Setelah lokasi dipindahkan ke Kemayoran pada tahun 1992, ciri khas pesta rakyat yang diselenggarakan sejak tahun 1968 di kawasan Monas yang terinspirasi Pasar Malam Gambir di zaman Belanda itu mulai hilang. Apalagi, sejak tahun 2005, Pekan Raya Jakarta (PRJ) lebih tampil sebagai tempat promosi perusahaan besar.
Akibatnya, kepentingan ekonomi pabrikan mendominasi dan menggeser kepentingan ekonomi, sosial, dan budaya rakyat. Ukuran keberhasilan dihitung dengan kalkulasi produk yang terjual, bukan sebagai pesta rakyat.
Sifat elitis pameran terlihat dari harga tiket masuk. Besaran Rp 30.000 per orang ke PRJ tahun ini tidak menafikan daya beli rakyat. Semakin PRJ dikunjungi banyak orang, semakin besar pemasukan. Semakin banyak industri besar masuk, semakin besar besaran nominal keuntungan penyelenggaraan PRJ.
Padahal, merunut asal-usul dan konsepnya, yang disasar bukan kepentingan ekonomi, melainkan pesta dari, demi, dan untuk rakyat, serta seberapa jauh kreativitas dan kondisi sosial-budaya masyarakat tampil, termasuk sebagai outlet kepenatan sehari-hari. Apa pun yang serba merakyat bisa tampil di sana, seperti kerak telur dan tari lenong. Memang, penjelasan dan argumentasinya tidak sesimpel itu. Menyampaikan informasi tentang Jakarta, termasuk kegiatan pemprov, merupakan bagian dari, demi, dan untuk rakyat.
Mengembalikan konsep PRJ milik rakyat Jakarta berarti mengembalikan kepemilikan penyelenggaraannya ke Pemprov DKI Jakarta. Lantas, agar kepentingan rakyat memperoleh perhatian lebih dan bukan kepentingan ekonomi pengusaha, pembagian saham pun perlu diubah.
Dalam konteks itu, jangan sampai terburu-buru memindahkan lokasi sebagai langkah pertama. Kondisi infrastruktur prasarana dan sarana pesta rakyat di Kemayoran jauh lebih baik daripada di Monas. Fasilitas di bekas bandara itu lebih memadai dibandingkan Ancol.
Mengubah kawasan Monas untuk penyelenggaraan PRJ perlu kajian rasionalitas. Kita dukung eksperimen memperluas pameran rutin di beberapa tempat sebagai embrio format baru PRJ. Namun, mengembalikan PRJ menjadi milik rakyat berarti mengubah konsep dasar berikut turunannya. Memanfaatkan semaksimal mungkin fasilitas yang sudah tersedia di Kemayoran barangkali lebih bermanfaat, senyampang mengubah konsep dasar dan mainstream ke, dari, demi, dan untuk kepentingan rakyat.
Berbagai kemungkinan dan simulasi yang diselenggarakan harus menjadi bahan pertimbangan serius. Taruhlah PRJ tahun ini menarget 4,5 juta pengunjung, mampukah kawasan Monas menampungnya, atau sebaliknya malah merusak kawasan Monas? Keinginan mengembalikan PRJ ke rakyat berarti perlu penyegaran konsep dari, demi, dan untuk rakyat!
***
(Tajuk Rencana Kompas, 14 Juni 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar