Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 17 Desember 2016

TAJUK RENCANA: Menata Kembali Terminal 3 (Kompas)

Bagian atap di area kedatangan Terminal 3 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis lalu, ambrol. Ini tidak mengejutkan.

Kerusakan di terminal yang dioperasikan pada 9 Agustus lalu itu bukan yang pertama kali. Lima hari setelah dioperasikan PT Angkasa Pura II (Persero), di teras depan Gate 5 bagian kedatangan pernah tergenang air setinggi 5 sentimeter. Genangan terjadi diduga karena saluran pembuangan air yang mampat dan juga tempias air hujan.

Peristiwa yang menghiasi sejumlah media itu membuka kondisi kekurangsiapan pengoperasian Terminal 3 karena pada saat bersamaan di bagian keberangkatan juga ditemukan kebocoran atap. Pada 18 September 2016, atap ruangan Officer in Charge bandara itu ambruk, diduga karena kesalahan teknis pada saat renovasi.

Berbagai kejadian itu melengkapi keluhan sejumlah pengguna Terminal 3, yang sebelumnya bernama Terminal 3 Ultimate, terutama terkait kemacetan, kekurangan rambu petunjuk arah untuk pengunjung, ataupun fasilitas yang masih minim. Padahal, seperti diingatkan pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, bandara adalah wajah dari sebuah negara. Orang mengenali pertama kali kondisi suatu negara saat mendarat di bandara atau datang di pelabuhan/terminal. Untunglah, Terminal 3 masih dipakai untuk penerbangan domestik Garuda Indonesia.

Terminal 3 dibangun karena tiga terminal lain di Bandara Soekarno-Hatta tak nyaman lagi bagi pengunjung. Bandara yang diresmikan tahun 1985 untuk menggantikan peran Bandara Kemayoran dan Bandara Halim Perdanakusuma itu berkapasitas 25 juta penumpang per tahun. Namun, jumlah penumpang yang dilayani setahun terakhir ini mencapai 62 juta penumpang.

Direktur Utama PT Angkasa Pura II (saat itu) Budi Karya Sumadi pernah menyatakan, Terminal 3 akan dioperasikan akhir Mei 2016 (Kompas, 28/1). Presiden Joko Widodo pernah meminta terminal itu dipakai saat masa angkutan Lebaran, Juli lalu. Namun, Kementerian Perhubungan tidak mengizinkan karena masih ada kekurangan daya listrik dan persoalan lain.

Tentu tiada guna saling menyalahkan, setelah muncul berbagai persoalan di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, yang mengindikasikan kekurangsiapannya beroperasi. Tak ada gunanya juga menghentikan pengoperasian terminal itu, misalnya, untuk pembenahan. Sambil jalan, pemerintah bisa melakukan audit pembangunan terminal itu serta melakukan penataan kembali di sana-sini.

Kita tak boleh terburu-buru. Jangan sampai Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta yang disiapkan untuk menandingi kemegahan Bandara Changi, Singapura, justru menjadi olok-olokan karena kerusakan dan kekurangsiapan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Desember 2016, di halaman 6 dengan judul "Menata Kembali Terminal 3".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger