Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 15 Juli 2015

TAJUK RENCANA: Simalakama Yunani (Kompas)

Melalui negosiasi maraton 17 jam di Brussels, Eropa dan Yunani berhasil menyepakati dana talangan ketiga 86 miliar euro bagi Yunani.

Benarkah kesepakatan ini mampu menjamin diakhirinya krisis Yunani dan risiko keluarnya Yunani dari zona euro (Grexit)? Berdasarkan kesepakatan, dana talangan dari Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM) akan dicairkan dalam tiga tahun, dengan syarat Yunani menjalankan komitmen program reformasi yang ditetapkan kreditor internasional.

Sebagian kalangan mungkin lega dengan berakhirnya kebuntuan antara kreditor dan Yunani. Namun, dicapainya kesepakatan ini saja tak menjamin solusi instan terhadap krisis yang dihadapi Yunani.

Pertama-tama, PM Yunani Alexis Tsipras harus mampu meyakinkan parlemen negaranya untuk menyetujui kesepakatan itu dalam tiga hari ini. Risiko parlemen menolak bisa muncul jika reaksi kemarahan rakyat yang merasa dikhianati Tsipras lewat kesepakatan ini memuncak.

Mayoritas rakyat memberikan dukungan dalam pemilu dan referendum kepada Tsipras dengan mandat mengakhiri program pengetatan. Kesepakatan dengan Eropa jelas tak menuntun ke pengakhiran program penghematan, sebaliknya menjebak Yunani dalam komitmen program reformasi yang akan memiliki konsekuensi sangat berat bagi ekonomi dan rakyat Yunani beberapa tahun ke depan.

Peraih Nobel Ekonomi Paul Krugman menyebut kesepakatan ini penghinaan dan penghancuran total terhadap kedaulatan nasional Yunani; hukuman atas pembangkangan Yunani, yang hanya akan kian perburuk ekonomi Yunani.

Pil pahit paket program reformasi itu merupakan isu yang selama ini amat sensitif dan ditentang Yunani, meliputi perampingan sistem Pajak Pertambahan Nilai dan perluasan basis pajak, perombakan sistem pensiun, liberalisasi pasar tenaga kerja, penguatan sektor finansial, dan privatisasi aset negara termasuk jaringan transmisi listrik.

Melalui program privatisasi, Yunani harus menyerahkan aset negara senilai 50 miliar euro kepada lembaga dana perwalian. Aset akan dijual, sebagian besar untuk menutup utang ke kreditor. Banyak kalangan meyakini tambahan utang yang diberikan kreditor tak akan mampu dibayar kembali oleh Yunani. Dana talangan ketiga akan membuat negara itu kian terjebak dalam perangkap utang.

Sebagai gambaran, dana talangan kedua, diperkirakan baru akan lunas 2054. Artinya, dengan dana talangan ketiga, semakin lama Yunani dalam krisis utang. Selama utang belum lunas, Yunani tak akan bisa mengakhiri program dengan Troika, seperti Indonesia yang baru bisa lepas dari IMF tahun 2003 atau enam tahun setelah krisis 1997.

Kesepakatan juga tak menjamin Yunani tetap bertahan di zona euro, kendati Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan, kesepakatan ini mengakhiri spekulasi soal Grexit. Ke mana arah Yunani pasca kesepakatan, masih harus kita tunggu beberapa hari ke depan. Yang sudah pasti, lewat program reformasi, Yunani memasuki masa paling menyakitkan selama krisis, yang jika bisa dilalui secara disiplin mungkin akan menuntun ke situasi lebih baik.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Simalakama Yunani".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger