Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 04 Maret 2016

TAJUK RENCANA: Gempa Mentawai Mengingatkan Kita (Kompas)

Gempa berkekuatan 7,8 skala Richter melanda Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Syukurlah tidak menimbulkan tsunami dan sejauh ini tak ada korban jiwa.

Inilah risiko yang kita pikul sebagai bangsa yang tinggal di wilayah Cincin Api dan pertemuan tiga lempeng besar dunia. Bisa dikatakan, setiap saat kita harus siap menghadapi gempa atau letusan gunung berapi.

Semenjak gempa besar di Aceh Desember 2004, pengetahuan—dan yang tidak kalah penting kesadaran—masyarakat Indonesia akan gempa bumi telah meningkat. Saat gempa di Mentawai, Rabu (2/3) malam, seperti kita lihat di harian ini kemarin, masyarakat berhamburan mencari kawasan tinggi untuk menghindari tsunami.

Di satu sisi, langkah itu sudah tepat. Namun, mungkin masih ada hal yang bisa ditingkatkan, yaitu upaya penyelamatan diri tersebut tampak kurang terorganisasi sehingga warga menumpuk di ruas jalan tertentu.

Seiring dengan makin digiatkannya mitigasi atau upaya meminimalkan dampak bencana, kita berharap langkah penyelamatan diri atau evakuasi bisa berlangsung lebih mulus. Ini kita garis bawahi mengingat jika benar terjadi tsunami, gelombang laut akan melanda dengan kencang, sehingga harus adu cepat dengan penyelamatan diri.

Hal lain yang bisa kita ingatkan kembali adalah fakta bahwa lempeng besar tektonik punya patahan di sepanjang pantai barat Sumatera, selatan Jawa, dan kepulauan di Indonesia timur. Mengingat hal ini, kewaspadaan di wilayah tersebut harus terpelihara sepanjang waktu. Bahkan, sebagian ahli geologi menengarai bahwa gempa besar tengah mengintai wilayah barat Sumatera.

Di sisi lain, pemahaman ilmuwan kita tentang sesar dan patahan di negara ini juga meningkat. Pengetahuan itu dapat jadi panduan bagi masyarakat dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mempersiapkan diri.

Kita sadar gempa tak bisa kita ketahui secara persis kapan akan terjadi sehingga analisis yang ada bersifat post-factum. Seperti penjelasan geolog Danny Hilman kemarin, tsunami tidak terjadi karena gempa disebabkan oleh pergerakan patahan mendatar, dan hal itu tidak mengangkat volume air.

Komitmen kita adalah terus memupuk keahlian di bidang geologi dan ancaman bencana yang mungkin ditimbulkan. Kita yakin, satu saat ilmuwan akan bisa menemukan terobosan dalam meramal gempa.

Potensi gempa terus kita waspadai. Kita juga sadar musim hujan belum berakhir. Ini menuntut kewaspadaan kita akan potensi banjir dan longsor. Dalam kaitan ini, keterampilan penanggulangan bencana perlu kita asah sepanjang waktu. Tepat pesan Presiden Joko Widodo kepada Kepala BNPB untuk turun ke lapangan. Tentu ini dimaksudkan agar kondisi riil segera bisa diketahui.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul "Gempa Mentawai Mengingatkan Kita".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger