Saya ingin menyampaikan pendapat terkait penyelenggaraan Kompas100 CEO Forum 2016 yang akan digelar tanggal 24 November 2016. Sebagai warga negara Indonesia, tentu saya sangat berharap penyelenggaraan forum pertemuan para pemimpin puncak perusahaan ternama di negeri ini tidak hanya membicarakan kepentingan bisnis, tetapi juga mendiskusikan berbagai kesenjangan ekonomi di negeri ini.
Terkait dengan itu, harian Kompassebagai media cetak terbesar dan terdepan di negeri ini, sekaligus yang menjadi penyelenggara kegiatan, perlu mengingatkan para pemimpin perusahaan di forum tersebut ihwal keprihatinan atas ketimpangan ekonomi yang masih terjadi.
Selain itu, Kompas juga berkewajiban mentransformasikan pengetahuan dan informasi kepada para pemimpin puncak perusahaan terkait tanggung jawab investasi terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan operasi investasi yang merusak di sejumlah daerah.
Saya percaya sepenuhnya Kompasmemiliki komitmen yang penuh terhadap isu-isu lingkungan hidup di Indonesia, seperti yang tampak dalam setiap edisi pemberitaan. Selalu ada saja isu lingkungan hidup yang diangkat. Dengan demikian, peran Kompas dalam forum tersebut sangat signifikan untuk menyisipkan isu kepedulian lingkungan kepada para pemimpin puncak perusahaan.
Oleh karena itu, penting sekali memasukkan pemahaman terkait standar-standar business and human rights di kalangan pemimpin puncak perusahaan. Dengan demikian, praktik-praktik bisnis ke depan tidak hanya berwawasan lingkungan, tetapi juga berpedoman pada standar hak asasi manusia. Bisnis tidak boleh bertentangan dengan prinsip HAM, seperti yang tercantum dalam Guiding Principles on Business and Human Rights yang resmi dikeluarkan Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Resolusi 17/4 tanggal 16 Juni 2011. Pedoman ini berlaku bagi seluruh pelaksanaan bisnis di negara-negara anggota PBB.
Tentu saja saya sangat berharap kiranya penyelenggaraan Kompas100 CEO Forum tidak hanya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan profit, tetapi juga meletakkan tanggung jawab dan kepedulian pelaku bisnis terhadap kemanusiaan dan lingkungan di negeri ini.
Saya yakin Kompas memiliki kepedulian yang sama. #KarenaKitaPeduliIndonesia.
AZMI SIRAJUDDIN, KOMPLEKS BTN BALIASE, DESA BALIASE, KECAMATAN MARAWOLA, KABUPATEN SIGI, SULAWESI TENGAH
Jalan Rusak
Kondisi jalan dari keluar pintu tol Cimanggis-Cikeas ke perumahan Bukit Golf rusak parah. Hal ini karena mutu perbaikan jalan sangat jelek, tambal sulam. Begitu musim hujan tiba, jalan langsung rusak parah.
Mohon kiranya pihak pemerintah daerah Bogor memperhatikan hal ini karena jalan itu sudah sering diperbaiki, tetapi mudah sekali rusak jika hujan.
CHAS YUGO FITRA, KRAMATJATI, JAKARTA TIMUR
Koper Rusak
Pada 25 Juni 2016, saya berlima dalam satu grup berangkat dari Jakarta ke Tanjung Pandan, Belitung, menggunakan NAM Air IN 9056 pukul 08.35.
Saat berangkat koper saya dalam keadaan baik, tetapi saat tiba di Tanjung Padan koper dalam keadaan hancur bagian atas dan samping. Rangka koper bengkok dan bagian atas sobek.
Saya melapor kepada Saudara Yunanda, petugas lapangan Sriwijaya di Bandara Tanjung Pandan. Saya mendapat tanda lapor satu lembar berisi kronologi koper rusak. Saya juga disarankan mendatangi cabang Sriwijaya/ NAM dengan membawa koper ke sana untuk diperbaiki.
Pada 15 Juli saya datang ke cabang Sriwijaya/NAM di Jalan Serpong Raya. Petugas berjanji koper akan dibawa ke bagian perbaikan. Jika tak bisa diperbaiki maksimal sebulan, koper akan diganti baru atau uang tunai.
Namun, setiap kali menelepon, saya hanya dijanjikan akan dikabari lagi via telepon. Hingga 12 November 2016, hampir empat bulan, saya berinisiatif mendatangi cabang Serpong.
Saya dilayani Ibu Wella. Ia menghubungi pihak Sriwijaya dari Jakarta hingga Tanjung Pandan, tetapi tidak satu pun bisa membantu menelusuri kabar terakhir koper tersebut dan bagaimana keputusannya.
HANS DALEY, BINONG, CURUG, TANGERANG
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 November 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Untuk Redaksi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar