Pernyataan itu sekaligus membenarkan pernyataan Kementerian Luar Negeri dan Militer Pakistan bahwa kecelakaan helikopter itu disebabkan kegagalan teknis saat mendarat. Kecelakaan itu telah menyebabkan tujuh orang tewas, yaitu Dubes Norwegia dan Dubes Filipina, istri Dubes Indonesia dan istri Dubes Malaysia, serta tiga awak helikopter Mi-17 buatan Rusia itu.
Namun, militan Taliban tetap merilis video yang memperlihatkan pejuang Taliban dengan senjata darat ke udara, dan mengklaim bahwa helikopter itu jatuh di daerah Gilgit-Baltistan akibat dihantam senjata dari jarak sekitar 3 kilometer. Kita tahu, daerah Gilgit-Baltistan bukanlah daerah basis Taliban.
Dalam 10 tahun terakhir, sedikitnya terjadi empat kecelakaan yang menimpa helikopter Mi-17 di Pakistan. Pada 2004, helikopter ini mengalami kecelakaan dalam perjalanan dari Rawalpindi menuju Waziristan Utara yang menyebabkan 13 orang meninggal.
Empat orang tewas akibat kecelakaan helikopter jenis yang sama pada 2007, dan pada 2009 helikopter Mi-17 kembali mengalami kecelakaan di Muzaffarabad yang menyebabkan 41 orang meninggal. Terakhir pada 2012, lima orang meninggal akibat kecelakaan helikopter yang sama di dekat Skardu, wilayah Gilgit-Baltistan.
Kecelakaan terbesar pesawat yang juga membawa diplomat pernah terjadi ketika Presiden Zia Ul Haq naik pesawat C-130 dan membawa Duta Besar AS Arnold Raphel. Presiden bersama Dubes AS tewas dalam kecelakaan yang menyebabkan semua 35 penumpangnya tewas.
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, sejumlah kecelakaan di Pakistan dan beberapa negara, termasuk Indonesia, memberi gambaran kepada kita betapa tidak mudah mengelola alat transportasi udara. Bahkan, pesawat atau helikopter yang dikelola militer yang dikenal disiplin pun, termasuk pesawat militer di Indonesia, sering mengalami kecelakaan.
Dibutuhkan kecermatan dan presisi dalam mengelola alat transportasi yang satu ini. Kecerobohan sedikit saja dapat mengakibatkan kecelakaan fatal, yang berakibat pada kematian.
Situasi politik di Pakistan akhir-akhir ini masih diwarnai pertentangan antara pemerintah dan kelompok garis keras. Kejadian apa pun terkait militer dengan mudah dan sering diasosiasikan dengan kondisi politik itu.
Kita berharap, Pemerintah Pakistan segera memberikan penjelasan gamblang terkait kecelakaan ini berdasarkan rekaman kotak hitam helikopter. Penjelasan itu penting untuk menegaskan bahwa kecelakaan itu murni kegagalan teknis. Ini penting untuk menepis keraguan keandalan militer mengamankan para tamu penting negara.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Mei 2015, di halaman 6 dengan judul "Heli Pakistan Tak Ditembak Taliban".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar