Gubernur Riau Syamsuar meminta izin kepada Menteri Koordinator Perekonomian agar membolehkan aparat sipil negara dari Riau mengambil rute transit di Malaysia atau Singapura untuk perjalanan dinas dalam negeri. Tujuannya, untuk mendapat harga tiket yang lebih murah dibandingkan dengan harga tiket dari penerbangan domestik. Inisiatif Gubernur Riau itu menjadi tawaran alternatif menghemat anggaran pemerintah provinsi sesuai pagu anggaran (Kompas, 17/6/2019).

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Petugas menyiapkan kargo yang akan diangkut pesawat di terminal keberangkatan domestik Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Minggu (13/1/2019). Maskapai Lion Air dan Citilink berencana untuk menerapkan bagasi berbayar bagi penumpang penerbangan domestik.

Dampak tiket pesawat mahal tampak dalam beberapa wujud. Dari data Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, jumlah penerbangan menurun 31,3 persen daripada tahun sebelumnya. Selama musim Lebaran 2019, jumlah penumpang pesawat menurun 27,23 persen ketimbang 2018. Menurut Kepala Litbang Kementerian Perhubungan Sugihardjo, dari total 18,34 juta pengguna jasa angkutan, penumpang pesawat hanya 3,52 juta. Jumlah ini turun dari jumlah tahun 2018 yang banyaknya 4,85 juta.

Untuk Pekanbaru, misalnya, seperti dijelaskan Executive General Manager Bandara SSK II Pekanbaru Jaya Tahoma Sirait, menurunnya jumlah penerbangan menimbulkan dampak besar. Sampai Mei, pihaknya mengalami kerugian potensial sebesar Rp 3 miliar per bulan.

Selain penumpang beralih ke moda angkutan darat dan air, fenomena lain adalah pergeseran tujuan wisata, yaitu ke luar negeri, terutama ke negara tetangga, Malaysia dan Singapura. Pergeseran ini menyebabkan turunnya pendapatan di sektor pariwisata, seperti dialami oleh hotel, penginapan, perajin suvenir, dan produsen makanan oleh-oleh.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Pesawat Lion Air di terminal keberangkatan domestik Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Minggu (13/1/2019).

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia Wilayah Riau Dede Firmansyah mengatakan, dominasi bisnis pesawat domestik oleh grup Garuda Indonesia dan Lion Air sudah tidak sehat dan memberatkan masyarakat. Maskapai penerbangan memiliki argumen dengan menerapkan tarif tinggi. Ini terutama dikaitkan dengan mahalnya cicilan sewa pesawat dan sebagian pembelian avtur yang menggunakan mata uang dollar AS. Ada kesenjangan besar antara pendapatan dalam rupiah dan pengeluaran dalam dollar AS.

Pemerintah sebagai regulator dihadapkan pada tantangan untuk menemukan keseimbangan, antara kepentingan maskapai dan kepentingan pengguna jasa. Di sini juga muncul pandangan untuk mengaudit komponen biaya penerbangan sehingga bisa diperoleh harga tiket yang lebih tepat dengan kemampuan masyarakat pengguna.

Tingginya harga tiket pesawat, menurut pengamat penerbangan Chappy Hakim, hanya puncak gunung es dari berbagai masalah di penerbangan nasional. Ide mengundang maskapai asing, menurut Chappy, bertentangan dengan prinsip kabotase, di mana maskapai asing dilarang melayani rute domestik. Mengingat penerbangan menjadi salah satu tulang punggung transportasi nasional, kita mendorong ditemukannya solusi yang adil, baik bagi maskapai maupun masyarakat.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO