Sepekan terakhir, marak postingan #10YearChallenge di media sosial yang berisi perbandingan kondisi tahun 2009 versus 2019 yang ditampilkan dalam bentuk foto. Seru sekali melihat perubahan yang terjadi pada diri seseorang dari sisi tampilan dalam 10 tahun terakhir.
Saya pun tergelitik untuk menelaah lebih jauh, bagaimana dengan tantangan 10 tahun dari sisi keuangan? Ternyata banyak sekali fakta unik mengenai keuangan rumah tangga yang pada akhirnya memberikan kesimpulan tentang pentingnya berinvestasi bagi setiap keluarga.
Sebelum saya bergerak lebih jauh ke proses investasi, ada baiknya kita ambil satu langkah mundur untuk menyamakan persepsi bahwa ada perbedaan antara simpanan, tabungan, dan investasi.
Simpanan pada dasarnya menyisihkan dana untuk digunakan dalam waktu dekat, dalam hitungan bulan. Secara umum, simpanan ini terbagi dua, yaitu simpanan untuk berjaga-jaga dan simpanan bulanan.
Tabungan merupakan hasil dari proses menabung yang ditujukan untuk keperluan beberapa tahun lagi. Umumnya, modal awal tidak akan berkurang secara nominal meski secara daya beli bisa berkurang pada tahun-tahun mendatang.
Adapun investasi merupakan proses menyisihkan uang dengan tujuan memperoleh keuntungan dan kenaikan modal di masa mendatang. Oleh sebab itu, ada risiko lebih karena seseorang mengharapkan potensi imbal hasil yang lebih juga dibandingkan simpanan dan tabungan.
Fakta unik yang terkuak salah satunya adalah biaya pendidikan kuliah anak. Pada tahun 2008, uang kuliah mahasiswa ekonomi kelas internasional sepanjang tahun pertama di universitas negeri di Jakarta mencapai Rp 76 juta. Sepuluh tahun kemudian pada tahun 2018 naik menjadi Rp 99 juta, yang artinya terjadi inflasi sebesar 30 persen selama 10 tahun.
Untuk pembelian rumah tinggal, NJOP tanah di Jakarta Selatan pada tahun 2008 adalah Rp 2,3 juta per meter, naik menjadi Rp 12 juta per meter pada 2018. Artinya, terjadi inflasi hingga 420 persen selama 10 tahun terakhir untuk harga tanah di Jakarta Selatan.
Dalam hal aset investasi, fakta unik dari pasar modal adalah Indeks Harga Saham Gabungan pada tahun 2008 berada di angka 1.355, sedangkan pada tahun 2018 berhasil mencapai 6.194 atau naik 357 persen selama 10 tahun. Jika memilih investasi yang berbasis konservatif, seperti deposito, maka total hasil selama 10 tahun kira-kira mencapai 59,2 persen setelah pajak.
Fakta 10 tahun itu seharusnya dapat membuka wawasan seseorang untuk mulai merencanakan keuangan, terutama dengan cara berinvestasi. Namun, sebelum tergoda mengambil potensi imbal hasil tertinggi, maka lima tips berinvestasi untuk pemula berikut ini sebaiknya dipelajari dan diterapkan.
Pertama, tetapkan tujuan berinvestasi. Tujuan adalah hasil akhir yang ingin dicapai seorang investor dan membuatnya rela menunda konsumsi hari ini demi digunakan di masa mendatang.
Tujuan investasi yang umum bagi keluarga Indonesia adalah dana pembelian rumah tinggal, dana pendidikan anak, dana naik haji, serta dana untuk berlibur bersama keluarga. Apa pun tujuan investasinya, Anda sebaiknya menetapkan kapan tujuan ini ingin diwujudkan dan berapa besar biayanya untuk saat ini.
Kedua, kebutuhan dana untuk mencapai tujuan. Langkah berikutnya adalah menghitung berapa kebutuhan dana yang harus terpenuhi atau kerap dikenal dengan istilah target dana.
Jumlah ini harus dihitung dengan mempertimbangkan tingkat kenaikan harga atau inflasi. Perhitungan ini dapat dilakukan sendiri dengan bantuan kalkulator keuangan.
Ketiga, jumlah dana atau aset yang sudah tersedia. Setelah menghitung target dana untuk mencapai tujuan, berikutnya adalah mendata apakah ada aset investasi yang dapat dialokasikan untuk membantu memenuhi tujuan.
Sebagai contoh, jika ternyata investor sudah memiliki reksa dana saham, investasi yang harus dilakukan hanyalah selisih antara kebutuhan target dana dan saldo aset yang sudah tersedia. Semakin besar saldo aset investasi yang tersedia, semakin sedikit jumlah investasi yang perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Keempat, pilihan aset investasi yang menjadi pertimbangan. Investasi dapat berbentuk aset keuangan, seperti deposito, reksa dana, serta obligasi. Selain itu, investasi juga dapat berbentuk usaha dan juga aset fisik, seperti rumah kontrakan, emas, dan kebun.
Ragam pilihan aset investasi menawarkan potensi mendapatkan keuntungan berbeda. Untuk tujuan dana pendidikan 3 tahun lagi, misalnya, pilihan aset investasi yang dapat dipertimbangkan pada umumnya adalah reksa dana pasar uang dan SBR. Tabungan berjangka juga dapat digunakan, tetapi dana yang harus diinvestasikan biasanya akan lebih besar dibandingkan menggunakan dua aset sebelumnya.
Kelima, evaluasi faktor risiko dan potensi imbal hasil. Pada dasarnya, semakin tinggi potensi imbal hasil, akan semakin besar juga risiko yang menyertai. Risiko investasi dapat berupa kesulitan menjual kembali menjadi tunai ataupun nilai aset yang cukup fluktuatif dalam jangka pendek. Untuk tujuan 3 tahun ke depan, misalnya, potensi imbal hasil yang diharapkan pun mungkin hanya di kisaran 7 persen hingga 10 persen per tahun.
Investasi, menurut saya, sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi setiap keuangan rumah tangga. Pahami apa saja tujuan keuangan Anda lalu pastikan pilihan aset investasi memang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar