Makasar dan kasus pembakaran pintu gereja di Poso.

"Oleh karenanya kami mendesak agar aparat keamanan mampu meningkatkan upaya
pendeteksian dini atas upaya perusakan tersebut, yang saat ini dinilai
sangat lemah," imbuhnya.

Muliawan mengatakan meminta aparat keamanan dapat mengusut tuntas dan
menangkap pihak yang terkait dengan aksi keji itu serta
bertanggungjawab atas peristiwa tersebut. ISKA, lanjut Muliawan, juga
mengajak seluruh masyarakat untuk tetap membangun kewaspadaan akan
adanya kemungkinan kejadian serupa di kemudian hari dan mengimbau agar
tidak ikut memperkeruh suasana dengan membuat praduga-praduga yang
justru hanya akan mengembangkan rasa saling curiga serta tidak
percaya.

"Kami juga menyampaikan keprihatinan mendalam kepada para korban luka
berat dan mendoakan agar mereka segera dipulihkan kesehatannya,"
pungkasnya.

3, Suara Pemabruan (
http://www.suarapembaruan.com/home/hmi-dan-iska-minta-polri-bongkar-jaringan-pelaku-teror-bom/11625)

HMI dan ISKA Minta Polri Bongkar Jaringan Pelaku Teror Bom

Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Pengurus Pusat
Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (PP ISKA mendesak aparat kepolisian
mengungkap aktor dan jaringan teroris yang melakukan aksi bom bunuh
diri di Gereja Betel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo Jawa Tengah,
Minggu (25/9) siang kemarin.

Mereka juga mengecam keras dan mengutuk pelaku dan aktor di belakang
aksi bom bunuh diri di GBIS tersebut. Bahkan HMI melihat aksi ini
sebagai upaya makar terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
dengan memprovokasi kondisi keberagaman di Indonesia.

"Kami mendesak Kepala BIN dan Polri untuk segera tanggap dan cekatan
mengusut tuntas persoalan kebangsaan ini," kata Ketua Umum PB HMI,
Noer Fajrieansyah dalam pernyataan sikapnya di Jakarta, Minggu (25/9)
sore.

Pada bagian lain, HMI meminta seluruh ummat beragama di Indonesia
untuk tidak terprovokasi dengan kejadian Bom Bunuh Diri di GBIS,
Kepunton Solo, Jawa Tengah.

PP ISKA dalam pernyataan tertulis yang ditandatangani ketua umumnya
Muliawan Margadana menegaskan, "Hal ini mengingatkan kita kembali pada
peristiwa pemboman tempat ibadah yang terjadi dalam kurun satu tahun
terkahir ini, di antaranya rencana pemboman di Gereja Katolik Kristus
Raja Solo pada Desember 2010 lalu dan pemboman masjid Polresta Cirebon
pada April 2011 lalu. Peristiwa-peristiwa ini jelas menunjukkan kepada
kita, mengenai tidak adanya jaminan KEAMANAN BERIBADAH bagi pemeluk
agama dan kepercayaan sebagaimana dijamin di
dalam UUD 1945," ujar Margadana.

Karena itu mereka mendesak Pemerintah Indonesia memberikan perhatian
yang sangat besar atas kasus pemboman tempat ibadah ini, dengan
memerintahkan jajaran aparatnya untuk dapat mengusut tuntas dan
menangkap seluruh pihak yang bertanggung jawab terhadap peristiwa
tersebut. "Pemerintah sebagai pemegang mandat rakyat, haruslah mampu
menjalankan nilai-nilai luhur bangsa dalam Pancasila, di mana saat ini
pemerintah dinilai banyak mengalami kegagalan karena tidak cukup
menaruh perhatian pada hal-hal mendasar, melainkan hanya disibukkan
dengan isu-isu politik elit," paparnya.

Rentetan peristiwa belakangan ini seperti kasus kecelakaan lalu lintas
yang dalam waktu sekejap menjelma menjadi kasus SARA di Ambon, disusul
kasus kriminal yang kemudian beralih menjadi kasus SARA di makasar dan
kasus pembakaran pintu gereja di Poso, seolah-olah menunjukkan adanya
upaya sistematis untuk merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat.

"Kami mengajak seluruh masyarakat Indonesia, baik kiranya untuk tetap
membangun kewaspadaan akan adanya kemungkinan kejadian serupa di
kemudian hari, dan menghimbau agar tidak ikut memperkeruh suasana
dengan membuat praduga-praduga yang justru hanya akan mengembangkan
rasa saling curiga dan adanya sikap saling tidak percaya di dalam
masyarakat," pungkasnya. [A-21]

4. Investor Dayli
(http://www.investor.co.id/national/iska-pemboman-tempat-ibadah-perbuatan-keji-dan-tak-berperikemanusiaan/20673)

ISKA: Pemboman Tempat Ibadah Perbuatan Keji dan tak Berperikemanusiaan

Keluarga besar Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (PP
ISKA) menyatakan tindakan pemboman tempat ibadah merupakan perbuatan
keji dan tidak berperikemanusiaan.

"Karena itu kami mengecam keras tindakan pemboman yang dilakukan di
saat saudara-saudara kami dari Gereja Bethel Indonesia Sepenuh (GBIS)
melaksanakan kegiatan peribadatannya," kata Muliawan Margadana Ketua
Umum PP ISKA dalam siaran persnya di Jakarta, Minggu, menanggapi kasus
ledakan bom bunuh diri yang terjadi di lingkungan GBIS, Kepunton,
Solo, Minggu pagi.

PP ISKA juga menyatakan turut berdukacita dan berbelasungkawa
sedalam-dalamnya kepada keluarga para korban yang meninggal dalam
peristiwa peledakan bom di lingkungan GBIS, Kepunton, Solo.

"Kami juga menyampaikan keprihatinan mendalam kepada para korban luka
berat dan mendoakan agar mereka segera dipulihkan kesehatannya," kata
Muliawan.

Ia mengatakan, tindakan pemboman yang dilakukan di saat umat  dari
GBIS melaksanakan kegiatan peribadatannya mengingatkan kembali pada
peristiwa pemboman tempat ibadah yang terjadi dalam kurun 1 tahun
terkahir ini, di antaranya rencana pemboman di Gereja Katolik Kristus
Raja Solo pada Desember 2010 lalu dan pemboman masjid Polresta Cirebon
pada April 2011 lalu.

"Peristiwa-peristiwa ini jelas menunjukkan kepada kita, mengenai tidak
adanya jaminan keamanan beribadah bagi pemeluk agama dan kepercayaan
sebagaimana dijamin di dalam UUD 1945," jelasnya.

Untuk itu, PP ISKA mendesak pemerintah Indonesia memberikan perhatian
yang sangat besar atas kasus pemboman tempat ibadah ini, dengan
memerintahkan jajaran aparatnya untuk dapat mengusut tuntas dan
menangkap seluruh pihak yang bertanggung jawab terhadap peristiwa
tersebut.

Menurut dia, pemerintah sebagai pemegang mandat rakyat, haruslah mampu
menjalankan nilai-nilai luhur bangsa dalam Pancasila, di mana saat ini
pemerintah dinilai banyak mengalami kegagalan karena tidak cukup
menaruh perhatian pada hal-hal mendasar, melainkan hanya disibukkan
dengan issue-issue politik elite.

PP ISKA menilai, rentetan peristiwa aksi kekerasan berbau SARA
akhir-akhir ini, seperti adanya kasus kecelakaan lalu lintas yang
dalam waktu sekejap menjelma menjadi kasus SARA di Ambon, disusul
kasus kriminal yang kemudian beralih menjadi kasus SARA di Makassar
dan kasus pembakaran pintu gereja di Poso, seolah2 menunjukkan adanya
upaya yang dilakukan secara sistematis untuk merusak sendi-sendi
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

"Oleh karenanya kami mendesak agar aparat keamanan mampu meningkatkan
upaya pendeteksian dini atas upaya perusakan tersebut, yang saat ini
dinilai sangat lemah,"  kata Muliawan.

PP ISKA mengajak seluruh masyarakat Indonesia, untuk tetap membangun
kewaspadaan akan adanya kemungkinan kejadian serupa di kemudian hari,
dan mengimbau agar tidak ikut memperkeruh suasana dengan membuat
praduga-praduga yang justru hanya akan mengembangkan rasa saling
curiga dan adanya sikap saling tidak percaya di dalam masyarakat.
(*/gor

--
                      Sekretariat
    Ikatan Sarjana Katolik Indonesia

                      Don Sisco

Jl. Sutan Syahrir No 1C/6 Jakarta, 10350

          Http://www.iska-web.org

__,_._,___
Powered By Blogger