Jika Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 di Bandung mendorong gelombang nasionalisme dan gerakan kemerdekaan negara-negara Asia Afrika, Peringatan 60 Tahun KAA diharapkan akan mendorong solidaritas baru dalam memacu kemajuan. Sudah terbukti dan teruji, solidaritas dan kerja sama Asia Afrika, yang dipertontonkan secara fenomenal dan historik dalam KAA 1955, membawa perubahan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan berbagai bangsa di kedua benua.
Tuntutan kerja sama dan solidaritas di kalangan negara-negara Asia Afrika justru semakin meningkat saat ini dan di masa-masa mendatang karena tantangan yang dihadapi tidak berkurang, tetapi cenderung bertambah kompleks. Perlu dikemukakan, solidaritas dan kerja sama telah berhasil membawa kemerdekaan bagi sejumlah bangsa Asia dan Afrika. Ikatan mata rantai penjajahan sebagai persoalan yang pelik dan rumit berhasil diputuskan.
Dengan memperhatikan pengalaman itu, negara-negara Asia Afrika semestinya mampu mengatasi bersama berbagai tantangan dalam bidang ekonomi, politik, dan keamanan. Sejauh ini, negara-negara Asia dan Afrika terkesan berjalan sendiri-sendiri dalam mengatasi berbagai kesulitan. Kebanyakan negara Asia Afrika kedodoran dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan, dan keamanan.
Atas dasar itu, tidaklah berlebihan jika pertemuan puncak Peringatan 60 Tahun KAA diharapkan akan membangkitkan kembali solidaritas, kerja sama, dan persahabatan untuk mengatasi berbagai kesulitan. Harapan itu dipastikan akan terwujud jika kesepakatan pertemuan puncak Peringatan 60 Tahun KAA diikat dalam komitmen untuk melaksanakannya secara konsisten.
Hasil KAA 2015 antara lain menegaskan pentingnya kerja sama ekonomi, politik, dan sosial budaya. Juga mendorong kerja sama dalam menjaga perdamaian, mengatasi ekstremisme dan terorisme. Secara tegas pula, dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina. Makna KAA 2015 sangat bergantung pada pelaksanaan berbagai kesepakatan yang sudah dirumuskan. Nilai KAA 2015 akan hambar jika segala kesepakatan dibiarkan mengambang, tidak berhasil diwujudkan.
Keberhasilan pelaksanaan kesepakatan KAA 2015 antara lain bergantung pada kepemimpinan Indonesia seperti diperlihatkan tahun 1955. Dengan tokoh sentral Bung Karno, Indonesia berada di panggung tinggi untuk menggelorakan semangat perlawanan terhadap penjajah dan mendorong kemerdekaan. Jika 60 tahun lalu negara-negara Asia Afrika berjuang melepaskan diri dari kolonialisme, kini perjuangannya mengisi kemerdekaan dengan melawan kemiskinan, keterbelakangan, dan korupsi.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 April 2015, di halaman 6 dengan judul "Pesan Konferensi Asia Afrika".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar