Namun, kesadaran itu harus diikuti strategi pembinaan dan pembiayaan yang tepat serta menentukan prioritas cabang olahraga yang diharapkan bisa berprestasi dalam jangka panjang. Seusai pergelaran Asian Games lalu, Indonesia mulai menerapkan anggaran pelatnas dengan sistem kluster, cabang olahraga yang berprestasi tinggi mendapat alokasi dana lebih banyak dibandingkan dengan cabang yang kurang berprestasi.
Sistem pendanaan baru memang menyulitkan pemunculan atlet andalan baru dari cabang olahraga di kluster rendah. Akan tetapi, sistem ini sudah jamak di dunia. Pengurus olahraga kluster rendah harus kreatif mencari sumber pendanaan demi perbaikan prestasi atlet mereka.
Khusus untuk SEA Games yang kini ditetapkan menjadi ajang regenerasi dan pengembangan atlet muda, masih terlihat kurang sinkron dengan target medali emas. Target inilah yang sering membuat pengurus menggunakan segala cara untuk mencapainya meski kadang lewat tindakan kurang sportif.
Kita mendukung SEA Games sebagai ajang multi-event di kawasan Asia Tenggara, menjadi pijakan untuk meraih prestasi lebih tinggi, seperti Asian Games, bahkan Olimpiade. Namun, apakah kita perlu memiliki target di arena multi-event itu, perlu dibuat kesepakatan bersama.
Apakah target cabang olahraga tertentu dapat dialihkan dari ajang multi-event ke single event seperti kejuaraan Asia atau dunia? Kesepakatan ini penting sehingga sejak awal masyarakat tahu cabang olahraga apa yang prestasinya bisa mencapai tingkat dunia, atau Asia, atau mungkin hanya di tingkat Asia Tenggara.
Ada yang bilang hanya cabang terukur seperti atletik dan renang, yang prestasinya bisa diprediksi, berbeda dengan olahraga permainan yang agak susah diprediksi. Pernyataan itu bisa dibilang ketinggalan zaman, mengingat hampir semua olahraga permainan punya kalender tahunan yang terjadwal sehingga prestasi atlet bisa dilihat dan dipantau setiap saat.
Kita juga harus ingat bahwa olahraga tak lagi bisa dipisahkan dari ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Bahkan, sentuhan iptek terasa dominan pada beberapa cabang olahraga tertentu. Inilah yang masih menjadi kendala mengingat sebagian pelatih kita kerap lebih mengandalkan pengalaman saat menjadi atlet ketika mereka berkarier sebagai pelatih.
Pada SEA Games Filipina ini, kita memilih untuk memberangkatkan 60 persen atlet muda dari total 841 atlet yang berangkat. Mereka akan turun di 424 nomor pertandingan dari 52 cabang, dengan target 45 medali emas.
Dibandingkan jumlah nomor yang masing-masing menyediakan medali emas, target itu boleh dibilang ringan. Namun, yang harus diingat, SEA Games hanya menjadi sasaran antara, dan para atlet muda itu butuh pengalaman bertanding untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Kita tak perlu buru-buru menyalahkan mereka jika target ini tidak tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar