Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 18 Juni 2019

Langganan Koran ”Kompas”//Koreksi Penular Cacar Monyet AS//EYD dan PUEBI//Korupsi Pertamina (Surat Pembaca Kompas)


Langganan Koran "Kompas"

Saya ingin menyampaikan sumbang saran perihal langganan koran Kompas dan penerbitan lainnya. Kita tahu, Kompas dan Gramedia berinduk pada perusahaan yang sama, dengan menerbitkan harian Kompas, mingguan dan harian Bola, majalah Bobo, Nova, Hai, dan Intisari yang melegenda. Semua sangat dirindukan oleh pembaca dan penggemarnya. Semua pernah mengalami masa emasnya.

Sekarang, di pelbagai kota di Jawa seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon, Tasikmalaya, Purwokerto, Yogyakarta, Magelang, Semarang, Solo, Madiun, Surabaya, Malang, Jember, dan seterusnya setiap Minggu pagi (pukul 07.00-09.00) mengadakan car free day.

Saya ingat pepatah "tak kenal maka tak sayang". Saya yakin Kompas Gramedia mempunyai perwakilan di kota-kota di atas. Saya sumbang saran, Kompas Gramedia mengadakan promosi setiap car free day karena pengunjung dari anak-anak, remaja, sampai orang tua ada.

Keluarkan majalah yang masih di gudang dan dijual dengan harga promosi. Apabila mereka bermaksud berlangganan, berikanlah harga promosi 1-3 bulan, baru selanjutnya harga normal. Perusahaan perlu promosi berkala agar terus dikenal.

A Kadarwanto
Randusari, Makamhaji, Kartasura


Koreksi Penular Cacar Monyet AS

Sehubungan dengan berita tentang "Waspadai Cacar Monyet" di Kompas (16/5/2019) yang menyebutkan bahwa penular cacar monyet di Amerika Serikat tahun 2003 adalah "anjing piaraan", izinkan saya mengoreksinya.

Penularnya secara awam memang disebut "prairie dog" (Cynomis sp), tetapi terjemahannya bukan anjing, melainkan hewan pengerat pemakan rumput (rodensia, herbivora). Kalau disebut sebagai "anjing piaraan" akan menakutkan banyak orang, terutama pencinta anjing.

Tulisan saya tentang "Cacar Monyet Menyerang Amerika" pernah dimuat di Kompas lebih dari 15 tahun silam (17/6/2003).

Soeharsono Drh PhD
Praktisi Hewan Kecil
di Denpasar

Catatan Redaksi:

Terima kasih atas koreksi yang disampaikan.


EYD dan PUEBI

Tertarik dengan Surat Pembaca Kompas (14/5/2019) mengenai "Salut, Bahasa 'Kompas'", saya ingin usul tentang Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang diganti dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sejak 2015. Perkembangan bahasa dituangkan dalam PUEBI agar bahasa Indonesia dapat mengikuti perkembangan.

Generasi 1980 dan 1990-an sangat mengenal EYD. Saat mengikuti bahasa Kompas, pasti ada yang heran dengan bahasa yang dipakai.

Contoh: kata pesona. Dulu kata ini tidak luluh menjadi mempesona. Namun, sekarang dalam Kompas menjadi memesona. Perbedaan-perbedaan inilah yang harus diketahui oleh pembaca.

Saya usul supaya Kompas dalam rubrik Bahasa menerangkan perbedaan-perbedaan kata tersebut sehingga bisa menambah pengetahuan.

Vita Priyambada
Kompleks Perhubungan,
Jakarta, 13620

Korupsi Pertamina

Saya terenyak membaca Kompas (25/5/2019) tentang dugaan korupsi di tubuh Pertamina. Selain jadi "sapi perah", BUMN ini juga dirongrong dari dalam oleh direksinya, yang notabene kaum terdidik yang seharusnya menjaga marwah amanah publik.

Pertamina sebagai pemegang tunggal regulasi bahan bakar minyak (BBM) kebijakannya berdampak luas terhadap nasib jutaan anak bangsa.

Saya setiap hari pergi-pulang naik motor berboncengan dengan istri dan anak demi penghematan BBM dan keterbatasan keuangan. Sungguh kontradiktif dengan kerugian negara Rp 568 miliar akibat kesalahan Pertamina.

Yes Sugimo

Melatiwangi, Cilengkrang, Bandung, 40616


Kompas, 18 Juni 2019


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger