Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 05 Maret 2016

TAJUK RENCANA: Situasi Sistemik Perunggasan (Kompas)

Industri perunggasan nasional mengalami masalah sistemik yang menyebabkan setiap pelaku merasa rugi dan konsumen membayar mahal.

Saat ini industri perunggasan nasional, khususnya ayam, kelebihan produksi. Indikasinya, harga di tingkat peternak turun lebih rendah daripada biaya produksi. Ironisnya, konsumen membayar harga jauh di atas harga produksi.

Hal itu dapat dilihat sebagai keberhasilan dalam produksi daging sebagai sumber protein. Namun, kelebihan produksi menimbulkan persoalan berikut yang belum ditangani pemerintah: kelebihan produksi menyebabkan harga jatuh.

Kelebihan produksi seharusnya dapat masuk ke dalam industri pengolahan yang pasarnya semakin besar di dalam negeri sejalan dengan meningkatnya kemakmuran masyarakat. Kelebihan produksi juga dapat diekspor sepanjang kualitas dan harga bersaing.

Situasi industri perunggasan tidak sederhana. Ada industri yang bekerja terintegrasi, mulai dari memproduksi anakan ayam, membesarkan, hingga memasarkan. Di dalam rantai ini termasuk peternak menengah dan kecil sebagai mitra. Ada juga peternak ayam nonintegrasi, berskala menengah dan kecil.

Situasi saat ini memperlihatkan pemerintah tak siap menghadapi sistem dan usaha agribisnis yang berkembang pesat. Karena itu, perlu kebijakan strategi, peraturan perundangan, dan peraturan baru.

Jika sistem dan usaha agribisnis berjalan baik, akan ada tempat untuk usaha berskala besar, menengah, dan kecil, tempat untuk terintegrasi dan mandiri. Masing-masing memiliki peran yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk memperkuat industri perunggasan nasional seraya menjamin keadilan bagi semua pelaku.

Industri perunggasan yang terintegrasi, misalnya, tidak serta-merta dapat dikategorikan merugikan industri nasional. Indonesia memerlukan industri yang terintegrasi karena sangat efisien dan dapat menjadi penahan serbuan produk ayam dari luar negeri, seperti yang pernah diajukan Amerika Serikat dan Brasil. Industri unggas Tiongkok dan Thailand terintegrasi, sementara industri pakan Vietnam, Myanmar, dan Banglades sangat efisien.

Pemerintah perlu menata peran dan fungsi industri masing-masing. Industri berskala besar dapat didorong masuk ke dalam rantai dingin dan ekspor, sementara peternak kecil dan menengah serta mandiri masuk ke rantai segar dan diberi proporsi mayoritas.

Pada saat bersamaan, pemerintah juga perlu memastikan industri pendukung, seperti pakan ayam, bekerja efisien dan kompetitif. Proteksi berlebihan pada satu mata rantai dapat mengakibatkan ketidakefisienan dan turunnya daya saing industri keseluruhan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul "Situasi Sistemik Perunggasan".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger