Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 07 Januari 2014

TAJUK RENCANA Wajah Buram Banglades (Kompas)

WAJAH demokrasi Banglades tidak hanya coreng-moreng, tetapi bahkan buram. Pemilu legislatif pekan lalu menjadi bukti keburaman itu
Pemilu yang diboikot partai oposisi utama, Partai Nasionalis Banglades (BNP) pimpinan Khaleda Zia dan 26 partai kecil lainnya, menghasilkan sebuah parlemen yang didominasi partai yang berkuasa, Liga Awami pimpinan Sheikh Hasina. Liga Awami menguasai 160 dari 300 kursi di parlemen, yang 120 di antaranya diperoleh tanpa harus diperebutkan karena diboikot partai-partai oposisi.

Akan tetapi, keabsahan pemilu tidak diakui oleh partai-partai oposisi yang menuntut dilaksanakan pemilu ulang. Mereka juga menuntut agar Sheikh Hasina mengundurkan diri sebelum menyelenggarakan pemilu, dan pemilu dilaksanakan oleh pemerintahan sementara yang netral. Hal kedua itu yang ditolak Liga Awami dan itu pula yang antara lain menjadi pemicu boikot.

Sebenarnya, perseteruan antara Khaleda Zia dengan BNP-nya dan Sheikh Hasina dengan Liga Awami-nya sudah berlangsung lama, yakni sejak pemilu demokrasi pertama dilaksanakan pada awal 1990-an. Di antara keduanya, ada kesaling-tidakpercayaan. Inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa krisis politik selalu terjadi.

Selain masalah tersebut—saling tidak percaya—terjadi pula pertarungan antara kekuatan moderat dan sekuler di satu sisi dan kekuatan radikal di sisi lain. Liga Awami merupakan representasi kelompok sekuler, sementara BNP mendapat dukungan kelompok garis keras, Jamaat-e-Islami.

Dengan kondisi seperti itu, kehidupan politik di Banglades tidak hanya selalu dibelit krisis, tetapi juga konflik. Selama 12 bulan terakhir terjadi kerusuhan politik di berbagai pelosok negeri dan menewaskan tak kurang dari 500 orang. Saat pemilu lalu diberitakan 18 orang tewas.

Pertarungan politik itu telah berdampak buruk terhadap kondisi perekonomian Banglades. Industri garmen yang menjadi tulang punggung perekonomian negeri itu terpukul, antara lain karena blokade jalur kereta api, juga berbagai pemogokan buruh. Padahal, industri ini telah berhasil mengurangi angka kemiskinan. Jumlah penduduk—Banglades berpenduduk 160 juta jiwa—yang hidup di garis kemiskinan pada tahun 1990 sebanyak 58 persen, dan pada tahun 2010 turun menjadi 32 persen.

Namun, krisis politik yang berkelanjutan dikhawatirkan akan berdampak buruk terhadap perekonomian negeri itu. Untuk bisa keluar dari krisis politik itu, tidak ada jalan lain bagi Banglades kecuali diadakan dialog antarpartai, terutama antara Liga Awami dan BNP. Sikap keras kepala Liga Awami, yang menganggap sepi tuntutan BNP agar dibentuk pemerintahan sementara yang netral sebagai penyelenggara pemilu, bisa berujung pada berlarutnya krisis dan konflik politik, dan akan berdarah-darah.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003981464
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger