Sabtu, 27 Mei 2017, pukul 09.15, saya turun di Stasiun Cirebon. Saya naik dari Jakarta menggunakan kereta Fajar Yogya. Ketika sudah berada di kendaraan menuju Kuningan, baru saya tersadar bahwa dompet di saku tidak ada.
Saya kembali ke stasiun dan mencarinya ke toilet. Petugas keamanan yang membantu mencari menanyai orang-orang yang biasa di situ. Karena dompet tidak ditemukan, ia mengantar saya melaporkan kehilangan ke layanan pelanggan (CS).
Petugas CS, setelah mengisikan lembar pelaporan dan mencatat identitas saya, segera mengantar saya ke ruang PPAD untuk dapat melacak dompet saya yang kemungkinan jatuh di kereta. Di pintu pemeriksaan tiket, kami ditunggu petugas keamanan dan menggantikan petugas CS masuk ruang PPAD.
Di PPAD petugas menghubungi pemimpin perjalanan kereta yang saya tumpangi. Dengan singkat petugas menyampaikan permasalahan, tetapi belum selesai berbicara, dari ujung telepon terdengar bahwa dompet sudah diamankan. Petugas PPAD menyampaikan, pukul 13.30 dompet sudah bisa diambil di CS.
Pukul 16.00 saya menjumpai petugas CS. Petugas sudah ganti, tetapi saya tidak perlu menjelaskan lagi karena ternyata ia sudah mengetahui permasalahan. Petugas CS mendampingi saya sampai di pintu pemeriksaan tiket, lagi-lagi digantikan oleh petugas keamanan dan selanjutnya ia mengantar saya.
Sampai di bagian PPAD saya hanya menunjukkan tiket perjalanan kereta dari Jakarta ke Cirebon, lalu petugas menyerahkan dompet yang terbungkus kertas dan diikat dengan rapi. Tidak ada kartu dan uang selembar pun yang hilang.
Kesan saya, semua petugas melayani dengan ramah meskipun saat itu puasa Ramadhan hari pertama. Semua petugas bekerja sesuai fungsi masing-masing dan saling mendukung. Mereka bekerja profesional sehingga dompet yang tertinggal di kereta dapat diselesaikan "hanya" oleh petugas CS, petugas keamanan, dan petugas lapangan dalam waktu 15 menit. Saya bersyukur, kejujuran dijunjung tinggi dan dompet saya kembali dalam keadaan utuh, padahal beberapa kali berpindah tangan.
Terima kasih kepada semua petugas, terutama di Stasiun Cirebon dan Stasiun Purwokerto. Etos kerja Anda semua pantas ditiru oleh para petugas layanan publik lain.
JB SOEMARSONO
Kompleks Depdagri, Curug, Pondok Kelapa, Jakarta Timur
Belum Tuntas
Terkait tanggapan AXA di harian Kompas(15/3) oleh Bapak Roy Sitorus, Head of Operations PT AXA Financial Indonesia, atas kasus ayah saya yang dimuat di surat pembaca Kompas (18/2), saya ingin menegaskan bahwa pra-otorisasi belum juga selesai sampai awal Juni (saat menulis surat ini), sudah 3 bulan lebih.
Setelah melalui proses yang lama dan berbelit-belit, pada 12 Mei 2017 saya baru mendapatkan informasi untuk penjaminan tersebut. Namun, penjaminan untuk operasi katarak, itu pun dengan nilai termurah. Padahal, ayah saya membayar premi cukup mahal setiap bulan dan di polis tidak tertera batasan nilai nominal operasi.
Saya sudah menghubungi Klinik Mata Nusantara Kemayoran dengan suster Tika. Dikatakan bahwa biaya operasi paket Gold dengan dr Hadi, SpM lebih mahal karena dokter senior.
Lalu saya menginformasikan hal ini kepada pihak AXA via e-mail dan telepon. Katanya, hal ini akan segera dikonfirmasi ke pihak rumah sakit dan diproses kembali dalam waktu 1 x 24 jam. Kenyataannya, sampai awal Juni belum ada kabar dari AXA. Sungguh mengecewakan.
Bandingannya adalah ibu saya, yang mempunyai asuransi lain, dengan premi jauh lebih murah setiap bulan. Ia mendapatkan penjaminan operasi katarak dengan kualitas terbaik, dalam waktu cepat, dan tanpa melalui proses yang berbelit.
ANITA MURTIJAYA
Pasar Baru, Jakarta Pusat
Terlambat Kirim
Kami mengirim paket menggunakan YES (Yakin Esok Sampai) melalui Agen JNE Gempol, Bambu Apus, Jakarta Timur, pada 5 Juni 2017, nomor paket 011660072677717, dengan tujuan Citeureup, Bogor.
Paket tersebut berisi dokumen penting berupa invoice yang harus tiba paling lambat 7 Juni. Harapannya, pembayaran dapat kami terima Juni minggu ketiga atau H-7 Lebaran. Invoice tersebut berkaitan dengan THR karyawan.
Namun, janji JNE tidak terbukti. Bahkan, hingga saya menulis surat pembaca pada 11 Juni 2017, paket belum juga sampai. Artinya, paket sudah tidak sampai selama 6 hari.
Setiap kami menghubungi layanan pelanggan (CS) JNE, telepon sering tidak diangkat operator. Kalaupun kemudian diangkat, alasannya selalu kendala teknis dan akan mencari tahu. Bahkan, petugas CS mengaku belum mendapat informasi di mana keberadaan paket tersebut. Mengecewakan sekali. Alamat yang kami tuju adalah Citeureup, Bogor, yang tidak jauh dari Jakarta.
Terima kasih JNE telah menunda pembayaran THR kami.
GUSTAV ROBERTTO
Jalan SMA 64 RT 002 RW 003, Cipayung, Jakarta Timur 13840
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Juli 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Tidak ada komentar:
Posting Komentar