Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 08 Juli 2019

KARYA ILMIAH POPULER: Latihan Kebugaran Pekerja Duduk (LISTYA TRESNANTI MIRTHA)

Sebagian besar waktu bangun pekerja dihabiskan di tempat kerja dengan aktivitas duduk. Oleh karena itu, latihan fisik diperlukan agar pekerja dapat meningkatkan kebugaran jasmani sambil bekerja. Hasil penelitian menunjukkan, alat latihan kardiorespirasi berbasis pijak kaki dapat meningkatkan daya tahan kardiorespirasi pekerja duduk.

REPRO: RINGKASAN DISERTASI LISTYA TRESNANTI MIRTHA

Model alat latihan kardiorespirasi berbasis pijak kaki "Kinesia".

Penelitian ini berjudul "Model Alat Latihan Kardiorespirasi Berbasis Pijak Kaki Kinesia: Efektivitas terhadap Peningkatan Kebugaran Jasmani Pekerja Duduk". Penelitian ini menjadi syarat untuk memperoleh gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pada 1 Juli 2019.

Penelitian ini dilatarbelakangi perkiraan sebagian ahli bahwa kurang bergerak menjadi salah satu tantangan terbesar dalam kesehatan. Hal itu karena kejadian penyakit kronik dan kesehatan mental yang buruk berhubungan dengan perilaku kurang bergerak dan terlalu banyak duduk.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Riskesdas tahun 2013, sebanyak 26,1 persen penduduk di Indonesia tergolong kurang aktif. Pada tahun 2018, jumlah penduduk yang kurang aktif meningkat menjadi 33,5 persen.  Fakta yang ada juga menyebutkan bahwa 2 dari 5 penduduk Jakarta berperilaku tidak aktif selama 3 jam per hari-5,9 jam per hari.

Padahal, budaya hidup sehat aktif akan mengurangi 6 persen-10 persen penyakit tidak menular dan dapat meningkatkan angka harapan hidup (Lee, I-M, dkk, 2012).

KOMPAS/PRIYOMBODO

Suasana kerja di ruang kerja bersama Cohive di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (24/6/2019). Sebagian besar waktu bangun pekerja dihabiskan di tempat kerja dengan aktivitas duduk.

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor utama yang menentukan tingkat kebugaran kardiorespirasi. Hal itu karena daya tahan kardiorespirasi yang rendah telah diketahui sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner dan kematian akibat penyakit kardiovaskular.  Daya tahan kardiorespirasi dinyatakan dalam nilai VO2maks, yang menggambarkan keseluruhan oksigen (O2) yang digunakan tubuh (Lavie, CJ, dkk, 2015).

Nilai VO2maks dinyatakan dalam satuan absolut liter per menit (L/menit) atau satuan relatif mililiter O2 per kilogram berat badan per menit (mL/kg/menit). VO2maks menjadi penanda biologi daya tahan kardiorespirasi. VO2maks dinyatakan dalam sebuah nilai yang menggambarkan curah jantung dan perbedaan O2 di pembuluh darah arteri-vena selama aktivitas fisik yang berat. Dengan demikian, VO2maks mampu menggambarkan kebugaran sistem kardiorespirasi seseorang. Pekerja duduk dengan perilaku tidak aktif memiliki nilai VO2maks rendah.

Penelitian ini bertujuan mendapatkan model alat latihan kardiorespirasi yang secara efektif dapat meningkatkan kebugaran jasmani pekerja duduk yang kurang bergerak. Penelitian terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap pengembangan, tahap penentuan validitas, dan tahap pembuktian efektivitas model alat latihan. Kedua tahap awal menggunakan rancang penelitian potong lintang, sedangkan tahap akhir menggunakan rancang kuasi eksperimental.

Pemilihan sampel dilakukan pada populasi pekerja duduk di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Sebanyak 73 pekerja ikut serta dalam uji pengembangan prototipe model alat latihan kardiorespirasi. Rinciannya, 36 orang atau 49,3 persen laki-laki dan 37 orang atau 50,7 persen perempuan. Rentang usia terbanyak 20 tahun-35 tahun (80,8 persen), sisanya berusia 21 tahun-45 tahun. Dari peserta uji, 83,6 persen tidak aktif secara fisik.

Posko konsultasi dan pengaduan THR untuk pekerja dan buruh di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Pekerja duduk dengan perilaku tidak aktif memiliki nilai VO2maks rendah.

Setelah subyek penelitian dinyatakan aman berdasarkan penapisan syarat pra-latihan, dilakukan uji coba latihan kardiorespirasi selama 15 menit dengan prototipe model alat latihan yang dikembangkan. Hasil pencatatan selama pelatihan menunjukkan kecenderungan kenaikan denyut nadi. Nilainya bervariasi pada setiap titik pengamatan yang diikuti dengan peningkatan skala pengerahan tenaga.

Peneliti mendapatkan tiga aspek yang memengaruhi pencapaian denyut nadi optimal, dengan model regresi yang menjelaskan 86,2 persen variasi pencapaian denyut nadi latihan optimal. Selain itu, didapatkan protokol dan formula uji ukur daya tahan kardiorespirasi untuk memprediksi nilai VO2maks dengan model alat latihan yang mempunyai tingkat akurasi dan presisi baik.

Pada implementasi, didapatkan peningkatan nilai prediksi VO2maks pada kelompok perlakuan pada akhir minggu ke-12 dengan selisih rerata 1,21 (2,4) mL/kg/menit dan tingkat pemenuhan sesi latihan sebesar 39,7 persen dari total sesi yang diharapkan. Sementara itu, terjadi penurunan nilai prediksi VO2maks sebesar 2,8 (2,8) mL/kg/menit pada kelompok kontrol.

Kesimpulannya, penggunaan model alat latihan kardiorespirasi berbasis pijak kaki Kinesia pada program latihan fisik berbasis tempat kerja dikatakan valid dan reliabel untuk meningkatkan daya tahan kardiorespirasi pekerja duduk.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan dilakukan diseminasi kepada pekerja duduk agar selalu berusaha meningkatkan aktivitas fisiknya di sela-sela jam kerja, dengan alat yang sederhana dan ergonomis.

Model alat latihan kardiorespirasi berbasis pijak kaki Kinesia diharapkan menjadi solusi lain pada pemodelan latihan fisik di tempat kerja. Nama Kinesia merupakan akronim dari kata "kinetik" dan "Indonesia". Nama itu berarti model latihan fisik pada pekerja di Indonesia ini menggunakan pendekatan berbasis gerak.

Temuan dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan teoretis dan praktis bahwa "pekerja duduk tidak harus sedenter selama bekerja". Sedenter, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berkaitan dengan banyak duduk dan sedikit berolahraga.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan dilakukan diseminasi kepada pekerja duduk agar selalu berusaha meningkatkan aktivitas fisiknya di sela-sela jam kerja, dengan alat yang sederhana dan ergonomis. Pemimpin institusi atau perusahaan ikut serta dalam program peningkatan aktivitas fisik di tempat kerja sehingga dapat secara langsung memotivasi pekerja agar meluangkan sedikit waktunya untuk menambah tingkat aktivitas fisiknya di tempat kerja.

Selain itu, program pembinaan kebugaran jasmani di tempat kerja juga perlu diubah menjadi sebuah kebutuhan bagi pekerja dan institusi. Caranya dengan menyediakan asupan dan data pemeriksaan kesehatan dasar serta dan pemantauan kebugaran jasmani secara berkala. Hal itu dilakukan agar terjadi pergeseran perilaku dan kesadaran pekerja demi menjadi lebih sehat, bugar, serta produktif.

Penulis: Dr dr Listya Tresnanti Mirtha, Sp KO adalah anggota staf akademik Divisi Kedokteran Olahraga Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Sebelum mendapatkan gelar doktor dari FKUI, perempuan kelahiran 22 Agustus 1976 ini menyelesaikan pendidikan dokter di FK Universitas Airlangga, Surabaya, tahun 2001 dan pendidikan dokter spesialis kedokteran olahraga FKUI tahun 2012. Ia mendapatkan hak kekayaan intelektual atas alat latihan kardiorespirasi berbasis pijak kaki "MT" berupa hak paten sederhana tahun 2018 dan hak cipta merek Kinesia tahun 2018.


Kompas, 8 Juli 2019


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger