Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 10 Juni 2014

TAJUK RENCANA: Doa Perdamaian di Vatikan (Kompas)

APAKAH doa tiga pemimpin dunia—Shimon Peres, Paus Fransiskus, dan Mahmoud Abbas—di Vatikan dapat melahirkan perdamaian?
Terlalu berlebihan jika beranggapan bahwa setelah ketiga pemimpin itu berdoa bersama di sebuah taman di Vatikan, Minggu lalu, perdamaian segera tercipta di Timur Tengah, hilanglah segala bentuk permusuhan dan kebencian yang sudah bertahun-tahun dan bahkan melampaui abad. Sebaliknya, juga terlalu pongah jika mengatakan, doa tidak ada manfaatnya bagi perdamaian.

Doa adalah bahasa jiwa yang hendak membicarakan dan membuka hati terhadap mukjizat kehidupan yang tak habis-habisnya. Keterbukaan hati dan iman kepada Sang Ilahi yang murah hati tak mungkin tanpa kehadiran sesama manusia. Yang melimpah dari-Nya pasti diberikan untuk semua manusia sehingga doa "saya" selalu berdimensi syafaat agar mereka, juga kita, diberi berkat dan sejahtera. Di sini "saya dan engkau" bersama-sama dapat berdoa dan berharap akan kemurahan-Nya yang tak berbatas.

Kemurahan apa? Kemurahan perdamaian. Kemurahan untuk tidak saling membenci. Kemurahan untuk mampu memutus rantai kebencian dan permusuhan. Kemurahan untuk bisa hidup bertetangga secara baik, saling menghormati, dan saling menghargai.

Karena itu, jika ketiga pemimpin itu berdoa bersama, atas prakarsa Paus Fransiskus, mereka tidak sedang melarikan diri dari realitas di lapangan di mana hanya kegagalan-kegagalan yang mereka temui setiap kali mengadakan perundingan perdamaian. Paus menegaskan bahwa doa bersama itu tidak bertujuan politik. Memang, doa bersama itu dilakukan tak lama setelah Hamas dan Fatah bersatu serta tak lama setelah perundingan perdamaian yang diprakarsai AS gagal.

Doa bersama itu justru merupakan langkah terobosan dari kebuntuan politik selama ini. Sebuah terobosan untuk menyingkirkan hal-hal yang membuat kedua bangsa saling bermusuhan dan mencari hal-hal yang dapat menyatakan mereka bersama-sama mengusahakan perdamaian. Ada keyakinan di sini bahwa doa memiliki kekuatan, kekuatan untuk mengubah hati, mentransformasi hati, dan itu berarti mentransformasi sejarah dari kebencian menjadi saling menghormati.

Karena itu, doa perdamaian dipilih sebagai tindakan. Mengapa? Sebab, menyadari bahwa kekuatan nyata bagi menegakkan perdamaian dan keadilan hanya datang dari Allah. Dengan kata lain, perdamaian merupakan sesuatu yang berdimensi spiritual. Karena itu, upaya perdamaian senantiasa membutuhkan doa.

Kita sepakat tentang hal itu bahwa upaya perdamaian, selain membutuhkan berbagai perundingan dan negosiasi, juga butuh doa. Doa membutuhkan keterbukaan dan kepasrahan hati. Inilah "perjalanan baru" ke perdamaian.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007127474
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger