Kesaksian itu terkait peretasan oleh Rusia terhadap pemilu AS. Kesimpulannya, Rusia 100 persen berada di balik peretasan dan penyebaran berita bohong. Namun, sampai saat ini Trump bukan saja tidak memercayai laporan yang dikeluarkan Badan Intelijen Pusat AS (CIA), bahkan ia meragukan kualifikasi kemampuan badan intelijen negerinya sendiri.
Trump dalam Twitter-nya malah sengaja "memuji" pendiri Wikileaks, Julian Assange, yang mengatakan bahwa "anak umur 14 tahun saja bisa meretas komputer Komite Nasional Demokrat". Trump juga sepertinya lebih memercayai Assange yang menyatakan bahwa Rusia tidak terlibat dalam peretasan pemilu AS.
Komunitas intelijen AS berang terhadap Trump. Direktur Intelijen Nasional AS James Clapper dalam dengar pendapat itu menyindir Trump dengan mengatakan, sangat jelas perbedaan antara "mengkritik membangun" dan "menghina" temuan yang dilaporkan intelijen AS. "Silakan melihat berapa banyak agen intelijen AS yang tewas dalam tugasnya untuk menjaga agar negara ini aman."
Kebiasaan Trump mengeluarkan pendapat tanpa disaring di media sosial juga menjadi salah satu alasan mantan Direktur CIA James Woolsey, yang menjadi penasihat dalam tim transisi Trump, mengundurkan diri. Ia tak mau kredibilitasnya ikut terdampak.
Sejumlah senator dari Republik yang hadir dalam dengar pendapat itu juga menyesalkan sikap Presiden Barack Obama yang kurang tegas menangani isu peretasan ini. Sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia pun dianggap kelewat lemah.
Posisi Obama saat itu sungguh pelik karena peretasan itu terjadi pada saat pemilu AS mencapai titik puncak. Apa pun yang akan dinyatakan Obama akan dilihat sebagai upaya partisan untuk memenangkan Hillary Clinton. Terbukti, sampai kini pun Trump melihat isu peretasan ini sebagai upaya Demokrat yang tidak mau menerima kekalahan.
Sebagian laporan intelijen yang kategorinya tidak rahasia (unclassified) akan diungkap kepada publik pekan depan. Sementara laporan utuh yang kategorinya rahasia akan dipaparkan kepada Obama ataupun Trump, Jumat waktu Washington.
Trump langsung menuduh bahwa para pimpinan intelijen sengaja menunda pertemuan dengan dirinya sampai Jumat karena "badan intelijen masih mencari-cari bukti kuat". Padahal, pertemuan dengan komunitas intelijen memang selalu dilakukan setiap Jumat.
Begitulah Trump. Wakil Presiden Joe Biden kali ini memberikan nasihat kepada presiden terpilih itu, "Cobalah menjadi lebih dewasa".
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Januari 2017, di halaman 6 dengan judul "Trump dan Intelijen".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar