"Pernyataan Sekjen PKS Anis Matta kepada sejumlah media massa di Indonesia itu bisa membunuh kami di Mesir. Mereka mendapatkan pamor di atas penderitaan kami," kata salah satu mahasiswa Universitas Al Azhar asal Kota Madiun, Jawa Timur, Ahda Zabila (25),Ahad.
Ia menceritakan, pernyataan petinggi PKS tersebut telah berdampak pada banyaknya mahasiswa Indonesia di Kairo yang terkena aksi "sweeping" dan penggeledahan dengan jumlah aksi itu yang terus meningkat akhir-akhir ini.
"Di antaranya yang menjadi korban adalah teman kami, Bisyri Ichwan, mahasiswa Al Azhar Kairo, Fakultas Ushuluddin tingkat 2 asal Banyuwangi, Jawa Timur. Ia dan sejumlah temannya terkena aksi penggeledahan di rumahnya di kawasan Nasr City tepatnya di daerah Tubromli," katanya.
Dalam pesannya, Ahda menulis, Bisyri Ichwan, beserta empat orang teman lainnya, didatangi satu kompi tentara militer Mesir lengkap dengan senjata laras panjang pada Sabtu (5/2) siang waktu setempat.
Selama satu jam lamanya, mereka dicecar sekitar seratusan pertanyaan oleh tentara militer Mesir terkait kecurigaan sebagai pendukung aksi para demonstran.
Tidak hanya dicecar dengan pertanyaan, namun rumah mereka juga diobrak-abrik, termasuk laptop, telepon seluler, dan dokumen-dokumen tak luput dari pemeriksaan sambil menodongkan senjata laras panjang ke arah mahasiswa.
"Bukan hanya diperiksa, tapi diobrak-abrik. Mereka fokus pada internet yang saya buka. Suasananya begitu tegang," kata Achda menirukan, ungkapan temannya, Bisyri Ichwan.
(Republika.co.id)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar