Kejadian itu menewaskan 50 orang dan melukai 53 orang lainnya, dan disebut sebagai penembakan terburuk dalam sejarah modern Amerika Serikat.
Setelah diserbu polisi, pelaku tewas dan diketahui bernama Omar Siddiqui Mateen, berusia 29 tahun, dan keturunan Afganistan.
Menanggapi peristiwa di kelab malam Pulse itu, Presiden Barack Obama menyatakan itu merupakan aksi teror dan aksi kebencian. Pemimpin AS ini juga menegaskan, peristiwa di Orlando mengingatkan bahwa serangan terhadap warga AS mana pun, tanpa mempersoalkan ras, etnisitas, agama, dan orientasi seksualnya, adalah "serangan terhadap kita semua dan juga serangan terhadap nilai-nilai fundamental kesetaraan dan keluhuran yang menjadikan kita sebagai sebuah negara".
Sebelum ini di AS sudah terjadi sejumlah penembakan yang mengentakkan bangsa yang mengizinkan kepemilikan senjata api ini, seperti penembakan di sekolah di Newton (Connecticut), di gereja di Charleston (South Carolina), dan gedung bioskop Aurora (Colorado).
Pembunuhan massal itu oleh Obama juga dikaitkan dengan kemudahan untuk memperoleh senjata api. "Kita harus memutuskan, apakah itu merupakan negara yang kita inginkan," katanya seperti dikutip CNN.
Dari delapan penembakan yang banyak disorot publik sejak Juli tahun silam, menurut data yang dikumpulkan majalahMother Jones, tujuh di antaranya menggunakan senjata model senapan serbu seperti halnya jenis AR-15.
Jenis senapan ini sudah dilarang pada tahun 1994. Namun, larangan itu berakhir tahun 2004 dan Kongres AS memilih tidak memperbarui larangan tersebut.
Hal lain yang juga kita simak dari kejadian di Orlando itu adalah sigapnya bakal calon presiden AS menyambar isu yang dipandang bisa untuk mendukung kampanyenya. Donald Trump segera menyerukan untuk memperlihatkan otot lebih kuat guna menghadapi terorisme. Ia juga mendapat ucapan selamat bahwa apa yang ia usung dalam kampanyenya "benar". Sebaliknya Hillary Clinton menyebut aksi itu sebagai "tindakan teror" dan menyerukan pembatasan lebih ketat terhadap (peredaran) senjata.
Dari pernyataan di atas, orang dapat menyimpulkan perbedaan pandangan dari dua bakal calon presiden itu terhadap isu seperti penembakan di Orlando. Bagi Trump, yang bertekad memerangi terorisme agamis, kejadian seperti di Orlando hanya bisa dihentikan jika AS bersikap keras, cerdas, dan awas.
Presiden Obama masih menunggu penyelidikan soal motif pelaku, sedangkan Hillary Clinton tampaknya lebih fokus pada kebijakan membatasi peredaran senjata api.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar