Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 16 Juli 2015

TAJUK RENCANA: Sejarah Baru Digoreskan di Vienna (kompas)

Tidak berlebihan kalau dikatakan sejarah baru perdamaian telah digoreskan di Vienna. Ini merupakan kemenangan diplomasi atas perang.

Perjanjian kesepakatan antara Iran dan enam kekuatan besar dunia yang sering disebut sebagai P5+1, yakni lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB—Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Inggris, dan Perancis—ditambah (+) Jerman, itulah yang kita sebut sebagai sejarah baru. Iran dan kelompok P5+1 sepakat untuk membatasi program nuklir Iran dan sebagai gantinya pencabutan sanksi.

Mereka bersepakat mengurangi mesin pemisah partikel nuklir menjadi dua pertiga, dari 19.000 menjadi 6.104 buah, dan dari jumlah itu hanya 5.060 yang akan digunakan untuk memperkaya uranium untuk jangka waktu 10 tahun. Iran juga harus mengurangi pengayaan uranium 98 persen menjadi 300 kilogram untuk jangka waktu 15 tahun. Selain itu, Iran juga wajib mengizinkan pengawas Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengakses fasilitas nuklirnya selama 20 tahun.

Namun, Teheran masih boleh melanjutkan program nuklirnya untuk tujuan damai. Sebaliknya, sanksi terhadap Iran akan dicabut. Yang pertama kali menjatuhkan sanksi ekonomi dan militer adalah AS (2005), sejak pecah krisis di antara kedua negara pada tahun 1979. DK PBB pun menjatuhkan sanksi terhadap Iran sejak tahun 2006. Sanksi ekonomi dan embargo dijatuhkan pula oleh Uni Eropa dan sejumlah negara lain, antara lain Jepang, Korea Selatan, Kanada, Australia, dan Swiss.

Akibat sanksi ekonomi itu sangat dirasakan oleh negeri berpenduduk sekitar 80 juta jiwa itu. Menurut International Affairs Review, inflasi pada Juni lalu saja mencapai 22,2 persen. Harga ayam naik 30 persen dan harga sayur-mayur naik hampir 100 persen. Pasar gelap bermunculan, terutama pasar uang. Pemutusan hubungan kerja dari waktu ke waktu makin banyak. Dan, yang pasti, Iranterputus dari pergaulan internasional.

Kini, dengan kesepakatan yang dicapai di Vienna itu, terbuka pintu bagi Iran untuk masuk dalam pergaulan internasional. Yang lebih penting lagi, dengan dicabutnya sanksi ekonomi dan perdagangan, peluang untuk berkembangnya perekonomian Iran terbuka lebar. Apalagi, Iran memiliki potensi besar selain sebagai salah satu penghasil minyak dunia.

Memang, kesepakatan yang merupakan capaian pemerintahan Obama—yang dicanangkan sejak pertama kali dilantik jadi presiden (2009)—juga mendapat tantangan di dalam negeri AS. Tantangan dan kecaman juga datang dari sekutu AS, seperti Israel, yang menganggap kesepakatan itu sebagai "kesalahan sejarah". Namun, apa pun, terlepas bagaimana pelaksanaan kesepakatan Vienna itu, kesepakatan itu adalah sebuah capaian besar yang pantas diapresiasi. Inilah kemenangan diplomasi atas perang.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Sejarah Baru Digoreskan di Vienna".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger