ARSIP PRIBADI

Samsuridjal Djauzi

 

Sebulan yang lalu saudara kembar saya, perempuan 52 tahun, meninggal karena kanker serviks. Terus terang saya sekarang merasa khawatir terkena kanker juga. Kami sekeluarga telah berusaha keras agar saudara saya tersebut dapat disembuhkan.

Setelah berobat di rumah sakit ternama di Jakarta, kami mendapat penjelasan bahwa kanker yang diderita saudara saya itu sudah stadium lanjut dan tujuan pengobatan adalah paliatif, artinya untuk menjaga kualitas hidup. Penderita mendapat obat nyeri, obat nafsu makan, serta obat membantu tidur. Kami mencari second opinion ke rumah sakit di negara tetangga, tetapi pendapat dokter di sana serupa. Akhirnya penderita kami bawa pulang dan dirawat di rumah.

Saya perempuan, bekerja di bidang informasi teknologi. Kemajuan bidang ini berjalan amat cepat secara eksponensial. Kemajuan bidang informasi teknologi saya rasa juga berpengaruh pada bidang kedokteran. Penyakit kanker sudah lama dikenal masyarakat serta penyakit ini merupakan penyakit yang ditakuti. Kematian akibat penyakit kanker sering kita jumpai, termasuk di kalangan orang terkenal. Saya tak tahu bagaimana kemajuan kedokteran dalam bidang kanker.

Masihkah penyakit kanker menjadi penyakit yang mematikan? Dapatkah kanker dicegah? Kemajuan apa dalam bidang kedokteran yang memberi harapan untuk penyembuhan kanker?

Kami sempat juga memikirkan untuk membawa penderita ke pengobatan tradisional. Sampai sejauh mana peran pengobatan tradisional dalam penanggulangan penyakit kanker? Mohon penjelasan Dokter, kebiasaan apa dalam kehidupan sehari-hari yang dapat meningkatkan risiko penyakit kanker? Suami saya berumur 55 tahun, kami mempunyai dua anak gadis berumur 26 dan 24 tahun. Apa yang dapat kami lakukan untuk mencegah penyakit kanker? Terima kasih atas penjelasan Dokter.

M di J

Kekerapan penyakit kanker memang tinggi. Di Indonesia, penyakit kanker merupakan sepuluh besar penyakit yang sering dijumpai. Bahkan, di Amerika Serikat, satu dari tiga penduduk Amerika berisiko terkena penyakit kanker dalam hidupnya.

Karena itulah, Badan Kesehatan Sedunia (WHO) mengeluarkan pedoman untuk pencegahan dan deteksi dini kanker. Upaya ini penting karena sebagian besar kanker dapat dicegah, sedangkan deteksi dini akan meningkatkan keberhasilan terapi. Pada umumnya kanker yang ditemukan pada stadium dini memiliki keberhasilan terapi tinggi, pilihan terapi lebih sederhana, dan biaya terapi juga lebih murah.

Terapi kanker juga mengalami kemajuan. Di samping terapi pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi, sekarang juga ada imunoterapi. Namun, terbaru dalam bidang kanker berhasil meningkatkan angka survival, tetapi untuk mengatasi masalah kanker yang paling memberi dampak adalah upaya pencegahan dan deteksi dini.

Kanker serviks terkait erat dengan infeksi human papillomavirus (HPV). Untuk mencegah kanker serviks yang merupakan pembunuh utama kaum perempuan, perlu dilakukan imunisasi HPV kepada siswa perempuan usia sekitar 11 tahun (kelas lima sekolah dasar). Imunisasi ini diulang setahun kemudian.

Tindakan pencegahan yang sederhana ini, jika dilaksanakan dengan baik dan konsisten, akan dapat menurunkan kanker serviks secara nyata pada masa depan. Bahkan, banyak pakar kedokteran yang optimistis pada masa depan kanker serviks akan berhasil dilenyapkan. Jadi, kanker serviks yang ditakutkan tersebut akan dapat dihindari dengan cara imunisasi.

Sudah tentu kemajuan terapi amat kita harapkan untuk mengobati saudara kita yang sudah terkena kanker. Hasil terapi pada berbagai kanker juga berbeda-beda.

Ada sejumlah kanker, seperti kanker testis, kanker prostat, kanker serviks, dan kanker tiroid, yang hasil pengobatannya amat baik. Namun, kanker pankreas, kanker paru hasil terapi belum memuaskan. Jadi, yang perlu kita utamakan adalah gaya hidup sehat serta kebiasaan untuk menjalani deteksi dini.

Mereka yang sudah diimunisasi HPV masih harus menjalani deteksi dini kanker serviks dengan pap smear atau pemeriksaan inspeksi dengan pewarnaan asam asetat. Para peneliti di Universitas Harvard pernah mengeluarkan daftar perilaku berisiko yang dihubungkan dengan persentase kematian akibat kanker.

Hasilnya adalah kebiasaan merokok dan menggunakan tembakau 30 persen, obesitas dan diet kaya daging merah 30 persen, virus (hepatitis, HPV) 5 persen, riwayat keluarga menderita kanker 5 persen, penggunaan alkohol berlebihan 3 persen, paparan sinar matahari berlebihan 3 persen, polusi lingkungan 3 persen, zat warna, garam dan kontaminan 1 persen, dan obat 1 persen.

Untuk mencegah kanker, dianjurkan melaksanakan sepuluh langkah, yaitu: 1) hindari rokok dalam berbagai bentuk, termasuk sebagai perokok pasif, 2) makan seimbang, kurangi minyak jenuh, daging merah, makanan diawetkan, serta perbanyak konsumsi sayur, buah, dan ikan, 3) olahraga secara teratur, 4) jaga berat badan normal, 5) kurangi konsumsi alkohol, 6) kurangi paparan radiasi, termasuk paparan ultraviolet sinar matahari, 7) hindari paparan toksin hasil industri dan lingkungan, seperti asbes dan benzen, 8) hindari penularan hepatitis, HPV, dan HIV, 9) konsumsi aspirin dosis rendah dengan petunjuk dokter, 10) konsumsi cukup vitamin D 800 sampai 1000 IU per hari.

Kementerian Kesehatan juga telah mengajak masyarakat untuk menanggulangi kanker yang masalahnya semakin besar di Indonesia.

Penyuluhan tentang penyakit kanker dapat diakses di situs Kementerian Kesehatan serta perhimpunan kedokteran. Kebiasaan hidup sehat serta imunisasi untuk mencegah kanker telah dianjurkan. Layanan deteksi dini disediakan di puskesmas.

Terapi kanker di Indonesia juga telah maju. Dokter kita, baik dokter bedah, radioterapi, maupun onkologi medik, telah mempunyai kemampuan yang sama dengan sejawat mereka di luar negeri. Masalahnya adalah bagaimana menjalankan pengobatan sesuai dengan obat dan peralatan yang tersedia.

Belakangan ini obat-obat kanker yang dapat digunakan dengan dukungan BPJS masih belum lengkap. Perhimpunan dokter berusaha merundingkan hal ini dengan pihak terkait agar keberhasilan terapi dapat ditingkatkan.

Keberadaan BPJS telah berhasil mengurangi hambatan masyarakat untuk mengakses layanan rumah sakit. Masyarakat yang selama ini tak berobat ke rumah sakit karena tak punya biaya sekarang mendapat dukungan BPJS.

Kesempatan ini telah dimanfaatkan sebagian besar masyarakat kita. Namun, masih ada sebagian masyarakat yang takut berobat ke rumah sakit jika dicurigai terkena kanker. Mereka takut dibiopsi atau dioperasi yang, menurut mereka, tindakan tersebut akan menyebabkan kanker menyebar. Pendapat tersebut tidak tepat.

Penanggulangan dan terapi kanker di Indonesia mengikuti perkembangan yang ada di tingkat global. Pengobatan tradisional dapat dimanfaatkan dalam bidang kanker untuk meningkatkan nafsu makan, memudahkan tidur, dan lain-lain. Namun, terapi kanker dilaksanakan sesuai dengan terapi yang dianut di seluruh dunia.

Mengapa di luar negeri keberhasilan terapi kanker lebih tinggi? Ini disebabkan masyarakat telah menjalani deteksi dini dengan baik. Kanker di luar negeri 70 persen ditemukan dalam stadium dini sehingga hasil pengobatannya baik.