Penyerangan dan penyekapan terhadap tentara penjaga perdamaian di Dataran Tinggi Golan oleh kelompok bersenjata Jabhat al-Nusra (Front al-Nusra), akhir pekan lalu, mempertegas perlunya tindakan bersama untuk menghadapi aksi terorisme itu.
Front al-Nusra adalah bagian dari Al Qaeda. Kelompok ini didirikan pada Januari 2012 di tengah perang saudara bernada sektarian di Suriah semakin membara. Tujuan pembentukan kelompok yang dipimpin oleh Abu Mohammad al-Jawlani ini adalah untuk mendongkel pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
Saat pembentukannya, Jabhat al-Nusra merupakan bagian dari jaringan kelompok bersenjata pimpinan Abu Musab al-Zarqawi—yang memimpin Negara Islam ini—dan dikenal sebagai kelompok yang paling agresif. Oleh banyak negara, termasuk Amerika Serikat dan Turki, Jabhat al-Nusra digolongkan dalam kelompok teroris, meskipun tahun lalu mereka menyatakan memisahkan diri dari kelompok pimpinan Al-Zarqawi.
Secara nalar, memang semestinya mereka tidak menyerang dan menyandera pasukan penjaga perdamaian PBB yang ditempatkan di Dataran Tinggi Golan. Pasukan PBB ditempatkan di wilayah itu sejak tahun 1973 dengan tugas memantau pelaksanaan gencatan senjata antara Suriah dan Israel setelah Perang 1967. Selama berdasawarsa, nyaris tidak ada insiden senjata di Golan.
Namun, apa yang terjadi sekarang ini—menyandera 44 tentara Fiji dan terlibat baku tembak dengan tentara Filipina yang berjumlah 72 orang—adalah tindakan di luar nalar. Dikatakan demikian karena tujuan utama mereka adalah menyingkirkan rezim Bashar al-Assad dalam perang yang sudah menewaskan paling kurang 190.000 orang.
Tindakan mereka tentu tidak bisa dibenarkan sama sekali. Apa pun alasan yang mendasari kelompok fundamentalis ini menyerang pasukan penjaga perdamaian tidak bisa diterima. Mereka menyerang pasukan yang memperoleh mandat PBB untuk menjaga perdamaian; pasukan yang justru mencegah jangan sampai pecah perang; pasukan yang menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dan kedamaian. Karena itu, tugas pasukan penjaga perdamaian PBB harus didukung.
Secara sepintas bisa diperkirakan bahwa aksi Jabhat al-Nusra itu memberikan gambaran betapa situasi perang saudara bernuansa sektarian di Suriah semakin buruk. Serangan tersebut juga memberikan gambaran bahwa kelompok itu ingin menyebarkan teror, mengacaukan perdamaian ke mana-mana. Karena itu, tidak ada jalan lain, kecuali bersatunya semua pihak, semua negara pendukung perdamaian, untuk menghadapi terorisme tersebut.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008625707
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar