Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 08 Januari 2014

TAJUK RENCANA Krisis Anggaran di Inggris (Kompas)

KRISIS anggaran dan krisis utang, yang melanda perekonomian zona euro beberapa tahun terakhir, kini mulai menghantui perekonomian tetangganya di Eropa, Inggris.
PM David Cameron dan Menkeu George Osborne dalam pidatonya baru-baru ini mengingatkan, tahun 2014 akan jadi tahun berat bagi Inggris. Beberapa langkah pemangkasan anggaran drastis harus ditempuh untuk menekan defisit anggaran dan ketergantungan eksesif pada utang.

Volume anggaran yang dipangkas mencapai 17 miliar poundsterling pada 2014, 20 miliar poundsterling (2015), dan masing-masing 25 miliar pounds (2016 dan 2017). Bisa dibayangkan dampaknya pada pelayanan publik, dengan porsi belanja pelayanan publik beberapa tahun ke depan terendah sejak 1948 terhadap total pendapatan nasional.

Langkah ini kelanjutan dari kebijakan fiskal ketat yang sudah ditempuh empat tahun terakhir sejak Osborne menjabat Menkeu dalam rangka menyehatkan keuangan negara. Inggris dihadapkan pada problem pembengkakan defisit fiskal akibat krisis keuangan global 2008. Meski defisit dapat ditekan ke sekitar 5 persen, angkanya masih di atas rata-rata negara maju. Inggris harus menambah utang baru 100 miliar poundsterling untuk menutupnya.

Ketergantungan besar terhadap utang ini konsekuensi dari menggantungkan pertumbuhan pada konsumsi yang dibiayai dengan utang yang kian besar dari tahun ke tahun. Depkeu menargetkan kebutuhan utang bisa ditekan hingga nol dalam lima tahun ke depan melalui pemangkasan belanja pemerintah. Sejumlah ekonom mengkritik rencana ekstrem Osborne yang dinilai tak akan menolong, sebaliknya justru akan semakin menekan perekonomian.

Pemulihan ekonomi saat ini dinilai masih rentan dan diragukan berkesinambungan. Itu karena pertumbuhan 3 persen saat ini lebih ditopang konsumsi rumah tangga dan ekspansi sektor properti yang didukung kredit berbunga rendah, yang sulit dipertahankan dengan adanya kebijakan pemangkasan anggaran masif beberapa tahun ke depan.

Osborne memberi sinyal sasaran pemangkasan adalah anggaran kesejahteraan untuk kelompok usia kerja. Ia menjanjikan tak akan mengganggu anggaran kesejahteraan untuk pensiunan (meski ada rencana memundurkan usia pensiun), anggaran kesehatan, dan sekolah. Menurut para ekonom, untuk menghindari bumerang terhadap ekonomi, langkah lebih rasional adalah mengupayakan anggaran berimbang dalam jangka panjang, lewat kombinasi pemangkasan anggaran dan kenaikan pajak.

Kemelut fiskal ini dipastikan jadi perdebatan politik sengit menjelang pemilu Inggris 16 bulan mendatang dan kian memperkeruh prospek ekonomi negara maju dan global, di tengah pemulihan AS yang belum solid dan zona euro yang belum sepenuhnya keluar dari krisis utang.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004000757
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger