Berikut adalah petikan wawancara Mahfud MD dengan wartawan Media Indonesia Rudy Polycarpus, Minggu (11/11).
Tanya: Apa dasar Anda mengatakan bahwa mafia narkoba diduga telah masuk ke lingkungan Istana Presiden?
Jawab: Dari analisis saya karena Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono) dikenal sangat hati-hati mengambil keputusan. Namun kok bisa memberikan grasi kepada Meirika Franola yang kemudian ternyata diduga kuat masih beroperasi di penjara. Saya sepakat dengan Yusril Izha Mehendra kalau Presiden kecolongan dalam hal ini.
Tanya: Mengapa bisa kecolongan?
Jawab: Karena Presiden mendapat masukan yang sesat, ingin menyenangkan Presiden saja. Padahal pendapat MA terhadap Presiden adalah agar Ola tidak diberi grasi karena dia bukan kurir. Banyak orang cari muka macam-macam, sehingga dunia hukum kita jadi kacau balau begitu.
Tanya: Akibat pernyataan anda, Istana tersinggung dan melalui Mensesneg Sudi Silalahi meminta anda membuktikan.
Jawab: Saya memang menduga dan percaya ada mafia (narkoba). Menduga itu tak perlu pembuktian karena itu produk analisa. Yang perlu dibuktikan itu menuduh karena sudah menyebut subyek pelaku. Kalau anda menduga ada maling di rumah saya, maka anda tak melakukan pelanggaran hukum dan tak perlu membuktikan. Saya tidak mengatakan bahwa (mafia) itu orang istana. Tapi saya menduga ada orang luar yang karena kecanggihannya bisa menyakinkan istana bahwa grasi itu tepat.
Tanya: Memang seberapa canggih mafia narkoba itu beraksi?
Jawab :Lihat saja bagaimana mantan Kalapas Nusa Kambangan ikut terlibat narkoba. Kemudian lapas-lapas yang disidak Denny Indrayana menemukan jaringan pengedar narkoba yang melibatkan penegak hukum lainnya. Dia (Denny) kan sering sidak, mosok hal yang sudah di depan hidung kok tidak disidak.
Tanya: Lalu?
Jawab: Saya sependapat dengan Ketua Granat Hendri Yosodiningrat yang menyebut ada jaringan yang bekerja mengurus pengadilan sampai pada upaya pembebasan terpidana narkoba dengan jumlah uang dan besar.
Tanya: Menurut anda kenapa Istana kebakaran jenggot?
Jawab: Pernyataan saya sebetulnya sama dengan Denny yaang mengatakan bahwa ada empat sentral korupsi, yaitu Istana, Cendana, Senayan, dan Mabes. Lalu kalau pada Denny tak tersinggung, kepada saya kok tersinggung? Namun saya setuju kalau pak Sudi bilang saya tak perlu omong soal Istana. Itu menunjukkan mereka pembantu presiden yang baik. Manurut saya yang penting saat ini mari sama-sama perangi kejahatan narkoba seperti kalau kita memerangi terorisme dan korupsi. (PL/OL-8)
(Mediaindonesia.com)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar