Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 04 Juli 2016

Perbaiki Jalan Warga//Berita Lapindo//Telepon Mati (Surat Pembaca Kompas)

Perbaiki Jalan Warga

Kepada Pemerintah Kabupaten Semarang, kami berharap jalan kami segera diperbaiki. Jalan yang sudah rusak parah itu bernama Jalan Baru Sukorini, terletak di lingkungan Kalibelang RT 002 RW 004, Kelurahan Wujil, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.

Jalan tersebut merupakan jalur utama masyarakat untuk berangkat dan pulang kerja, ke sekolah, sembahyang, dan berbagai aktivitas lainnya. Jalan itu memang menjadi akses masuk dari SD Negeri 2 Wujil dan Masjid Wahyu.

Selama bertahun-tahun, jalan dibiarkan rusak. Kerusakan akibat kerap dilalui truk bermuatan berat. Selokan kecil di sepanjang jalan yang tidak lancar alirannya turut menyumbang kerusakan. Jika hujan deras, air selokan meluap menggenangi jalan sehingga aspal mengelupas.

Jalan itu kini hampir menyerupai sungai kering: berlubang dan banyak yang bergelombang. Warga setempat sejak lama mengeluhkan dampaknya, termasuk bertambah banyaknya suku cadang kendaraan yang harus segera diganti karena terperosok lubang-lubang.

Mohon Pemerintah Kabupaten Semarang beserta pejabat berwenang segera menyurvei dan memperbaiki jalan tersebut. Semoga amal baiknya dibalas Yang Maha Esa.

FALAKHUDDIN

Kalibelang RT 002 RW 004 Wujil, Ungaran, Kabupaten Semarang

Berita Lapindo

Saya terkejut membaca tulisan "Bencana dan Keberuntungan: 10 Tahun Lumpur Lapindo", yang dimuat di harian Kompas(14/6), halaman 22. Saya disebut sebagai calo tanah dan menekan korban lain untuk mau melepaskan tanah dan rumah dengan harga terendah.

Dengan ini saya menyatakan bahwa semua yang dituturkan tentang saya adalah tidak benar. Saya tidak pernah menjadi calo tanah, apalagi dengan tujuan memperkaya diri. Pemberitaan itu bertentangan dengan sikap saya yang justru menyarankan warga untuk tidak menjual tanah tanpa kejelasan dari Lapindo.

Saya juga mempertanyakan penyebutan janda dua anak. Saya memang berstatus janda dengan dua anak, tetapi saya menyebut diri sebagai orangtua tunggal sejak suami saya meninggal.

Selama ini saya dan para korban Lapindo lainnya terus berusaha mendapatkan dukungan dari berbagai pihak untuk memperjuangkan nasib kami, yang terus-menerus ditipu oleh Lapindo dan pemerintah.

Pemberitaan Kompas yang menuduh saya menjadi calo tanah untuk memperkaya diri sendiri merupakan bentuk pencemaran nama baik yang menyakiti harga diri dan merugikan saya sebagai korban Lapindo.

Karena itu, saya meminta Kompas untuk mencabut berita tersebut dan memulihkan nama baik saya dengan meminta maaf secara terbuka selama tiga hari berturut-turut.

HARWATI

Dusun Candi Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo

CATATAN REDAKSI:

Terkait penulisan di atas, bahan tulisan disusun berdasarkan penuturan Harwati, saat diwawancarai Kompas bersama wartawan lain, di tanggul lumpur Lapindo titik 21 Desa Siring, Kecamatan Porong, 26 Mei 2016.

Saat wawancara, Harwati sedang makan bersama perempuan sesama pengojek di pos ojek dengan menu mujair bakar. Ia menuturkan bahwa dirinya pernah menjadi calo tanah agar pembayaran ganti rugi aset orangtuanya bisa langsung dilunasi.

Harwati lebih lanjut menjelaskan, karena pernah menjadi calo dia bisa cerita bahwa calo-calo itu memang mendapat keistimewaan dari Lapindo, termasuk dirinya, dengan ganti rugi dibayar lunas. Sementara korban lumpur lainnya ikut skema pembayaran uang muka 20 persen dan 80 persen sisanya dicicil.

Namun, karena merasa takut dengan cara yang tidak sesuai hati nurani ini, Harwati memutuskan berhenti menjadi calo dan memilih menjadi tukang ojek.

Dalam hal penyebutan janda dua anak, hal itu berdasarkan penjelasan Harwati bahwa suaminya meninggal tahun 2008 dan kedua anaknya masih usia sekolah. Harwati tidak menyebut dirinya orangtua tunggal.

Telepon Mati

Telepon kantor kami mati sejak 13 Juni 2016. Saya langsung melapor dengan nomor IN 5366199. Jawaban dari Telkom akan cek jaringan, dalam 2 x 24 jam. Ternyata tidak datang.

Senin (20/6) kami ke Telkom Pusat di Kebon Sirih, melaporkan telepon 021-63855xx mati total. Janjinya teknisi akan datang hari itu juga. Lagi-lagi tidak datang.

Sampai hari ini telepon tidak berdering. Kami sangat dirugikan karena empat linemati semua.

BAMBANG SUKIATNO

Cideng Barat 41 D Jakarta Pusat

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Juli 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger