Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 22 April 2015

TAJUK RENCANA: Di Balik Tragedi Kapal Libya (Kompas)

Kasus tenggelamnya kapal pembawa imigran gelap Libya di Laut Tengah akhir pekan lalu sungguh tragis. Ratusan orang dilaporkan tewas.

Kecelakaan laut hari Minggu, 19 April, itu digambarkan tragedi paling buruk dalam sejarah pelayaran kapal penyelundupan manusia. Kapal yang tenggelam di lepas pantai Libya dalam perjalanan menuju Eropa itu diperkirakan membawa 700-950 orang.

Bencana seakan tidak terhindarkan ketika kapal kusam yang berpenumpang jauh di atas kapasitas itu tiba-tiba oleng dan langsung tenggelam. Hanya puluhan orang yang mampu menyelamatkan diri. Tragedi itu tampaknya hanyalah fenomen dari persoalan yang jauh lebih rumit dan berbahaya. Warga Libya terpaksa melarikan diri karena tidak sanggup menghadapi kekacauan dan kekerasan yang terus berkecamuk di dalam negeri.

Selama akar persoalan tidak segera diatasi, bahaya lebih besar, termasuk gelombang imigran gelap, dikhawatirkan akan semakin sulit dibendung. Sekalipun sudah sekitar 1.500 orang tewas tenggelam dalam perjalanan luat selama beberapa pekan terakhir, arus imigran tidak juga surut. Sekitar 11.000 imigran gelap Libya diselamatkan oleh petugas pantai Italia sekitar 10 hari terakhir.

Persoalan kemanusiaan bertambah karena beroperasi pula para pedagang manusia, yang menarik bayaran mahal untuk jasa penyelundupan kepada warga Libya yang sedang dalam tekanan berat. Ibarat bermain di air keruh, para pedagang dan penyeludup manusia beroperasi di daerah-daerah konflik di sejumlah negara Arab, seperti Libya, Suriah, dan Irak.

Warga di negara-negara itu antara lain terdampar di Indonesia dalam perjalanan menuju Australia. Tidak kalah memprihatinkan fenomen perdagangan dan penyelundupan manusia dari negara-negara Afrika yang sedang dilanda kekerasan, perang, kekeringan, dan kelaparan.

Perjuangan mereka melepaskan diri dari tanah airnya sering menimbulkan kisah tragis. Tidak sedikit imigran mengalami kecelakaan, pembunuhan, penyiksaan, dan pemerkosaan dalam pergulatan mengadu nasib ke negeri-negeri yang lebih aman. Persoalan penyeludupan dan perdagangan manusia tampaknya tidak hanya terkait dengan persoalan perang dan kekerasan. Tidak sedikit mafia penyeludupan dan perdagangan manusia beroperasi leluasa di daerah-daerah miskin dan terbelakang.

Sebagai tragedi kemanusiaan, gelombang imigran gelap akan terus berlangsung selama kekerasan, kekacauan, perang, dan ketidakadilan ekonomi terus berlangsung di tingkat negara ataupun regional dan global. Atas dasar itu, kerja sama dunia internasional sangat dibutuhkan untuk menciptakan tatanan dunia baru yang lebih menjamin perdamaian, keamanan, keadilan sosial ekonomi, dan lingkungan hidup yang nyaman.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 April 2015, di halaman 6 dengan judul "Di Balik Tragedi Kapal Libya".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger