Menurut Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR), yang menjadi sasaran serangan Israel itu gedung pusat studi dan kajian ilmiah yang mendapat sanksi dan masuk dalam daftar hitam AS. Tempat yang berada di Masyaf, Suriah tengah, itu diduga merupakan pabrik yang memproduksi senjata nonkonvensional.
Jaringan televisi Al Arabiya menyiarkan, yang diserang pesawat tempur Israel adalah pusat produksi rudal balistik dan senjata kimia. Di tempat itu diproduksi rudal balistik tipe S60, yang biasa digunakan oleh Hezbollah dukungan Iran. Pernyataan yang hampir sama dikemukakan mantan Kepala Intelijen Militer Israel Amos Yadlin.
Apakah klaim Israel itu benar? Tentu, kita dan masyarakat dunia tidak bisa begitu saja memercayai pernyataan Israel tersebut. Dibutuhkan klarifikasi untuk mengecek kebenaran klaim Israel bahwa tempat yang diserang adalah tempat pemroduksi senjata kimia dan rudal yang biasa digunakan oleh Hezbollah.
Terlepas dari benar tidaknya klaim Israel, yang patut kita catat adalah serangan militer Israel tersebut menambah persoalan di kawasan Timur Tengah. Serangan itu tidak hanya menambah persoalan, tetapi juga membawa kawasan Timur Tengah ke ruang yang lebih gelap.
Israel, memang, memiliki kepentingan yang berbeda dengan AS dan negara-negara Barat terkait dengan perang saudara multifaksional di Suriah. AS dan negara-negara Barat terutama prihatin bahwa krisis di Suriah akan berakibat buruk terhadap stabilitas kawasan karena sepak terjang kelompok militan, seperti NIIS dan Al Qaeda. Sementara Israel terutama prihatin terhadap pengaruh Iran, lewat rezim di Damaskus dan Hezbollah, yang semakin mendekati Israel.
Yang menjadi perhatian dan keprihatinan utama Israel adalah semakin kuatnya pengaruh Iran-baik melalui penempatan pasukan Suriah di Iran maupun dukungan, termasuk memberikan senjata, kepada Hezbollah yang juga mengirimkan pasukannya ke Suriah untuk menyelamatkan Bashar al-Assad-di Suriah dan Lebanon.
Posisi Iran di Suriah diperkuat oleh intervensi militer Rusia untuk melindungi Bashar. Karena itulah PM Benjamin Netanyahu saat diskusi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menhan Israel Moshe Ya'alon menyatakan tak peduli Bashar tetap berkuasa atau tidak. Yang penting, Iran tidak semakin kuat di wilayah utaranya karena itu merupakan ancaman baginya.
Apakah serangan udara Israel itu akan berlanjut? Hal itu akan sangat bergantung pada reaksi Suriah (Iran dan Hezbollah). Apabila itu terjadi, kawasan Timur Tengah akan menyaksikan pertumpahan darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar