Harapan kita momentum ini bisa terjaga dan menyebar di semua sektor perekonomian sehingga mampu membalikkan kekhawatiran terkait dampak ekonomi global yang masih berat di tahun 2016.
Kita memasuki tahun 2016 dalam situasi suram stagnasi sektor industri, ditunjukkan antara lain melambatnya ekspor dan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor migas, pertambangan, komoditas, dan otomotif, dipicu penurunan permintaan dan harga komoditas di pasar global. Sejumlah korporasi besar yang lama eksis di Indonesia juga menyatakan menarik diri. Kombinasi faktor global dan iklim usaha di dalam negeri disebut sebagai pemicu.
Namun, di tengah gambaran suram itu, optimisme terhadap Indonesia sebagai perekonomian dan pasar besar yang menjanjikan masih kuat, tecermin dari tak surutnya investasi masuk, bukan hanya portofolio, melainkan juga langsung di sejumlah sektor. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan meningkatnya investasi langsung, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing, persetujuan, dan realisasi.
Di bursa saham, belanja modal (capex) emiten korporasi, khususnya di sektor non-komoditas/pertambangan, meningkat, dipicu terutama oleh harapan membaiknya kondisi perekonomian tahun 2016. Indeks kepercayaan bisnis, kendati mengalami penurunan, menyiratkan keyakinan investor akan membaiknya kondisi tahun 2016.
Pertumbuhan ekonomi nasional triwulan IV-2015 di atas 5 persen, lebih baik dibandingkan banyak negara berkembang lain. Belanja masif pemerintah di sektor infrastruktur dan kebijakan restrukturisasi ekonomi, antara lain, melalui 10 paket kebijakan ekonomi, berperan penting dalam membuat perekonomian tak berkepanjangan terseret dalam dampak pelambatan ekonomi global.
Selain upaya perbaikan ekonomi struktural jangka panjang dan respons kebijakan jangka pendek yang menyasar sektor produksi dan daya beli konsumen, paket kebijakan ekonomi itu juga merelaksasi iklim investasi, termasuk paket terakhir yang merevisi daftar negatif investasi dan membuka lebar pintu bagi masuknya asing di 35 bidang usaha.
Upaya otoritas moneter memperlonggar likuiditas dan menekan bunga kredit diharapkan kian mendorong ekspansi usaha dalam negeri. Komitmen pemerintah merelaksasi iklim usaha lewat deregulasi layak diapresiasi kendati perlu diingatkan pula pentingnya merawat pelaku usaha yang ada sehingga fenomena hengkangnya investor tak lagi terjadi.
Kebijakan liberalisasi dan deregulasi juga jangan sampai mematikan pelaku lokal. Kuncinya adalah menjaga momentum, antara lain, melalui konsistensi kebijakan dan implementasi di lapangan agar pelambatan perekonomian global tidak harus menjadi momok.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Februari 2016, di halaman 6 dengan judul "Momentum Ekspansi Korporasi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar