Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 14 Agustus 2018

Kembali Lawan Kekeringan//Perhubungan dan Jakarta-Cikampek//Bayar Balik Penerbangan (Surat Pembaca Kompas)


Kembali Lawan Kekeringan

Harian Kompas edisi Sabtu, 28 Juli 2018, menurunkan tulisan "Petani Melawan Kekeringan". Sentra-sentra pangan nasional didera kekeringan dan gagal panen.

Di Kabupaten Indramayu, sentra pangan Jawa Barat, petani menyelesaikan sendiri masalah kekeringan. Mereka mengeluarkan biaya demi air, berkompetisi menyedot air tersisa, hingga putar otak mencari sumber penghasilan lain saat sawahnya puso. Kondisi itu terjadi setiap kemarau tiba.

Kementerian Pertanian yakin produksi pangan akan aman. Luas kekeringan diprediksi tak lebih dari 100.000 hektar, jauh lebih kecil dibandingkan dengan luas tanam
8 juta hektar. Hanya itu jawabannya.

Tidak hanya air yang kering, tetapi kami merasakan air mata petani juga sudah kering karena kejadian ini selalu berulang. Judul tulisan Kompas itu seharusnya "Petani Kembali Melawan Kekeringan".

Belum sebulan yang lalu kami pergi ke kawasan Indramayu, tepatnya Cipancuh, Kecamatan Haurgeulis. Di sana ada Waduk Cipancuh. Warga setempat mengenalnya sebagai Wadukan. Terlihat waduk itu kering dan sepertinya sudah lama tak pernah dikeruk. Jalan sekitarnya terlihat pernah ada perbaikan, tetapi tidak dilanjutkan. Masih tersisa batu-batu besar sehingga kendaraan roda dua pun sulit lewat.

Mohon perhatian pihak terkait: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat melanjutkan pengerukan dan merevitalisasi keberadaan waduk tersebut sehingga petani tak harus selalu kembali melawan kekeringan dengan mesin pompa menyedot air yang tak seberapa, mengais tanah agar air tetap mengalir, dan Kementerian Pertanian akan lebih yakin produksi pangan akan aman. Di samping itu, ekonomi kerakyatan akan berkembang dengan usaha perikanan, rumah makan dengan menu ikan segar, serta pariwisata air.

JIMMY SANDJAJA
Tanjung Duren Selatan, Jakarta Barat

Perhubungan dan Jakarta-Cikampek

Sudah lama kemacetan parah terjadi di sepanjang Tol Jakarta-Cikampek. Segenap pemakai jalan berharap agar pekerjaan proyek LRT segera tuntas sehingga kemacetan terurai. Namun, berdasarkan pengamatan saya yang hampir tiap hari melintasi jalan itu, penyebab utama kemacetan bukan proyek LRT, melainkan yang berikut.

Pertama, ruas jalan tol itu rata-rata empat jalur. Kendaraan besar, seperti bus dan berbagai jenis truk, bisa mengokupasi jalur ketiga dan keempat. Dengan kecepatan 25 km/jam, bus dan truk itu memasrahkan kendaraan lain ikut gerakan mereka.

Kedua, penyempitan di beberapa titik dan meleburnya arus dari Jakarta dan dari lingkar luar.

Ketiga, arus Cikampek-Jakarta macet karena banyak kendaraan mau masuk ke lingkar luar, melambat, dan mencari kesempatan ke kiri sehingga kendaraan dari belakang juga harus melambat dan menumpuk hingga 20 kilometer.

Saya mengusulkan agar kepala Dinas Perhubungan Darat beserta Menteri Perhubungan menjalani jalur Jakarta-Cikampek dengan mobil pribadi tanpa pengawal selama seminggu berturut-turut agar lebih paham kondisi dan segera memberikan solusi terbaik.

Irwanto
Jakarta Utara

Bayar Balik Penerbangan

Air Asia adalah salah satu maskapai penerbangan yang sering saya tumpangi. Saat sepupu saya mudik, saya menyarankan naik Air Asia dan membeli tiket melalui Tiket.com, dengan kode pemesanan QQ41YG.

Namun, penerbangan tersebut ditunda Air Asia. Saya memilih tiket dibayar balik melalui e-form Air Asia yang saya lakukan pada bulan puasa lalu. Sampai sekarang dana belum kembali ke kartu kredit saya.

Amorta Sitepu
Jalan Palmerah Utara 1 Jakarta Barat

Kompas, 14 Agustus 2018


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger