Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 10 November 2015

TAJUK RENCANA: Kepahlawanan Masa Kini (Kompas)

Jika hari ini Presiden Joko Widodo merayakan Hari Pahlawan di Surabaya, yang terbayang adalah pertempuran arek-arek Suroboyo.

Arek-arek Suroboyo dengan gagah berani melawan pasukan Inggris pada 10 November 1945. Masa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan di paruh kedua 1940-an memberi kita teladan legendaris yang tetap abadi dalam kenangan kolektif bangsa. Namun, bagaimana dengan pahlawan di masa damai?

Lazimnya, baik untuk memastikan perjuangannya maupun menghindari kontroversi, pengangkatan pahlawan oleh pemerintah didasarkan pada perjuangan di masa lampau. Ini juga besar artinya bagi penguatan rasa kebangsaan kita sekaligus untuk menegaskan bahwa kita bangsa yang tidak lupa akan jasa-jasa para pahlawan yang di masa lalu ikut berjuang mendirikan republik.

Namun, masa terus berjalan dan bangsa dihadapkan pada situasi dan kondisi baru yang juga membutuhkan jiwa dan sosok-sosok pahlawan masa kini. Harapan para tokoh di harian ini, Senin (9/11), menegaskan perlu hadirnya sosok pahlawan abad ke-21.

Pernah seorang tokoh mengatakan, sedikit saja pahlawan terlahir di masa damai. Terhadap ucapan itu kita bisa katakan, tergantung bagaimana kita mendefinisikan sosok pahlawan. Jika pahlawan adalah mereka yang dimuliakan dan diidolakan, karena laku yang diperbuatnya "di atas dan melebihi panggilan tugasnya", khususnya laku yang gagah berani untuk kebaikan sesama, bangsa Indonesia yang masih ketinggalan dalam banyak hal semestinya bisa punya pahlawan-pahlawan aktual.

Sosok prajurit TNI yang perkasa dan perwira harus tetap kita idolakan karena kepada merekalah lapis pertama pertahanan negara kita percayakan. Namun, perang tipe baru bisa menafikan kompetensi mereka jika yang dimaksud adalah perang asimetrik, perang generasi keempat, atau perang informasi, ringkasnya perang otak yang tidak melibatkan alutsista. Kesatria siber mungkin harus kita persiapkan untuk menjadi pahlawan perang informasi.

Selanjutnya kita diingatkan bahwa musuh yang kita hadapi dewasa ini terutama adalah perilaku korup yang bahkan setelah diperangi di berbagai lini masih memperlihatkan kenekatannya. Diharapkan dari sini juga muncul pahlawan pembasmi korupsi, yang kita sepakati sebagai kejahatan kemanusiaan luar biasa, karena aksi ini merampok sumber daya untuk pemuliaan manusia.

Kita berharap pemerintah juga dapat mengubah pandangannya tentang pahlawan masa kini, yang tidak lagi terbatas pada bidang tradisional. Indonesia perlu mengakui heroisme baru.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 November 2015, di halaman 6 dengan judul "Kepahlawanan Masa Kini".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger