Moody's Investor Service menaikkan satu level peringkat utang jangka panjang dalam valas RI dari Baa3 dengan outlook positif menjadi Baa2 dengan outlook stabil.
Peringkat ini menempatkan Indonesia pada peringkat layak investasi (investment grade), sejajar dengan Filipina dan India.
Kenaikan peringkat ini semacam penegasan membaiknya fundamen dan stabilitas makro perekonomian Indonesia, yang ditopang oleh kebijakan fiskal dan moneter yang kredibel dan berhati-hati (prudent). Terjaganya bantalan finansial yang kokoh juga membuat Moody's meyakini daya tahan Indonesia menghadapi kemungkinan gejolak yang bersumber dari faktor global.
Membaiknya daya tahan perekonomian terhadap potensi guncangan eksternal ini tecermin dari membaiknya external vulnerability indicator, yakni rasio utang jangka pendek dan utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam setahun ke depan, terhadap cadangan devisa, yakni sebesar 51,3 persen.
Rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) memang meningkat, terutama dengan meningkatnya pembiayaan pembangunan untuk infrastruktur, tetapi angkanya masih di bawah rata-rata negara-negara berperingkat layak investasi yang 39-46,2 persen. Sebagian besar utang juga utang jangka panjang.
Kebijakan fiskal yang prudent tecermin dari defisit APBN terjaga di bawah 3 persen dari PDB. Perbaikan fundamen ekonomi juga ditopang perbaikan di sejumlah aspek, termasuk inflasi yang stabil di tingkat rendah dan cadangan devisa mencapai 119 miliar dollar AS. Selain itu, perbaikan struktural di sisi ekspor tecermin dari lebih terdiversifikasinya tujuan dan komoditas ekspor. Kondisi ini menyumbang pada membaiknya defisit neraca transaksi berjalan. Porsi ekspor manufaktur meningkat dari 62 persen pada 2013 menjadi 72 persen pada 2017.
Outlook stabil peringkat utang sendiri mencerminkan risiko yang terjaga dan kemungkinan peringkat utang tak akan berubah dalam waktu dekat. Perbaikan peringkat oleh Moody's—menyusul perbaikan peringkat utang serupa oleh sejumlah lembaga pemeringkat utang internasional lainnya—membuat persepsi investor juga membaik dan peluang pemerintahan Jokowi membiayai kebutuhan masif proyek infrastrukturnya kian terbuka.
Persoalannya, bagaimana mengapitalisasi perbaikan peringkat ini ke dalam perbaikan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Perbaikan peringkat utang dan persepsi investor tak otomatis menuntun pada membanjirnya arus investasi.
Sejumlah survei global memang menempatkan Indonesia sebagai tujuan utama investasi global. Survei The Economist Corporate Network terhadap 223 eksekutif bisnis yang berbasis di Asia pada 2017, misalnya, menempatkan Indonesia di peringkat ketiga tujuan investasi terbaik, setelah China dan India.
Ini perbaikan paling signifikan dalam lima tahun terakhir. Namun, semua ini belum mampu mengerek pertumbuhan ke level yang cukup untuk membawa kita keluar dari perangkap pertumbuhan rendah, penciptaan lapangan kerja seluas-luasnya dan turunnya kesenjangan. Menjaga kredibilitas kebijakan dan melanjutkan reformasi ekonomi menjadi penting di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar