Duka masih menyelimuti ratusan korban yang kehilangan keluarga dan harta benda akibat bencana alam itu. Duka yang sama awal tahun lalu juga melanda warga Kota Manado, Sulawesi Utara, akibat banjir bandang. Bencana alam di Banjarnegara dan Manado merupakan dua peristiwa memilukan yang melanda Tanah Air pada 2014 ini. Bencana alam serupa—banjir, banjir bandang, dan longsor—terjadi di hampir semua daerah.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, banjir bandang yang melanda Manado, 15 Januari 2014, terjadi akibat kerusakan ekologi. Terutama, karena perubahan fungsi lahan di perbukitan Manado menjadi perumahan, ditambah dengan reklamasi dan penyempitan sungai yang dirambah untuk perumahan. Sedikitnya 19 orang meninggal dan sekitar 40.000 jiwa mengungsi. Kerugian materiil diperkirakan Rp 1,8 triliun. Kerugian nirmaterial tak terhitung besarnya.
Pernyataan Jusuf Kalla mengingatkan bangsa ini tentang bencana alam akibat ulah manusia. Alih fungsi lahan menjadi penyebab sejumlah bencana yang berkaitan: banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.
Ketika menjelang akhir tahun ini bencana alam melanda Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, bangsa ini kembali tersentak, kembali berduka. Sampai Senin (15/12), 56 orang ditemukan meninggal dan 52 orang hilang, diduga tertimbun longsoran. Bencana yang merenggut begitu banyak jiwa itu juga akibat kerusakan ekologi. Alih fungsi lahan dituding memicu runtuhnya tanah di perbukitan dan menerjang permukiman penduduk di bawahnya.
Tanah longsor di Banjarnegara seakan-akan menjadikan 2014 sebagai tahun bencana. Pada awal musim hujan akhir tahun ini, banjir dan tanah longsor telah melanda sejumlah daerah di Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Bencana alam banjir dan longsor dimulai saat bencana lain, kekeringan dan kebakaran lahan, baru berakhir.
Selama 2014, Januari adalah bulan dengan angka bencana tertinggi yang melanda sebagian besar kawasan di Indonesia. Selain banjir bandang Manado, banjir juga melanda Jawa. Di Jakarta banjir menggenangi 564 rukun tetangga di 30 kecamatan. Ketinggian air sekitar 5 sentimeter hingga 3 meter. Ini membuat 30.784 warga harus mengungsi.
Di Jawa, banjir hampir merata di semua wilayah, mulai Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur. Banjir di Kabupaten Subang, Jawa Barat, menyebabkan jalur utama pantura putus. Ruas jalan negara itu juga terputus di Kabupaten Indramayu setelah banjir menggenangi kawasan Patrol dengan ketinggian air semula 1,5 meter. Jalur utama distribusi ekonomi terhenti. Banjir di Jawa Tengah kala itu pun terjadi di sejumlah wilayah utara, seperti Kota dan Kabupaten Pekalongan, Kota Semarang, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati. Di luar Jawa, banjir terjadi di sejumlah wilayah di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
Bukanlah tiba-tiba
Beragam bencana yang terjadi di Indonesia saat ini bukanlah sesuatu yang tiba-tiba. Ada proses yang mendahuluinya. Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Amien Widodo mengatakan sumber utama banjir, banjir bandang, dan tanah longsor adalah penggundulan hutan yang kian masif. Alih fungsi hutan untuk pertanian, perkebunan, dan permukiman membuat air hujan yang turun tak dapat diserap tanah dan langsung mengalir menuju tempat yang lebih rendah.
Di Jawa Tengah bagian tengah-barat, seperti Banjarnegara, Wonosobo, dan Temanggung, alih fungsi lahan itu begitu nyata. Saat kita menuju kawasan wisata Dieng, misalnya, perbukitan telah berubah menjadi kebun sayur-mayur. Pemandangan serupa tampak di wilayah selatan Kabupaten Bandung, seperti di Ciwidey. Di Jawa Timur, salah satu kawasan dengan kondisi serupa dapat dilihat di sepanjang jalan di wilayah Probolinggo menuju Gunung Bromo.
Kerusakan alam yang demikian masif terjadi pula di pulau lain. Di Sumatera, kerusakan wilayah hulu Sungai Musi akibat penebangan liar dan perambahan membuat sungai sepanjang lebih dari 1.000 kilometer itu selalu meluap saat musim hujan tiba. Akibatnya, daerah hilir seperti Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin, dan Palembang, rutin dilanda banjir akibat Sungai Musi meluap. Di daerah tetangganya, Provinsi Jambi, kerusakan alam akibat penebangan di wilayah hulu Sungai Batanghari membuat sungai tersebut kerap meluap membanjiri wilayah hilir.
Upaya pemerintah
Banjir, banjir bandang, dan tanah longsor terjadi akibat ulah manusia yang merusak alam. Upaya pemerintah mencegah pembalakan liar dan perambahan tak terlihat. Perusakan terus terjadi, bencana alam tak kunjung berkurang. Pembalakan liar dan perambahan hutan diperparah lagi dengan aksi perusakan lain: pembakaran lahan dan hutan pada musim kemarau yang membuat alam kian rusak.
Pemerintah pun tak mampu mencegah aksi yang dilakukan segelintir orang ini. Padahal, pembakaran lahan selama berbulan-bulan telah menyebabkan bencana bagi manusia dalam bentuk kabut asap.
Pada Desember ini, wilayah lain di Sumatera, yakni Aceh dan Sumatera Utara, telah terlebih dahulu dilanda banjir di beberapa daerah. Di Aceh, banjir telah beberapa kali terjadi di Banda Aceh dan Aceh Besar. Di Sumatera Utara, salah satunya di Kabupaten Tapanuli Tengah. Banjir berhari-hari melanda kawasan itu.
Badan Penanggulangan Bencana Nasional mencatat dampak kerugian dan kerusakan banjir dan longsor pada 2014: banjir Jakarta Rp 5 triliun, banjir dan longsor di 16 kabupaten dan kota di Jawa Tengah (belum termasuk Banjarnegara) Rp 2,01 triliun, serta banjir bandang di Sulawesi Utara Rp 1,4 triliun. Banjir di pantai utara Jawa (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur) Rp 6 triliun.
Badan Penanggulangan Bencana Nasional mencatat bahwa riwayat data kejadian bencana di Indonesia menunjukkan Januari merupakan bulan paling sering terjadi bencana alam. Siklus bencana di Indonesia menunjukkan mulai ada peningkatan pada November, Desember, dan Januari. Pada bulan-bulan selanjutnya bencana cenderung menurun.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Nasional, mulai November lalu, di sebagian besar wilayah Indonesia yang memasuki musim hujan telah mulai dilanda banjir, angin puting beliung, dan tanah longsor. Saat ini 61 juta jiwa penduduk yang tinggal di 315 kabupaten dan kota berada di daerah bahaya banjir mulai sedang hingga tinggi. Sebanyak 124 juta jiwa yang tinggal di 274 kabupaten dan kota juga berada di daerah longsor mulai sedang hingga tinggi.
Musim hujan diprediksi mencapai puncaknya Januari nanti. Saat itu biasanya hujan mengguyur setiap hari sebagian besar wilayah Indonesia. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus mewaspadai bencana banjir, banjir bandang, dan longsor yang kemungkinan terjadi. Apalagi pembenahan kawasan hulu sungai atau bukit dan lereng tempat terjadinya penebangan liar dan perambahan belum dilakukan sepanjang tahun ini. Mitigasi bencana hendaknya dilakukan terus-menerus. Peristiwa memilukan Banjarnegara dan daerah lain jangan sampai terulang.
(agus mulyadi)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010592468
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar