Tekad melawan mafia itu disampaikan lagi oleh presiden terpilih Jokowi dalam pidato di Muktamar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Minggu lalu, di Surabaya, Jawa Timur. Hadir pula wakil presiden terpilih Jusuf Kalla dalam acara itu. Keinginan Jokowi-JK melawan mafia sudah disampaikan dalam sejumlah kesempatan, termasuk dalam debat kampanye pemilihan presiden-wakil presiden.
Ancaman bahaya mafia sering dikeluhkan, tetapi tidak terlihat terobosan untuk mengatasinya. Masalah mafia merupakan tantangan berat. Jokowi bahkan menggambarkan, menjadi persoalan besar jika pemerintah tidak mempunyai keberanian memberantas mafia, yang sudah masuk ke beragam sektor penting kehidupan negara, seperti energi, pangan, infrastruktur, dan perizinan.
Dampak praktik mafia luar biasa. Jokowi mengemukakan, Indonesia yang kaya sumber daya alam justru menjadi importir pangan dan energi. Secara khusus, Jokowi menyinggung ironi di bidang energi. Indonesia dikatakan kaya akan sumber minyak bumi, gas alam, dan panas bumi, tetapi rakyat masih kesulitan mendapatkan aliran listrik dan bahan bakar minyak sebagai dampak pengelolaan dan manajemen yang tidak tepat.
Atas dasar itu, Jokowi bertekad akan memilih figur menteri yang berkarakter kuat, berani melawan mafia secara frontal, berkemampuan manajerial baik, berintegritas diri, dan jujur. Juga dikemukakan, percuma kalau dijadikan menteri, tetapi malah ikut arus mafia. Sejumlah kalangan menaruh harapan tinggi terhadap kepemimpinan Jokowi-JK dalam melawan mafia.
Bukan hanya masyarakat, kalangan pejabat pemerintah juga mengeluhkan praktik mafia di bidang energi, pangan, hukum, tambang, perizinan, narkotika, dan pengadilan. Timbul kesan, pemerintah tidak berdaya menghadapi permainan kaum mafioso. Sudah sering disinggung, praktik mafia, termasuk korupsi, merebak luas jika pemerintahan tidak efektif dan kehilangan kewibawaan.
Tantangan melawan mafia tidaklah kecil. Lebih-lebih karena para mafioso, seperti dalam sejarah banyak negara, sering tampil atau menampilkan diri sebagai orang terhormat dan berlindung di balik aturan, yang disusupinya. Sebagai orang-orang sangat rakus, kaum mafioso mampu menata jaringan kejahatan secara rapi dan dapat menyamar secara sempurna. Tidak jarang, seperti dalam kasus mafia Sisilia, masyarakat dibuat terkecoh karena mafioso menyelinap ke dalam pemerintahan, parlemen, kepolisian, kejaksaan, bahkan pemuka agama.
Namun, sepandai-pandainya mafia, seperti pernah dialami Italia dan Amerika Serikat, sindikat kerakusan itu dapat dibongkar dan dipatahkan dengan penegakan hukum secara konsekuen, konsisten, dan transparan. Momentum melawan mafia kini sudah datang!
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008645811
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar