Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 08 Maret 2016

Rumah Jompo Belum Populer (BE JULIANERY)

Di negara maju, tren warga lanjut usia (lansia) tinggal di rumah khusus untuk orang tua sudah berlangsung lama. Menghuni panti bahkan dianggap pilihan terbaik. Sementara itu di Indonesia, minat untuk tinggal panti jompo masih rendah.

Menghuni rumah jompo tampaknya belum populer, bahkan di kota-kota besar yang biasanya lebih mudah menerima tren berskala global. Keengganan masyarakat ini tertangkap dari hasil jajak pendapat yang dilakukan Litbang Kompas menjelang akhir Oktober tahun lalu.

Hanya segelintir warga saja yang mengirimkan orang tua mereka ke panti khusus lansia. Kebanyakan, alasannya adalah agar warga "senior" ini bisa berinteraksi dan bersosialisasi dengan lansia yang lain. Selain itu, kesibukan anggota keluarga yang tak memungkinkan untuk mengawasi dan merawat orang tua juga menjadi latar belakang.

Di benak masyarakat kota besar di Indonesia, menempatkan anggota keluarga yang sudah sepuh itu di panti wreda bukan menjadi pilihan. Nyaris semua responden (97,1 persen) mengatakan tidak pernah terpikir untuk mengirim orang tua mereka ke panti wreda. Merumahkan mereka di panti dianggap sama dengan mengisolasi dan menjauhkan mereka dari keluarga.

Dari hasil survei telepon ini juga diketahui banyak lansia yang tinggal terpisah dengan anak-anak mereka tetapi bukan di panti jompo. Lebih dari separuh responden (55,6 persen) yang tinggal di 12 kota besar di Indonesia mengatakan orang tua mereka tinggal sendiri di rumah masing-masing. Hanya satu dari enam responden yang menampung orang tua mereka di rumah tinggal saat ini.

Meski tinggal terpisah dengan anak-anak yang sudah dewasa, sebagian besar lansia menggantungkan biaya hidup sehari-hari kepada anak dan keluarga besar mereka. Sebagian lainnya masih berusaha produktif mempunyai kegiatan yang hasilnya untuk ongkos sehari-hari.

Butuh orang lain

Secara umum, kelompok masyarakat senior ini bisa dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah lansia muda, yakni yang berusia 60 hingga 69 tahun, kemudian lansia madya, yaitu mereka yang berumur 70 sampai 79 tahun dan lansia tua yang berusia 80 tahun ke atas. Berdasarkan data Susenas 2014, jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa atau setara dengan 8,0 persen total penduduk.

Mengutip data Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, rasio ketergantungan lansia di Indonesia adalah sebesar 12,71. Artinya, setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 13 orang lansia.

Penuaan tak bisa dihindari. Secara fisik, perubahan akan ditandai dengan kulit yang mengkeriput, serta penurunan daya tahan tubuh. Fungsi panca indera yakni mata, hidung, telinga, lidah dan kulit terus berkurang seiring waktu. Daya ingat pun pelan-pelan akan tergerus.

Degradasi kesehatan kemudian menyebabkan para lansia tidak bisa seproduktif saat mereka masih muda. Pengaruh penuaan juga turut membuat emosi tidak stabil. Meskipun tidak dikehendaki, situasi ini menyebabkan para lansia terpaksa bergantung dan membutuhkan pertolongan orang lain.

Karena tak mampu mandiri dan butuh pertolongan orang lain, para lansia membutuhkan rasa aman, nyaman dan jaminan perawatan dari orang-orang terdekat. Dukungan sosial ini biasanya bisa didapat apabila lansia tinggal bersama keluarganya sendiri.

Direktor Regional WHO kawasan Asia Tenggara Dr Samlee Plianbangchang berpendapat menghabiskan masa tua di dekat keluarga adalah pilihan terbaik. Panti werdha menjadi opsi terakhir jika lansia benar-benar tidak dapat merawat diri sendiri dan tidak ada kerabat yang bisa menjaga dan mengawasi.

Di Indonesia sendiri, saat ini terdapat 400-an panti jompo baik milik swasta ataupun pemerintah daerah. Di antara jumlah tersebut, ada sejumlah panti werdha yang relatif bagus dan dikelola dengan profesional. Suasana panti yang nyaman dan sejuk karena berlokasi di daerah yang asri dan jauh dari hiruk-pikuk kendaraan yang lalu lalang.

Beberapa panti werdha juga menyediakan fasilitas penunjang kesehatan. Untuk menjaga kebugaran dan daya ingat para penghuninya, beragam kegiatan disediakan seperti senam pagi, paduan suara, kerajinan tangan, berkebun, hingga latihan dansa. Para lansia boleh mengikuti kegiatan sesuai minat dan kemampuannya.

Tak ingin ke panti jompo

Seiring dengan keengganan kaum lansia untuk menghuni panti jompo, penduduk yang usia produktif ternyata juga memiliki sikap yang sama. Sembilan dari sepuluh responden menolak untuk tinggal di panti ketika kelak berusia lanjut. Bayangan panti wreda yang identik dengan penelantaran dan beban rupanya sulit lepas dari benak warga. Tinggal di rumah jompo bisa jadi dianggap penegasan bahwa penghuninya sudah tua dan tidak produktif lagi.

Meski demikian, penolakan akan ide tinggal di panti khusus lansia berkurang seiring dengan latar belakang pendidikan yang semakin tinggi. Keberatan untuk menghuni panti jompo lebih banyak muncul dari warga dengan latar belakang pendidikan SMA ke bawah.

(LITBANG KOMPAS)


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger