Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 30 Maret 2019

BAHASA: Rumah Terbuka (AHMAD SAHIDAH)

Kata bentukan open house sering digunakan untuk menunjukkan acara silaturahmi dan, anehnya, sering kali terkait dengan acara lebaran. Jika di Malaysia kata rumah terbuka sering didengar dari televisi dan dibaca di media, tetapi di sini pengguna dan pemerhati linguistik masih was-was dengan terjemahan harfiah. Tak pelak, dalam sebuah perbincangan di grup WhatsApp Klinik Bahasa, usulan griya binuka, sambang griya, gelar griya, danpisowanan mengemuka untuk mengelak penggunaan bahasa Inggris.

Sejatinya rumah terbuka bisa mengandaikan makna yang dikandung dalam pengertian asal kata tersebut. Dalam kamus Cambridge (1997: 988),open house ditakrif sebagai sebuah kegiatan selama sehari oleh organisasi, seperti sekolah, universitas, atau pabrik untuk memungkinkan khalayak luas berkunjung dan melihat apa yang terjadi di sana. Jelas, fungsi aktivitas ini adalah sebuah usaha hubungan masyarakat dari institusi yang menyelenggarakannya.

Dari definisi di atas tentu open house yang digelar pada bulan Syawal tak mencerminkan apa yang diandaikan dalam kamus asal. Betapa pun pemilik rumah membuka diri untuk menerima tamu, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal, namun pengunjung tidak menyisir kediaman yang bersangkutan untuk mengenal lebih dekat dan mendapatkan maklumat. Secara umum acara silaturahmi ini lebih menonjolkan jamuan makan, salaman, dan obrolan bebas antara pelawat. Namun, dari takrif kedua kamus di atas, open house adalah sebuah situasi ketika seseorang menerima pengunjung kapan saja, kita bisa menggunakannya untuk kegiatan yang sudah dikenal luas selama ini.

Sejatinya kunci dari istilah tersebut adalahopen 'terbuka'. Kata ini menjadi sifat dari banyak kata benda, seperti society, tender, mind, dan source. Mengingat keempat kata ini bisa dengan mudah ditemukan persamaannya, maka kata terbuka juga membayangkan makna dalam open yang menjadi penerang pada house, sangat mungkin. Apalagi, kita sering menggunakan kata yang menunjukkan arti kiasan dari kata dasar buka, seperti tangan terbuka, yang berarti menerima tanpa prasangka.

Tender terbuka sebagai sebutan untukopen tender adalah cara penawaran sebuah proyek yang dibuka kepada khalayak. Berbeda dengan lawannya, tender tertutupyang hanya memungkinkan akses terbatas dari kontraktor yang dekat dengan lingkaran kekuasaan. Demikian juga, open source adalah layanan digital yang bisa dimanfaatkan oleh khalayak tanpa merogoh kantong untuk mengoperasikannya. Semua ini lahir dari kehendak berbagi karena keterbukaan adalah pintu bagi kejujuran, kedermawanan, dan keberterimaan.

Apalagi secara semantik, pengertian terbuka dalam open house bisa dikaitkan dengan kata open society, sebagai istilah yang pertama kali digunakan oleh Henry Bergson. Istilah ini dijadikan buku oleh Karl Popper dengan judul Open Society and Its Enemies (1947). Lawannya adalah masyarakat tertutup (close society) yang ditandai dengan kepercayaan pada pantangan magis, yang bertentangan dengan masyarakat terbuka yang belajar dari ihwah kritis dari tabu dan mendasarkan keputusannya pada otoritas akal budi. Jika Bergson mengaitkan keterbukaan pada intuisi mistik, Popper menyebutnya sebagai kerinduan pada yang hilang.

Jadi, rumah terbuka pada hari raya bisa dimaknai sebagai peristiwa keagamaan yang menginginkan sesuatu yang telah raib dalam masyarakat, yaitu hubungan yang makin renggang akibat pengalihperhatian atau distraksi teknologi. Jika dalam keseharian, rumah-rumah warga tak pernah membuka kediaman, maka di hari tertentu para penghuni mendorong gagang pintu agar orang lain bisa datang untuk bersua muka, bukan melihat penggila telepon pintar.

AHMAD SAHIDAH, Dosen Filsafat Ilmu Universitas Nurul Jadid Paiton

Kompas, 30 Maret 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

KESEHATAN: Dampingi Remaja Tumbuh Sehat (DR SAMSURIDJAL DJAUZI)

ARSIP PRIBADI

Samsuridjal Djauzi

 

Saya menikah dengan seorang duda yang sudah punya anak. Sekarang anak itu telah tumbuh menjadi gadis cantik. Saya mengasuhnya sejak umur 3 tahun. Sebuah pengalaman membanggakan menjadi seorang ibu.

Saya sendiri tidak mempunyai anak kandung dan saya mencintai anak tiri saya seperti anak saya sendiri. Hanya saja, jika saya memberi peringatan atau nasihat, saya sering berpikir apakah saya tidak terlalu keras terhadap anak tiri saya.

Anak saya sekarang berumur 15 tahun dan duduk di kelas II SMU. Dia anak yang cerdas. Sejak sekolah dasar prestasi belajarnya baik. Saya tidak mendapat banyak kesulitan mendidiknya agar belajar sungguh-sungguh. Saya juga mendorongnya mencapai cita-citanya menjadi diplomat.

Anak saya penderita asma sewaktu kecil, tetapi sejak SMP hampir tidak pernah mengalami serangan lagi. Sewaktu SMP dia hanya mengalami nyeri sewaktu haid, terutama pada masa-masa permulaan haid. Sekarang keluhannya sudah berkurang. Anak saya gemar berenang dan musik. Suami saya berpenghasilan cukup dan saya sendiri pengusaha meski hanya berusaha dari rumah. Dalam bidang keuangan anak saya mendapat cukup dukungan.

Meski anak saya tahu bahwa saya bukan ibu kandungnya, dia tetap menyayangi dan menghormati saya. Namun, dia juga ingin tahu tentang ibunya yang meninggal sewaktu dia masih kecil. Meski anak saya aktif dan kelihatan ceria, dia mudah putus asa jika gagal dalam melaksanakan sesuatu. Dia terbiasa berprestasi baik. Jika angkanya di sekolah menurun, dia tampak depresi sehingga saya harus memompa semangatnya.

Pada waktu umur 11 tahun, anak saya mengalami cedera kepala akibat kecelakaan saat naik sepeda di jalan raya. Dia kadang-kadang mengeluh nyeri kepala, namun ketika saya berkonsultasi dengan spesialis neurologi, ternyata tidak ada kelainan.

Belakangan ini, anak saya mulai dekat dengan seorang teman sekolahnya. Konsentrasi belajarnya menurun. Saya mengenal teman dekatnya dan menurut saya anak itu baik. Namun, sebagai ibu, saya khawatir apakah anak saya tidak terlalu muda untuk mempunyai teman dekat. Saya juga mulai khawatir jika dia pulang terlambat.

Sekarang jika malam minggu, dia biasanya baru pulang sekitar pukul 10 malam. Menurut dia, dia bersama teman-teman makan di restoran atau bersama di rumah seorang teman. Dia tak pernah hanya berdua saja dengan teman dekatnya. Saya dulu dididik keras oleh ibu saya, tidak boleh pulang terlambat. Namun, saya ragu untuk menerapkannya kepada putri saya.

Pertanyaan saya pada Dokter adalah bagaimana agar saya dapat mendampingi anak remaja saya agar dia dapat tumbuh menjadi perempuan dewasa yang sehat, baik, dan cerdas. Masalah kesehatan apa saja yang dihadapai oleh remaja? Sejauh mana masalah rokok dan narkoba memengaruhi remaja kita? Terima kasih atas penjelasan Dokter.

S di J

Saya senang membaca pengalaman ibu. Mendampingi remaja putri tentu merupakan kesenangan dan tantangan tersendiri. Banyak remaja putri kita yang masih menghadapi kurang gizi, anemia, penyakit infeksi seperti TBC. Mereka tumbuh dalam keadaan serba kekurangan, pendidikan terbatas, gizi kurang, informasi juga tidak mencukupi. Padahal mereka akan menjadi ibu yang akan mengasuh anak-anaknya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menaruh perhatian terhadap kesehatan remaja ini. Sekitar 1,1 juta remaja berusia 11 tahun sampai 19 tahun meninggal pada tahun 2016. Setiap hari meninggal sekitar 3.000 orang karena penyakit atau masalah kesehatan yang sebenarnya dapat dicegah.

Meski sebagian besar remaja sehat, WHO mencatat beberapa masalah kesehatan yang dihadapi remaja, yaitu kecelakaan, kekerasan, penyakit menular, kehamilan usia dini, kurang gizi, rokok, alkohol dan narkoba, serta kurang olahraga.

Juga tak kalah pentingnya adalah masalah kesehatan remaja. Remaja merasa bingung tubuhnya tumbuh secara cepat, bahkan lebih tinggi dari orangtuanya, namun dia masih harus bergantung dalam banyak hal pada orangtuanya.

Masalah kesehatan remaja sekarang menjadi perhatian profesi kedokteran. Anggapan bahwa usia remaja merupakan kelompok usia yang sehat yang tidak memerlukan kepedulian kita ternyata tidak benar. Meski remaja tampak sehat, berbagai masalah kesehatan harus dihadapinya, baik yang sifatnya fisik maupun mental.

Keluarga adalah tempat berlindung remaja meski kebanyakan remaja akan membagi perasaannya dengan teman sebaya. Karena itu, orangtua harus pandai menjaga komunikasi dengan remaja agar mereka mau membagi kesulitan yang dihadapi dengan orangtuanya.

Kadang-kadang kesulitan yang dihadapi tampak sepele, tetapi bagi remaja merupakan hal penting dan memerlukan penyelesaian segera. Cukup banyak remaja putri yang panik ketika mendapati mukanya banyak jerawat. Dia akan mencoba berbagai pengobatan yang disarankan temannya, padahal jika dia meminta pertolongan dokter kulit, mungkin akan cepat teratasi.

Perilaku remaja akan merupakan masalah sendiri bagi orangtua, terutama bagi orangtua yang pertama kali mempunyai remaja. Seperti ibu, banyak ibu lain yang ragu untuk menerapkan disiplin dan aturan keras bagi anak remajanya.

Memang komunikasi dengan remaja perlu dijaga agar berlangsung baik, namun secara konsisten penegakan disiplin harus ditanamkan. Begitu pula nilai-nilai agama serta budaya juga harus ditanamkan sejak kecil sehingga dapat menjadi kebiasaan hidup remaja.

Banyak ibu yang mengeluh anaknya yang sewaktu kecil lucu dan manis, sewaktu remaja sulit dikendalikan. Adakalanya memang orangtua memerlukan tenaga profesional dalam mendidik anaknya. Jika orangtua merasa persoalan yang dihadapinya sudah di luar kemampuannya, mungkin sebaiknya mencari tenaga profesional seperti pendidik, pakar psikologi, atau psikiater remaja.

Masalah rokok, alkohol, dan narkoba memang harus menjadi perhatian orangtua. Anak-anak secara dini harus memahami bahaya rokok, alkohol, dan narkoba. Sewaktu anak tumbuh, dia akan meniru apa yang dilakukan temannya.

Pengaruh teman sebaya kuat sehingga adakalanya dia melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak disukai, tetapi karena tekanan teman sebaya dilakukannya juga. Orangtua perlu mengetahui dengan siapa anaknya berteman.

Penyebaran narkoba di kalangan remaja kita berjalan cukup cepat. Karena itu, orangtua dan guru harus benar-benar memahami bahaya narkoba. Narkoba dapat mengakibatkan adiksi dan jika remaja sudah mengalami adiksi, upaya untuk merehabilitasinya adakalanya merupakan jalan panjang yang melelahkan.

Saya senang hubungan Anda dengan putri Anda berjalan baik. Jadilah sahabat putri Anda dan dampingi dia dalam menghadapi masa remaja yang menyenangkan, namun penuh tantangan.

Kompas, 30 Maret 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

INVESTASI: Dana Pensiun Syariah untuk Guru (MOHAMMAD AMIN)

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG (MYE)

Para guru berdedikasi yang mengajar di daerah terluar, terjauh, dan tertinggal mendapat penghargaan dalam puncak peringatan HUT ke-70 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (13/12/2015). 

Ketika diminta mewakili Otoritas Jasa Keuangan atau OJK sebagai narasumber dalam kegiatan pengenalan dana pensiun syariah di sebuah kecamatan di Pemalang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu, penulis teringat memori puluhan tahun silam saat belajar di madrasah diniyah. Terbayang wajah-wajah guru yang ikhlas serta penuh dedikasi dan semangat mengajarkan pengetahuan walaupun mereka tidak mendapatkan bayaran memadai.

Tebersit pertanyaan dalam pikiran, apakah mungkin guru madrasah dapat mengikuti dana pensiun syariah yang mensyaratkan adanya pembayaran iuran program pensiun?

Benar saja, ketika diinformasikan bahwa guru madrasah yang ingin memiliki program pensiun syariah harus membayar iuran, respons pertama guru madrasah bernada pesimistis. "Boro-boro berpikir untuk masa tua, untuk memenuhi kebutuhan hari ini saja masih butuh usaha ekstra," kata mereka.

Respons tersebut tidak berlebihan. Hanya saja, apakah dengan demikian sudah tertutup rapat kemungkinan dana pensiun syariah dipasarkan kepada guru madrasah? Apakah jumlah nominal gaji guru madrasah menjadi satu-satunya faktor penentu keikutsertaan mereka?

Respons para guru madrasah tersebut merupakan sebuah tantangan. Jika pola pikir pesimisme terus dibangun, bagaimana mungkin dana pensiun syariah dapat menjangkau kelompok masyarakat berpenghasilan rendah yang sejatinya sangat membutuhkan program pensiun.

Lalu disampaikanlah cerita pengasuh salah satu pesantren. Konon, seorang pengusaha menugaskan dua pemuda pergi ke negara yang berbeda di Benua Afrika untuk berjualan sepatu. Sebut saja Bagas ditugasi ke negara A dan Bagus ditugasi ke negara Z.

Selang dua hari, Bagas menelepon ke bosnya untuk minta tiket pulang ke Indonesia, dengan alasan tidak cocok berjualan sepatu di negara A karena masyarakat di negeri itu belum ada yang menggunakan sepatu. Pada hari yang sama, Bagus juga menelepon bosnya, meminta tambahan waktu agar sukses memasarkan sepatu di negara Z. Alasan Bagus, masyarakat di negara Z belum ada yang mengenakan sepatu. Ia butuh waktu untuk menjelaskan kepada masyarakat negara Z tentang manfaat dan pentingnya memakai sepatu.

Terinspirasi kisah itu, guru pun bisa termotivasi memiliki program pensiun syariah jika sudah memahami manfaat program pensiun. Oleh karena itu, literasi kepada guru menjadi penentu.

Siapa saja
Sayangnya, belum banyak yang tahu jika program pensiun syariah ini dapat dimiliki oleh siapa saja sebagai bekal masa purnakarya, tidak melulu harus berstatus pegawai negeri. Fakta ini diperkuat oleh hasil survei nasional literasi keuangan yang dilakukan OJK tahun 2016. Berdasarkan survei itu, tidak ada satu responden pun yang mengetahui tentang dana pensiun syariah.

Padahal, masyarakat luas dapat memiliki program pensiun syariah dengan cara melakukan pembayaran iuran pensiun melalui dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) syariah. DPLK syariah ini yang akan mengelola dana milik peserta dan sekaligus membayarkan manfaat pensiun kepada peserta. Besarnya manfaat pensiun yang akan dibayarkan adalah sejumlah akumulasi iuran dan hasil investasinya.

Secara karakter produk, dana pensiun syariah memiliki kemiripan dengan produk tabungan. Dana pensiun syariah memiliki keunggulan dibandingkan dengan produk tabungan pada aspek besaran akumulasi pendanaan karena hasil investasi untuk dana pensiun syariah tidak dikenai pajak.

Hanya saja, program pensiun syariah tidak dapat diambil setiap saat oleh peserta. Dengan karakter seperti ini, seharusnya tidak susah untuk memasarkan dana pensiun syariah.

Bekal penting lain yang memudahkan terbangunnya chemistry dana pensiun syariah dengan guru madrasah adalah tata nilai yang diyakini oleh guru madrasah bahwa agama mengajarkan agar manusia tidak hanya menganggap penting keadaan hari ini saja, tetapi juga menganggap penting persiapan untuk hari depan.

Pendekatan mengenai value dana pensiun syariah sebagai salah satu implementasi ajaran agama ini menjadi faktor penting penerimaan guru madrasah terhadap dana pensiun syariah.

Diskursus mengenai dana pensiun syariah bukanlah merupakan wacana yang utopis karena guru madrasah sudah terbiasa memperbincangkan kehidupan di akhirat yang memiliki dimensi waktu jauh melampaui kehidupan masa purnakarya.

Keamanan dana
Setelah secara fundamental tidak terjadi resistensi dana pensiun syariah pada kalangan guru, faktor kedua yang perlu diurai adalah kekhawatiran masyarakat mengenai keamanan dana yang dibayarkannya kepada dana pensiun syariah.

Hal ini sangat krusial mengingat masih marak kasus penipuan di masyarakat. Entah dalam bentuk money game, investasi bodong, promosi paket umrah dan semacamnya.

Membangun kepercayaan guru madrasah terhadap dana pensiun syariah ini tidak mudah karena sejatinya guru madrasah masih sangat asing dengan istilah dana pensiun syariah. Guru madrasah akan berpikir berulang kali sebelum memutuskan untuk menyerahkan dananya kepada dana pensiun syariah.

Dalam konteks ini, peran OJK sangat krusial untuk memberikan literasi dan edukasi kepada guru madrasah. Terutama mengenai aspek pengawasan terhadap dana pensiun syariah dan aspek perlindungan konsumen.

Guru madrasah perlu mendapatkan penjelasan yang cukup mengenai tata cara pengaduan apabila terdapat peserta yang dirugikan oleh pengelola dana pensiun syariah. Semakin mudah mekanisme pengaduan, guru madrasah akan semakin yakin untuk mengikuti program pensiun syariah.

Setelah kedua hal di atas terbangun dengan baik, faktor ketiga yang akan menjadi faktor penentu adalah model pembayaran iuran.

Mengingat para guru tidak setiap saat memiliki uang lebih, perlu dibuat model pembayaran yang lebih fleksibel, baik model pembayaran secara triwulan maupun model pembayaran secara kolektif melalui organisasi perkumpulan guru madrasah. Dalam hal ini, kreativitas DPLK syariah sangat menentukan model pembayaran iuran terbaik yang dapat dipilih.

Salah satu harapan bagi keberhasilan perluasan akses dana pensiun syariah kepada guru madrasah ini adalah komitmen pemerintah terhadap peningkatan kesejahteraan guru madrasah.

Kompas, 30 Maret 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

PSIKOLOGI: Berkeluarga Ramah Lingkungan (AGUSTINE DWIPUTRI)

ARSIP PRIBADI

Agustine

 

Sejak tahun 1970, setiap 22 April, kita merayakan Hari Bumi. Salah satu tujuannya adalah mengingatkan kita semua agar ikut melindungi Bumi tempat kita hidup.

Namun, kondisi lingkungan yang buruk, seperti banjir, polusi, dan suhu udara yang makin panas, masih kita rasakan. Tampaknya perilaku masyarakat dalam menjaga alam masih jauh dari memadai. Saya ingin mengajak pembaca untuk kembali membangun kesadaran ramah lingkungan yang dimulai dari keluarga, sebagai salah satu solusi.

Mengapa keluarga
Keluarga adalah komponen terkecil, tetapi paling penting dalam kehidupan bermasyarakat. Segala sesuatu dimulai dari sini. Orangtua, baik yang masih usia muda maupun yang sudah lebih senior, amat menentukan proses pembelajaran anggota keluarga lainnya.

Anak-anak maupun asisten rumah tangga di dalam keluarga perlu dilibatkan untuk menjalani hidup sehari-hari secara sadar demi menjaga kelestarian lingkungan alam. Secara psikologis, hal ini dapat dimulai dengan mengembangkan motivasi untuk berperilaku ramah lingkungan, memberi pengetahuan mengenai apa dan mengapa perilaku tersebut harus dijalani.

Apakah perilaku tersebut dapat atau mungkin dilaksanakan serta apa keuntungan yang dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga. Prinsip pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memotivasi setiap anggota, pemahaman yang memadai tentang perlunya berperilaku, prinsip kebersamaan dan keterlibatan semua anggota keluarga, peluang untuk berkreasi, bereksperimen dan penggunaan berbagai metode maupun sarana, pengulangan dan konsistensi perilaku serta adanya penguatan (imbalan positif) ataupun sanksi terhadap perilaku tertentu. Dengan demikian, lama-kelamaan perilaku ramah lingkungan akan menjadi kebiasaan, melekat dan "mendarah daging" dalam kehidupan semua anggota keluarga tanpa kecuali.

Anak-anak usia dini mungkin lebih mudah diajak untuk meniru perilaku orangtua maupun dewasa lain di sekitarnya. Oleh karena itu, mereka yang lebih dewasa perlu menjadi contoh atau model untuk berperilaku ramah lingkungan.

Pertama, orang dewasa perlu membantu anak-anak memahami apa yang dimaksud dengan keberlanjutan atau pelestarian alam. Bisa dimulai dengan membaca buku mengenai Bumi dan manusia.

Sebagai konsep yang luas, pelestarian alam pada dasarnya bermula dari mengenali semua yang kita miliki di Bumi ini, kegunaannya, kaitannya dengan kenyamanan hidup kita saat ini, dan apa yang dapat kita tinggalkan untuk generasi mendatang.

Perilaku ramah lingkungan
Berikut adalah rangkuman dari beberapa sumber (http://en.wikipedia.org/wiki/Precycling; Katie Chiavarone, 2018). Secara garis besar perilaku tersebut meliputi kurangi, gunakan lagi, dan daur ulang. Berikut ini beberapa contoh perilaku yang lebih terperinci:

Kurangi (reduce):
– Mematikan lampu saat Anda meninggalkan ruangan, cabut semua elektronik saat tidak digunakan (komputer, mesin cuci, microwave, dan sebagainya) agar menghemat penggunaan dan tagihan listrik.

– Mematikan keran air saat menyikat gigi atau membersihkan muka.

– Meminta asisten rumah tangga dan anak memberi tahu Anda tentang keran, pipa bocor, bola lampu yang rusak jika mereka melihat.

– Jika memungkinkan, berjalan atau naik sepeda sebagai ganti mengendarai motor atau mobil.

– Menghabiskan makanan yang sudah disediakan, kurangi sisa makanan.

– Mendorong semua anggota keluarga agar mandi dalam waktu lebih singkat dan berhemat air hangat (jika perlu saja).

– Menggunakan bola lampu hemat energi. Meski harganya sedikit lebih mahal daripada produk lama, bola lampu hemat energi ini lebih awet dan sangat menghemat tagihan listrik bulanan.

– Senantiasa menjaga kebersihan kamar, pakaian, tempat tidur sehingga menghemat waktu, air, deterjen dan tenaga untuk mengganti dan mencuci baju, seprai, handuk, dan sebagainya.

– Jika tidak memiliki lahan untuk pohon besar, tanamlah pohon kecil di halaman belakang, bahkan di pot-pot untuk membantu mengurangi pemanasan global.

– Menggunakan berbagai produk yang dapat terurai secara alami, seperti kantong kain (bukan plastik) untuk berbelanja, piring dan gelas (bukan kertas), sabun, pembersih rumah sehingga mengurangi pencemaran lingkungan.

 

Gunakan kembali (reuse):
– Gunakan kertas di kedua sisi, gunakan kertas bekas untuk menulis, bungkus kado, dan sebagainya.

– Gunakan botol minum air isi ulang.

– Kemaslah makan siang anak Anda dalam tempat makan dan tas yang dapat dipakai lagi.

– Sirami tanaman dengan air hujan yang telah ditampung di luar rumah.
-Simpan makanan/minuman yang belum habis di lemari es.

-Gunakan berbagai barang bekas pakai untuk kegunaan lain yang artistik sifatnya.

Daur ulang (recycle):
– Memisahkan sampah organik (sisa makanan, daun) dari sampah non-organik sehingga Anda atau tukang sampah lebih mudah mendaur ulang kertas, gelas, kaleng aluminium, dan plastik.

-Mengambil dan membuang sampah dengan benar, di mana pun kita berada, sekalipun itu bukan milik Anda. Ini merupakan contoh yang bagus dari tindakan ramah lingkungan yang tanpa pamrih.

– Membuang barang dengan benar termasuk limbah rumah tangga yang berbahaya. Daur ulang baterai bekas secara benar.

– Belajarlah berbuat lebih banyak secara lebih sedikit. Ini berarti menikmati apa yang sudah Anda miliki dengan lebih sering, memperbaiki dan menggunakan kembali barang-barang yang ada. Misalnya pakaian, sepatu, dan tas. Ini juga dapat mengajarkan anak-anak bagaimana menjadi lebih kreatif mendaur ulang barang bekas mereka.

Tips
Untuk memastikan bahwa anak-anak Anda akan mengikuti perilaku di atas, buatlah menjadi permainan. Setiap kali mereka mengikuti salah satu langkah ini, beri mereka bintang. Apabila tidak, ambil bintang yang ada pada mereka.

Pada akhir hari, minta mereka menghitung bintang mereka dan berapa pun jumlahnya, beri mereka hadiah. Hal ini akan membantu anak belajar lebih cepat dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Sekecil apa pun perilaku untuk melestarikan lingkungan, pasti berkontribusi bagi kehidupan yang lebih luas. Kita sebagai orang dewasa perlu meyakini hal ini dan tidak berkecil hati agar tetap semangat dan mantap melakukannya.

Di Amerika Serikat, ada beberapa hasil survei yang menunjukkan bahwa ketika orang-orang melihat tetangga mereka mengambil tindakan ramah lingkungan, seperti menghemat energi dengan memasang panel surya, mengurangi makan daging dan penggunaan pesawat terbang, mereka menyimpulkan bahwa orang-orang itu juga menghargai pelestarian lingkungan dan merasa lebih terdorong untuk bertindak serupa. Selamat merayakan Hari Bumi.

Kompas, 30 Maret 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

TAJUK RENCANA: India dan Senjata Antisatelit (Kompas)

AP PHOTO/RAJESH KUMAR SINGH

Satu keluarga India menonton televisi yang tengah menayangkan Perdana Menteri Narendra Modi yang berpidato dari Prayagraj, Negara Bagian Uttar Pradesh, India, Rabu (27/3/2019). Modi mengatakan, India berhasil menguji coba rudal antisatelit. Kemampuan itu telah menempatkan India sejajar dengan kekuatan antariksa dunia, yakni Amerika Serikat, Rusia, dan China.

Pencapaian teknologi antariksa India amat mengesankan. Capaian terakhirnya, meluncurkan rudal untuk menghancurkan satelit yang mengorbit di ketinggian 300 km.

Dengan pencapaian itu, India menjadi negara keempat setelah AS, Rusia, dan China yang memiliki kemampuan menghancurkan satelit di orbit. Seberapa penting kemampuan ini secara militer modern? Kita tahu, intelijen dan komunikasi militer dewasa ini amat tergantung pada satelit. Dengan satelit mata-mata canggih, misalnya satelit Kh-11, sejak tahun 1980-an AS sudah bisa melihat nomor pelat kendaraan yang berjalan di permukaan Bumi. Satelit dengan daya resolusi tinggi ini tentu besar gunanya untuk mengetahui pergerakan militer negara mana pun di dunia. Bagi negara pemilik satelit mata-mata, negara lain sulit menyembunyikan pergerakan pasukan atau kendaraan militernya.

Kita tahu, koordinasi komando militer juga banyak dibantu oleh satelit di orbit. Kita ingat, gerakan pesawat sipil pun tak lepas dari pantauan satelit, seperti halnya ketika terjadi musibah Boeing 737 MAX 8 Lion Air dan Ethiopian Airlines.

Dengan bermacam fungsi tersebut, negara pemilik satelit mata-mata dan komunikasi memiliki keunggulan kompetitif secara militer. Semula keunggulan ini bersifat imun alias tak tersentuh karena satelit berada di tempat tak terjangkau, yakni di orbit tinggi, katakan 600 km di atas permukaan Bumi.

AS, yang menyadari bahwa satelit akan menjadi keunggulan kompetitif lawan, segera mengembangkan sistem penangkalnya dan sejak tahun 1959, dengan keberhasilan rudal antisatelit Bold Orion, AS menjadi negara pertama yang bisa menghancurkan satelit di orbit.

Rusia, yang saat itu berwujud Uni Soviet, tak mau ketinggalan. Sama-sama berbekal teknologi rudal yang andal dan berpengarah presisi, negara ini pun pada kurun 1960-an dan 1970-an mengembangkan dan berhasil menjadi negara kedua yang memiliki kemampuan antisatelit. Namun, keduanya harus menerima kenyataan, China pun bisa menyusul, ketika rudal antisatelitnya berhasil menghancurkan satelit cuaca uzur yang mengorbit pada ketinggian 800 km pada tahun 2007.

Artinya, telah terjadi proliferasi sistem persenjataan antisatelit. Akibatnya, daya kompetitif sistem ini lalu di permukaan Bumi mulai menyusut. Setiap saat musuh bisa melumpuhkan platform atau anjungan komando antariksa yang bersifat vital.

Pernyataan PM India Narendra Modi, Kamis (28/3/2019), bahwa rudal antisatelit dibuat untuk tujuan damai dan tak bermaksud menciptakan nuansa peperangan tak diterima begitu saja oleh Pakistan, saingan bebuyutannya. Menurut Pakistan, mestinya setiap negara bertanggung jawab untuk menghindari kegiatan yang memicu militerisasi wilayah antariksa.

Ibarat kotak Pandora, sekali terbuka sulit untuk mengekang dampaknya. Dengan kemampuan antisatelit, India mempunyai deterens baru, sekaligus memperluas penyebaran senjata antisatelit dan ekspansi militer ke ruang angkasa.

Kompas, 30 Maret 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

TAJUK RENCANA: DPR, Cukuplah Busukkan Diri (Kompas)

Baru masuk tiga bulan pertama tahun 2019, dua anggota parlemen tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Korupsi itu diduga terkait dana politik.

Maret 2019, menjelang pemilu, 17 April 2019, dua anggota DPR tertangkap oleh KPK. Di Jawa Timur, (mantan) Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy digelandang KPK, terkait kasus jual beli jabatan di Kementerian Agama. Romahurmuziy tercatat juga sebagai anggota DPR periode 2014-2019. Kamis (28/3/2019) dini hari di Jakarta, KPK mengamankan anggota Fraksi Partai Golkar, Bowo Sidik Pangarso, terkait dugaan korupsi jasa pengangkutan pupuk (Kompas, 29/3/2019).

KOMPAS /TOTOK WIJAYANTO

Penyidik KPK menunjukkan bararg bukti berupa uang sebanyak lebih dari Rp 8 miliar yang disimpan dalam 84 kardus saat Wakil Ketua KPK Basariah Panjaitan (duduk) memberikan keterangan kronologis operasi tangkap tangan Di kantor KPK, Jakarta, Kamis (28/3/2019). Tersangka anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar Bowo Sidik Pangarso diduga menerima suap dari Humpuss Transportasi Kimia utk memuluskan proyek pengiriman pupuk.

Dana yang diterima keduanya diduga terkait pemenangan pemilu. Bahkan, dalam kasus penangkapan Bowo, KPK menyebutkan, uang yang dimasukkan dalam 82 kardus senilai Rp 8 miliar itu diduga akan digunakan untuk serangan fajar, memenangkan pencalonan tersangka di Jawa Tengah.

Penangkapan kedua anggota DPR itu menambah panjang daftar anggota lembaga legislatif yang berurusan dengan KPK. Sepanjang tahun 2004-2018, KPK mencatat ada 998 orang terbelit korupsi. Dari jumlah itu, terbanyak berprofesi sebagai wakil rakyat, khususnya anggota DPR atau DPRD, yaitu 247 orang. Tahun 2018 saja, anggota DPR dan DPRD yang terjerat korupsi sebanyak 103 orang dan itulah profesi yang paling banyak menjadi tersangka, terdakwa, atau terpidana korupsi.

Kalangan swasta, yang umumnya adalah pemberi suap atau gratifikasi, adalah profesi terbanyak kedua yang terjerembap korupsi, yaitu 238 orang. Dalam penanganan kasus korupsi pada 2019, sejumlah kalangan swasta tertangkap pula, selain pejabat dan pegawai badan usaha milik negara (BUMN). Pejabat, terutama eselon I, II, dan III, adalah profesi yang terbanyak ketiga terjerat korupsi, yakni 199 orang hingga tahun 2018.

KOMPAS /TOTOK WIJAYANTO

Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar Bowo Sidik Pangarso keluar dari Gedung KPK untuk dibawa ke Rumah Tahanan, Jakarta, Kamis (28/3/2019). Bowo ditetapkan sebagai tersangka karena diduga menerima suap dari PT Humpuss Transportasi Kimia.

Arnold Heidenheimer dan Michael Johnston, dalam salah satu definisi korupsi pada Oxford English Dictionary, menjelaskan, definisi moral korupsi, adalah penyelewengan atau penghancuran integritas dalam pelaksanaan kewajiban publik melalui suap dan hadiah. Keberadaan dan pemakaian praktik curang, terutama dalam suatu negara, badan usaha publik dan semacamnya; proses menjadi busuk secara moral; fakta atau kondisi busuk; kemerosotan atau kebusukan moral; kebejatan (B Herry Priyono, Korupsi: Melacak Arti, Menyimak Implikasi, Gramedia Jakarta, 2018).

Korupsi tidak hanya merusak nama baik pelaku, tetapi juga membusukkan lembaga legislatif. Dari sisi pribadi, nyaris tidak ada lagi (mantan) wakil rakyat yang tertangkap korupsi diberi kepercayaan oleh rakyat. Di sisi lembaga, kepercayaan publik kepada DPR, sesuai jajak pendapat Litbang Kompas, menurun ketimbang tahun sebelumnya. Dari 16 kota, hanya 45,1 persen responden yang menilai citra DPR baik pada Maret 2019, menurun dibandingkan dengan hasil Desember 2018 dengan 46,4 persen responden menilai citra DPR baik. Padahal, pada awal jajak pendapat, Januari 2015, masih ada 50,5 persen responden yang menganggap citra DPR itu baik.

Wakil rakyat yang terhormat, kini cukuplah membusukkan diri sendiri dan lembaga legislatif….

Kompas, 30 Maret 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

ARTIKEL OPINI: Neotribalisme dalam Politik di Indonesia (KOMARUDDIN HIDAYAT)

"The tribal instinct is not just an instinct to belong. It is also an instinct to exlude", tulis Amy Chua dalam Political Tribes (2018). Menurut Chua, demokrasi ternyata telah membuka peluang bagi tampilnya naluri tribalisme dalam panggung politik nasional.

Di Amerika Serikat, isu tribalisme dalam politik muncul setelah naiknya Barack Obama dan Donald Trump menjadi presiden. Warga kulit putih melihat kulit hitam sebagai ancaman baru, sedangkan warga kulit berwarna merasa menjadi korban diskriminasi oleh kulit putih.

Sejak awal berdirinya, Amerika Serikat memang merupakan tanah impian bagi mereka yang ingin mendapatkan kemerdekaan, khususnya bagi imigran kulit putih dari Eropa yang lelah dari konflik, penindasan, serta perang antarsuku dan agama. Namun, hari ini jumlah imigran kulit coklat membengkak.

Antara tahun 1965 dan 2015, imigran dari Asia naik dari 13 juta menjadi 18 juta. Lalu keturunan Hispanik naik dari  8 juta menjadi 57 juta. Sampai-sampai saat ini muncul istilah "The Browning of America", berkembangnya kulit coklat di Amerika.

Keunggulan dan kebanggaan masyarakat Amerika dalam menjaga toleransi dan keragaman etnis yang sangat beragam itu terinterupsi oleh kampanye dan visi politik Donald Trump yang kemudian menjadi presiden ke-45 Amerika Serikat. Secara eksplisit dia anti- imigran. Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai ethnonationalist president yang akarnya adalah White Anglo-Saxon Protestant (WASP).

Meskipun begitu, masyarakat dan negara Amerika Serikat tetap merupakan negara yang paling depan dalam membangun masyarakat majemuk yang dikawal oleh hukum yang  jelas dan tegas.

Pelajaran dari Afghanistan   

Baik Uni Soviet maupun Amerika mendapatkan pengalaman amat mahal dan pahit ketika hendak menguasai Afghanistan. Belakangan baru menyadari betapa kuatnya dan sekaligus banyaknya  kelompok suku serta etnis di sana yang tidak mudah ditaklukkan karena ikatan solidaritas suku (tribe) sangat kenyal dan kokoh. "Afganistan is a black box", tulis Amy Chua.

Sampai-sampai teks lagu kebangsaan Afghanistan mesti menyebutkan 14 nama suku, empat terbesar adalah suku  Pashtuns, Tajiks, Uzbeks, dan Hazaras. Suku Pashtun yang berjumlah 15 juta menganggap Afghanistan  sebagai negara mereka. Sementara yang jadi warga negara Pakistan diperkirakan sebanyak 28 juta, tinggal di perbatasan Pakistan dan Afghanistan.

Pakistan pun sebuah negara yang sangat majemuk, yang masing-masing membangun solidaritas sendiri-sendiri. Bahkan, kata dan nama Pakistan adalah akronim dari suku Punjab, Afghan (Pasthun), Kashmir, Sindh, dan Balochistan, yang tidak mudah bermetamorfosis menjadi sebuah "super-group" yang besar seperti di Amerika. Eksklusivisme-tribalisme itu yang juga telah membuat  negara Yugoslavia bubar dan pecah menjadi Slovenia, Kroasia, Macedonia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro, Serbia, Kosovo.

Eksklusivisme-familiisme juga terjadi di negara-negara Arab yang memperlemah posisi mereka menghadapi Israel dan sering melahirkan konflik antarmereka.

Religio-tribalisme

Cakupan agama tentu saja lebih luas ketimbang suku. Namun, ini tidak berlaku bagi agama dan suku Yahudi. Baik suku, agama, dan negara bagi suku Yahudi adalah menyatu. Orang di luar suku Yahudi tidak bisa menjadi pemeluk  agama Yahudi. Lebih dari itu, Tuhan yang mereka sembah juga sudah dinasionalisasi menjadi properti milik suku Yahudi. Ini berbeda dari agama Kristen dan Islam yang berkembang menjangkau umatnya melewati batas-batas suku dan bangsa. Islam secara tegas mengecam fanatisme kesukuan.

Namun, hubungan antara identitas agama dan suku cukup bervariasi. Mana yang lebih dominan dan unggul terhadap yang lain, jawabannya  juga bervariasi.

Dalam konteks sosial dan politik, identitas dan kepentingan suku cenderung  lebih dominan ketimbang identitas keagamaan. Makanya, meskipun Islam dan Kristen mempunyai klaim sebagai agama universal, kepentingan etnis dan bangsa lebih menonjol diperjuangkan. Bahkan, negara yang mengaku sama identitas agamanya, mereka terlibat perang. Di Timur Tengah yang sama-sama  agama, bahasa dan daratannya, tak henti-hentinya terjadi peperangan.  Sikap tribalisme mengalahkan peran agama.

Bagaimana Indonesia?

Dalam banyak hal, Indonesia mirip dengan Amerika. Hanya sejak awal
yang mendirikan Amerika Serikat adalah para imigran. Sementara Indonesia adalah himpunan dan persatuan dari warga suku-suku yang telah ada, bahkan mereka ikut berjuang melawan penjajah.

Dibandingkan dengan pengalaman Yugoslavia, Afghanistan, dan negara-negara Arab, eksistensi dan peran suku yang ada di Nusantara jauh lebih damai dan toleran. Moto Bhinneka Tunggal Ika, kebinekaan dalam kesatuan, mirip sekali dengan  logo Amerika Serikat E Pluribus Unum, yang diambil dari bahasa Latin, dari banyak menjadi satu.

Baik Amerika maupun Indonesia bagaikan meltingpot, pluralitas itu telah menjadi karakter dan kebanggaannya yang selalu dijaga, jangan sampai menjadi bom waktu yang akan mengoyak dan menghancurkan pilar negara dan kedamaian hidup warganya. Sekali antaretnis terlibat perang saudara, sulit dirajut kembali seperti pengalaman pahit yang terjadi di Yugoslavia, Afghanistan, dan beberapa negara lain.

Ketika konflik antaretnis menjadi cerita masa lalu dan kini semakin melebur, di beberapa negara muncul neotribalisme baru berupa politik identitas keagamaan. Pada dasarnya klaim dan jangkauan agama itu mengatasi batas-batas etnis dan bangsa, kecuali Yahudi, tetapi ketika agama bersimbiosis dengan gerakan politik dalam perebutan kekuasaan dalam panggung demokrasi, ternyata neotribalisme keagamaan memperoleh penyaluran untuk tampil.

Disebut neotribalisme karena sesungguhnya gerakan ini tidak sepenuhnya memiliki akar  etnis ataupun agama yang solid dan laten, tetapi muncul sebagai akibat dari proses globalisasi dan modernisasi yang membuat mereka kehilangan rumah dan ikatan emosional tempat berbagi kesamaan gagasan sesaat.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika neotribalisme dalam politik tidak akan tahan lama karena memang tidak memiliki dasar teologis dan ideologis yang kukuh, melainkan hanya temporal. Di Indonesia, berbagai kekuatan suku dan ideologi yang ada sesungguhnya cenderung mencair yang pada urutannya membentuk civic nation, bukannya ethnic nation, yaitu sebuah bangsa yang lahir dan terbentuk oleh nilai-nilai dan cita-cita mulia sebagaimana tecermin dalam Pancasila.

Kekuatan politik yang semula nasionalis mengembangkan sayap religius, yang semula religius mengembangkan sayap nasionalis. Kalaupun ada gerakan ekstrem dan radikal, terlebih punya agenda mengganti ideologi Pancasila,  hanyalah gerakan sesaat dan tidak mempunyai masa depan di Indonesia karena akan berhadapan tidak saja dengan negara, tetapi juga organisasi masyarakat
yang sudah mapan dan besar, terutama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Komaruddin Hidayat Dosen pada Fakultas Psikologi UIN Jakarta

Kompas, 30 Maret 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

ARTIKEL OPINI: Meraba Arah Politik Luar Negeri Indonesia Melalui Debat Capres (IMRON COTAN)

Dari lima putaran debat antar-calon presiden dan calon wakil presiden (capres dan cawapres) yang dirancang Komisi Pemilihan Umum (KPU), debat capres yang akan diselenggarakan pada 30 Maret 2019 dipastikan akan merupakan fokus pengamatan dan laporan utama para duta besar negara-negara sahabat mengingat salah satu topik utamanya adalah hubungan internasional.

Seusai debat capres tersebut, serangkaian "kabel" (laporan rahasia) akan dilayangkan oleh para duta besar tersebut ke ibu kota mereka masing-masing, yang berisikan pengamatan dan analisis tentang kemungkinan postur dan arah politik luar negeri pemerintah baru Indonesia lima tahun ke depan (2019-2024) jika salah satu capres—entah itu petahana Joko Widodo ataupun Prabowo Subianto—memenangi pemilu presiden pada 17 April 2019 yang akan datang.

Adalah suatu keharusan bagi negara-negara sahabat, terutama yang keamanannya berkelindan dengan Indonesia, untuk mengetahui bagaimana pemerintah pasca-Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019 akan memproyeksikan kekuatannya untuk mencapai tujuan nasional Indonesia sebagaimana termaktub pada Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Tujuan nasional Indonesia tersebut yaitu "melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan, ikut melaksanakan dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial".

Pemerintah pasca-Pilpres 2019 memang dibayang-bayangi oleh dinamika global dan regional yang jauh berbeda dengan yang dihadapi ketika Pilpres 2014 diselenggarakan. Dinamika pada tataran global akhir-akhir ini memang cukup mengkhawatirkan, ditandai oleh kembalinya perang dingin dan perebutan wilayah pengaruh, antara Amerika Serikat dan Rusia.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara sepihak juga telah menarik diri dari perjanjian Intermediate Nuclear Forces Treaty (2019) setelah didahului keputusan Presiden George W Bush untuk membatalkan Anti-Ballistic Missile Treaty(2002).  Tidak pelak lagi, pembatalan dua perjanjian kunci tersebut kembali mendorong munculnya pacuan senjata nuklir di antara kedua negara adidaya tersebut.

Situasi global dan kawasan

Situasi dunia semakin mengkhawatirkan dengan berlangsungnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China—dua ekonomi terbesar dunia—yang dampaknya dirasakan oleh seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Patut disyukuri bahwa program pembangunan infrastruktur yang dilancarkan oleh pemerintah petahana cukup berhasil memitigasi dampak negatif perang dagang tersebut sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu bertahan pada kisaran 5 persen per tahun.

Sementara pada tingkat regional, yang merupakan lingkungan strategis Indonesia, terbuka peluang pecahnya konflik di Laut China Selatan, yang melibatkan China, Filipina, Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan; di Laut China Timur, yang melibatkan  China, Jepang, dan Korea Selatan; dan di Semenanjung Korea, yang melibatkan Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Korea Utara.

Hampir seluruh pakar kawasan berpendapat bahwa munculnya Presiden China Xi Jinping sebagai pemimpin kuat (lingtao hexin) di China membuat negara tersebut lebih trengginas di kawasan-kawasan konflik tersebut.

Serangkaian ekspedisi militer yang dilancarkan China di Laut China Selatan dan Laut China Timur diimbuhi pula dengan pembangunan lapangan terbang di salah satu pulau yang juga didaku Filipina, selain menaikkan suhu politik di kawasan, juga mengindikasikan bahwa China tidak menutup opsi perang untuk menyelesaikan konflik-konflik di atas.

Kekhawatiran negara-negara di kawasan semakin meningkat mengingat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, kehadiran Amerika Serikat sebagai kekuatan penyeimbang tidak lagi dapat diandalkan, mengingat negara tersebut lebih mengonsentrasikan diri pada penyelesaian isu-isu domestik (America First).

Politik luar negeri Indonesia pasca-pilpres

Terkait dengan kembalinya perang dingin seperti digambarkan di atas, beberapa pertanyaan fundamental akan muncul di kalangan duta besar negara-negara sahabat tersebut, yaitu: apakah Indonesia akan tetap setia kepada prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif dan sebagai konsekuensinya mencoba merevitalisasi Gerakan Non-Blok yang saat ini sedang terlelap (moribund).

Dan, apakah pemerintah baru juga akan kembali menghidupkan proses konsultasi dengan para negara pemilik senjata nuklir—Amerika Serikat, China, Rusia, Perancis, dan Inggris—agar negara-negara tersebut segera mengakui keberadaan zona bebas senjata nuklir di Asia Tenggara, seperti yang dimandatkan oleh The Southeast Asian Nuclear Weapons Free Zone (SEANFZ, 1997), menyusul terbentuknya kawasan yang sama di Amerika Latin dan Karibia (Tlatelolco Treaty, 1968), dan di kawasan Pasifik Selatan (Rarotonga Treaty, 1986).

Sudah beberapa dekade ini negara-negara ASEAN gagal meyakinkan para negara senjata nuklir tersebut mengakui keberadaan SEANFZ.

Dapat pula diantisipasi bahwa melalui perdebatan tersebut, para duta besar negara sahabat ingin mengetahui posisi Indonesia, sebagai salah-satu pendukung rezim  perdagangan bebas, terhadap sikap AS, yang mengenakan tarif tinggi bagi produk-produk negara asing, termasuk produk-produk tekstil Indonesia, yang memasuki pasar Amerika Serikat.

Tidak kalah menariknya bagi para wakil negara sahabat tersebut adalah tindakan apa yang akan diambil oleh pemerintah baru Indonesia terhadap kelompok-kelompok pengusung ideologi khilafah, terutama jika dikaitkan dengan kembalinya para pejuang Negara Islam di Irak dan Suriah (returning fighters), yang telah dikalahkan di Suriah.

Para duta besar negara-negara sahabat tersebut tentu mengharapkan debat capres yang akan datang mampu memberikan jawaban-jawaban terhadap serangkaian pertanyaan fundamental di atas.

Imron Cotan Mantan Duta Besar Indonesia untuk Australia (2003-2005) dan China (2010-2013)

Kompas, 30 Maret 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.
Powered By Blogger