Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 10 November 2015

Logika Pemimpin DPR//Uang Tak Keluar//Layanan Berubah (Surat Pembaca Kompas)

Logika Pemimpin DPR

Sungguh aneh menyaksikan sikap pemimpin DPR yang menggunakan masker saat Sidang Paripurna RAPBN 2016. Pemimpin DPR itu menyatakan penggunaan masker sebagai bentuk empati dan solidaritas terhadap korban kabut asap. Di mana logika rasionalnya?

Sampai hari ini bencana kabut asap belum merupakan bencana nasional dan masih menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Apakah para korban kabut asap akan terhibur melihat para pemimpin DPR memakai masker?

Menurut hemat saya, tindakan itu tidak tepat karena dilakukan di Jakarta yang tak terkena dampak asap. Kenyataannya, para pemimpin DPR itu belum pernah dikabarkan "blusukan" ke lokasi kebakaran hutan dan lahan. Jadi, tindakan tersebut adalah pencitraan belaka.

Saat menyanyikan lagu "Indonesia Raya", para pemimpin DPR itu juga tetap menggunakan masker. Secara etis hal itu kurang tepat juga karena lokasi tempat lagu kebangsaan itu dinyanyikan bukan di rumah sakit atau di lokasi bencana, tempat masker memang diperlukan.

Adalah lebih tepat jika DPR membuat aturan hukum yang lebih tegas tentang pembakaran hutan dan lahan, sekaligus mengalokasikan anggaran yang lebih besar sehingga bencana serupa tidak terulang lagi di masa depan.

Rakyat sudah bosan dengan pencitraan. Saatnya DPR melakukan sesuatu yang lebih berdampak nyata.

PAULUS MUJIRAN

Jalan Borobudur Utara, Manyaran, Semarang

Uang Tak Keluar

Pada 6 Oktober 2015 saya mengambil uang di ATM BRI di RSUP M Djamil Padang, Rp 500.000. Lebih dari 3 menit saya menunggu. Tertulis di layar "Time is out". Uang dan resi tidak keluar.

Saya mengambil lagi dengan besaran sama, Rp 500.000. Menunggu lama lagi, hasilnya sama: "Time is out", resi dan uang tidak keluar.

Lalu saya menuju pintu masuk RS M Djamil karena di situ ada mesin ATM BRI lain. Belum sampai dua menit berjalan, ada dua SMS masuk ke HP saya. Keduanya berisi pemberitahuan bahwa saya telah menarik tunai masing-masing Rp 500.000.

Saya langsung menelepon call center BRI di 14017 dengan kronologi seperti di atas. Saya diminta mengecek saldo apakah berkurang. Ternyata saldo berkurang Rp 1 juta. Saya menelepon 14017 lagi untuk melaporkan.

"Penarikan tunai sebesar Rp 500.000 sebanyak dua (2) kali, jadi total Rp 1 juta, ya Ibu?" kata penerima telepon diulang sampai dua kali. Nomor laporan saya adalah 9404349.

Saya diminta menunggu 10 hari kerja dan akan diberi tahu lewat SMS. Menunggu lama, saya menelepon lagi ke 14017. Diberitahukan bahwa 9 Oktober laporan saya baru masuk ke bagian... (saya lupa yang disebutkan). "Mohon Ibu menunggu sampai 10 hari kerja untuk ditindaklanjuti."

Pada 17 Oktober saya mendatangi BRI Kanca Padang untuk mengetahui sejauh mana laporan saya. Oleh layanan pelanggan dihitung mundur lagi, saya harus menunggu sampai 26 Oktober.

Pada 20 Oktober pukul 14.42.01 masuk SMS banking transaksi kredit Rp 500.000. Saya kira akan masuk lagi yang kedua, Rp 500.000, hingga total pengembalian Rp 1 juta.

Ditunggu sampai 26 Oktober, sampai saya menelepon lagi ke 14017. Dikatakan bahwa tindak lanjut laporan saya adalah pengembalian Rp 500.000 pada 20 Oktober. Saya menanyakan lagi bagaimana dengan pengembalian Rp 500.000 sisanya? Dijawab saya harus menunggu 10 hari kerja lagi.

Sungguh mengecewakan pelayanan BRI ini.

NINUK SETYA UTAMI

Dusun Sungai Tebal, Dusun Tuo, Lembah Masurai, Merangin, Jambi

Layanan Berubah

Saya ingin mencairkan dana BPJS Ketenagakerjaan/Jamsostek (nomor kartu 10014709074). Saya mengikuti prosedur pengambilan dana sejak 10 September 2015. Saya mengajukannya di kantor BPJS Cabang Cilincing.

Saya mengisi formulir dan melengkapi dokumen persyaratan. Di bagian depan kantor BPJS, ada boks yang dijaga petugas keamanan BPJS dan di situ diinformasikan bahwa berkas pada 10 September akan dilayani pada 23 Oktober.

Ternyata pada 23 Oktober, saat hendak mengambil dana, ada perubahan prosedur yang tidak diinformasikan. Kata pegawai keamanan di sana, boks 10 September sudah dipanggil–proses pada 9 Oktober.

Ketika mengajukan komplain, saya diminta mendaftar ulang dan baru dilayani Januari 2016. Saya sudah bertemu langsung dengan Kepala Divisi Pelayanan Bapak Candra Kurniawan, tetapi sama sekali tidak membantu.

ANTONIUS LEBANG

Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 November 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger