Akhir-akhir ini kata virtual sedang naik daun. Ada konferensi virtual, rapat virtual, konser virtual, obrolan virtual, pameran virtual, dsb. Sebab kampung halaman kata ini Inggris, banyak orang tak begitu paham maknanya. Kata ini sering digunakan silih berganti dengan kata daring dan maknanya tak berbeda, karena itu orang pun menarik kesimpulan bahwa makna kedua kata ini serupa.
Kata daring sebenarnya terjemahan kata on line (Inggris). Rasanya cukup beralasan jika orang bertanya mengapa virtual tak diterjemahkan saja ke dalam bahasa Indonesia. Orang tak perlu bertanya seperti itu kalau ia membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karena di sana tertulis memang virtual. Bukan kata lain.
Ternyata kata itu tak diterjemahkan, melainkan diserap menjadi kata Indonesia. Arti kata serapan itu '(secara) nyata'. Contoh penggunaannya diberikan KBBI: "demokrasi dalam arti nyata". KBBI tetap konsisten dengan arti kata itu karena sejak kamus tersebut terbit kali pertama pada 1988, arti kata itu sama dan contohnya pun serupa.
Saya merasa perlu ada keterangan tambahan mengenai kata serapan itu. Jadi tak hanya "(secara) nyata" saja. Karena dengan keterangan tambahan atau penjelasan, kata virtual itu tak dibebani dengan banyak arti. Dalam pertandingan sepak bola dan berbagai peristiwa lain kita mengenal frasa live coverage, laporan langsung. Maksudnya tak lain bukan rekaman, sedangkan yang virtual bukanlah sesuatu yang direkam. Kalau kata virtual dimaksudkan sebagai tak langsung pasti tak tepat pula karena pembicaraan secara virtual adalah langsung walaupun tak berhadap-hadapan dalam jarak dekat. Daringagaknya pilihan yang lebih tepat untuk menggantikan virtual.
Untuk mengetahui penjelasan tambahan apa yang harus diberikan kepada virtual dalam KBBI, saya menelusuri beberapa kamus bahasa Inggris. Dalam kamus saku Oxford Learners Pocket Dictionarydisebutkan dua makna virtual. Satu di antaranya, saya rasa, cukup tepat sebagai penjelasan. Virtual adalah made to appear to exist by the use of computer software. Dengan menggunakan piranti lunak komputer, kita dapat membuat sesuatu seakan-akan benar-benar ada di dekat kita.
Karena itu, realitas virtual adalah imaji yang diciptakan komputer yang tampaknya benar-benar ada. Seandainya komputer tak ada, pastilah semua yang serba virtual tak pernah ada pula. Artinya, komputerlah sangat berperan di sini. Wajar jika ada yang bertanya mengapa kata asing itu diserap begitu saja tanpa penjelasan memadai.
Mengingat sejak 1988 KBBI telah menyerap virtual dengan makna "(secara) nyata", sangat banyak waktu bagi Badan Bahasa mengevaluasi kembali apa yang perlu disempurnakan dalam KBBI yang menjadi rujukan ini. Penambahan entri baru memang perlu, tetapi perbaikan, penambahan, dan penjelasan tak kalah pentingnya. Andai kata virtual diterjemahkan jadi melalui komputer, orang akan lebih mudah memahami maknanya.
KBBI telah menyertakan salah satu entrinya, virtual, ke dalam terbitan pertama (1988), tapi kata itu baru berada di atas angin ketika pandemi covid-19. Korona menyerang ke sana ke mari, termasuk Indonesia. Kalau wabah itu tidak datang, mungkinvirtual hanya tersimpan dalam kamus; tertidur dan masyarakat tak merasa perlu menggunakannya kembali.
(Sori Siregar, Cerpenis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar