LONELY SONG OF SBY SBY semakin bingung harus bersikap apa. Kejadian demi kejadian tidak ada yang terselesaikan. Malahan bertambah kejadian baru yg makin mengenaskan. Sementara skandal Bank Century dimati-surikan, skandal petinggi2 Demokrat mencuat. Tanggal 23 Mei 2011 ternyata Nazarudin sudah menghadap SBY dan melaporkan semuanya, termasuk keterlibatan Ibas dan Anas, dkk. Rakornas Demokrat di Sentul pun berlangsung alot hingga hampir subuh. Keputusan diambil walau berat. Anas dilengserkan untuk membersihkan nama PD. Ditugaskan dua orang. Andi Malarangeng untuk menghadap SBY dan Ahmad Mubarok untuk menyampaikan kepada Anas sekaligus mencari format yg elegan n bijak bagi semua pihak. Tentu ini kemauan kubu Marzuki Ali dan Andi Malarangeng yang mau membalas dendam atas manipulasi uang yang memenangkan Anas sebelumnya. Subuh, Andi Malarangeng sudah di Cikeas. Sarapan pagi bersama SBY dan kebetulan ada Ibu Sarwo. Baru satu kalimat Andi menyampikan keputusan Rakornas soal dilengserkannya Anas, tiba-tiba Bu Sarwo nyeletuk: "Nek iku dilaksanakan, putuku mlebu bui" (Kalau langkah itu diambil, cucuku masuk penjara). Gagal lah tugas Andi Malarangeng. Semua juga tahu, SBY itu jongos di keluarga besar Sarwo Edhi, makanya sama sekali tidak bergeming atas celetukan mertuanya itu. Konon, akhir2 ini, SBY sering terdiam merenungi nasibnya yang demikian tragis. Ditinggalkannya istri (keturunan Filipina) dan kedua anak perempuannya demi meraih cita-cita masa depan gemilang, namun apa dikata jatuh ke pangkuan ibu Ani yang menempatkan SBY kayak jongos seumur-umur. Sempat selingkuh sebentar dengan Sri Mulyani Indrawati, namun terhempas skandal Century yang mengharuskan SMI diusir ke luar negeri atas perintah Ibu Ani yang cemburu habis kepada SMI yang cantik dan cerdas. SBY kembali salah langkah dan kembali ke ketiak Ibu Ani. Apalagi kalau SBY merenungi pilihannya pada skenario manipulasi pemilu, yang waktu itu diambilnya tanpa banyak pemikiran mendalam, SBY makin stres. Sebagaimana kebiasaan seorang jongos yang sudah mengabdi kepada isterinya puluhan tahun, sudah terbiasa tidak bisa menolak, demikian pula waktu memutuskan skenario pemenangan pemilu itu, hanya pesan Ani Sby yang terngiang2: "Kalau incumbent tidak menang mutlak, itulah sebodoh2nya orang. Kan semua kekuasaan ada di tangan". Memang menang mutlak, menghalalkan segala cara. Sekarang, ibarat nasi sudah menjadi bubur. Kalau stres, kompensasinya dia mengarang lagu. "SBY sudah ditinggalkan kroni2nya. Lebaran tahun sebelumnya, antrian masih amat, panjang, tapi lebaran kemarin, di ruang VIP, hanya ada saya dan seorang menteri, itupun kami buru2 pulang, makanan utuh tidak tersentuh", demikian seorang jenderal bintang empat, kerabat dekat cikeas menggambarkan. Di lingkaran satu pun sudah tinggal beberapa sosok oportunis yg mengelilinginya, seperti Hartati Murdaya, yg bakalan hancur bersama hancurnya kekuasaan SBY. "Hartati Murdaya itu yang selalu menyampaikan yang bagus2 kepada Bu Ani dan Pak Sby shg informasi versi lain dari kami-kami yg lebih obyektif sudah tidak ada gunanya", demikian salah seorang kepercayaan Cikeas. Awalnya, Ani Sby tidak menyetujui Aliya sebagai menantu. Pacar Ibas di Australia, yg dibelikan Ferari oleh Anggoro, ketika sama-sama kuliah, dianggap lebih tepat untuk mendampingi putranya. Aliya dianggap terlalu mandiri dan kurang "njawani". Namun apa yang membuat Ani Sby berubah pikiran? Segra meminang Aliya Rajasa? Pertama, adalah diagnosa tumor otak di kepala SBY, yg membuatnya pingsan dan lalu diinfus vitamin C, karena memang tidak ada obatnya. Kalau dikemoterapi di kepala akan amat berbahaya. Maka, tidak heran kalau kemudian RS kecil di dekat Cikeas segra dibeli dan diperlengkapi dg peralatan tercanggih dg dokter jaga kepresidenan, untuk berjaga-jaga kalau setiap saat terjadi sesuatu. Kedua, tidak ada yg lebih kuat dari ikatan keluarga, apabila terjadi sesuatu. Apalagi Hatta Rajasa sudah terbukti menyetorkan suara poros tengah secara bulat. Buy 1 Get 1. Beli Hatta Rajasa dapat juga Amien Rais. Demikianlah kalkulator di kepala Ani Sby segra bekerja. Tapi kalau tidak diikat bisa saja menjadi bumerang. Hatta Rajasa bagai disambar petir. Untung rambutnya sudah putih semua, seandainya masih ada yg hitam, kontan langsung jadi putih total. Bagai menghadapi buah simalakama. Dimakan mati, tidak dimakan ibu mati. Aliya Rajasa, gadis cerdas itu, akhirnya harus menyetujui dijodohkan dengan Pangeran Teler, yang diajak ngomong saja tidak nyambung. Adalah Amien Rais yang menghibur, mungkin saking penginnya berkuasa: "Ambil saja hikmahnya. Siapa tahu ini Jalan Allah SWT untuk mendapatkan amanah memimpin NKRI selanjutnya". Padahal, seandainya tidak ada ikatan keluarga, jelas manuver Hatta Rajasa dan Poros Tengah akan bisa lebih leluasa di masa depan. Namun takdir sudah diterima sebagai besan. Adalah Hartati Murdaya yang sibuk. Seperti biasa. Bagaimana mengamankan bisnisnya secara nyata dengan menaruh orang-orang kunci. Seperti Dahlan Iskan yang sudah membuktikan diri berbakti mengamankan kepentingan Murdaya di PLN, tugas selanjutnya adalah agar Dahlan mengamankan kepentingan Murdaya di Telkomsel yang sempat gonjang ganjing. Apalagi, kembalinya kroni2 lama Aburizal Bakrie, seperti Djan Faridz dan Cicip Syarif Sutardjo dalam Kabinet membuat gerah Kelompok Murdaya. Karena katakutan kepada ARB, maka langkah beberapa konglomerat menggandeng Arifin Panigoro untuk menjual Sri Mulyani dengan Partai SRI nya pun didanai besar2an. Yang digerakkan adalah para profesional dan akademisi kampus2. Lalu di Jatim mulai masuk ke Pesantren2 untuk memenangkan Gub Jatim sebagai exercise. Mau mengulangi keberhasilan Demokrat melalui ujicoba manipulasi sistem pilgub jatim (Cak Karwo vs chofifah). Termasuk mendorong kakak kandung SMI, yaitu Nining Susilo untuk maju sbg Ketua IA ITB. Namun kalah. Hanya saja, usaha menjual SMI dgn PSRI memang agak berat, karena ada gerakan tandingan yg begitu santer untuk KPK segra menangkap TRIO perampok Bank Century dan Pajak Fiktif Puluhan Trilyunan (Boediono, SMI, Darmin Nasution) yg disponsori oleh Jenderal Sutanto (mantan Ka BIN) yang dijanjikan oleh SBY untuk menjadi capres PD setelah SBY tidak bisa maju lagi. Tugasnya menghambat agar SBY bisa aman sampai 2014 atau setidaknya TRIO itu saja yang diseret. Jangan sampai menyentuh Cikeas. Kesulitan menjual SMI dan PSRI, sempat dicoba dilansir dagangan baru oleh kubu konglomerat yakni menjual Dahlan Iskan. Sempat panas sebentar, namun ternyata hanya euforia karena banyak kalangan yang tahu rekam jejak Dahlan Iskan ketika menghabisi Grup Koran ternama di Jatim dengan mendirikan Jawa Pos yang didukung beberapa pihak yg terganggu oleh pemberitaan Koran ternama tersebut yang tidak mau berkompromi. "Ini orang dari dulunya sudah jadi boneka, masak mau dijadikan presiden, yang bener saja lah. Apa tidak mengulang episode SBY di rewind", demikian sumber BIN mengatakan. Bingung mencari jago, akhirnya beberapa meminta Hutomo Mandala Putra Suharto untuk tampil di 2014. Hanya saja, HMP tidak ada komentar sampai kini. Usaha membuat Partai Nasrep yg dimotori Mayjen Edi Waluyo juga tidak menggelora, malah seperti setengah hati. Selain Sutanto, Prabowo juga dijanjikan oleh SBY. Bahwa PD akan bersama Gerindra di 2014 untuk mencalonkan Prabowo sbg capres. Hanya saja, selain menjanjikan, juga secara bersamaan, semua bank dikunci agar tidak mengucurkan kredit kepada Prabowo, sehingga likuiditas Prabowo tersendat. Ini yg membuat Prabowo takluk dan mendukung Panja Pajak Pro Demokrat. Joko Suyanto, sang Jenderal AU, seangkatan SBY, juga dijanjikan. Namun dia tidak tinggal diam. Apalagi dia, bersama Hatta Rajasa, sudah jelas sebagai distributor dana Skandal Century. Selain mau menyelamatkan diri, juga sedang memanuver agar kekuasaan SBY jatuh sebelum waktunya. Sehingga jatuhnya ke tangan Menko Polhukam. Untuk selanjutnya akan memudahkan urusan. Tak pelak lagi, beberapa Jenderal AD yang dekat kekuasaan menjadi berang karena berbagai macam isu dilansir untuk menjauhkan SBY dari teman2nya yang AD. Dengan isu Dewan Jenderal AD, SBY berhasil diisolasi oleh Djoko Suyanto, sehingga teman2nya Jenderal AD tidak lagi dekat dengan SBY. Djoko Suyanto bersama para perwira tinggi AU yang siap menduduki Jakarta melalui jalur udara, sudah menyiapkan skenario semacam "supersemar" agar jatuhnya kekuasaan SBY ke tangan Djoko Suyanto. Krn kalau lewat Pemilu normal tidak ada jaminan, nasib dirinya akan aman. Mengingat semua bisa saling mengkhianati untuk menyelamatkan diri. Hal "siaga 3" ini pulalah yang dibahas dalam rapat terbatas para Jendral purnawirawan AD baik senior maupun yang masih aktif, karena merasa dikhianati oleh Djoko Suyanto, yang berhasil mengisolasi SBY. Tidak ada satupun Jenderal AD yang dulu hotline dg SBY, sekarang semua lewat Djoko Suyanto. Shg bisa discreening. "Inilah kebodohan SBY, krn dia orang yg tidak tahu terima kasih. Semua hubungan selalu berdasar kepentingan semata, dia buta, tidak bisa membedakan mana kawan, mana lawan. Tidak sedikit orang setia yg dia korbankan. Spt Kolonel Azis kasus Kedutaaan Indonesia di Korea, Bachtiar Chamzah malah SBY memilih oportunis/pedagang Si Suryadarma Ali, Hafidz Anshari ketua KPU sudah disuruh manipulasi macam2 dan sekarang dikorbankan, dll. Padahal dalam saat kritis dan krisis, kuncinya adalah teman sejati, dan ini dia tidak punya. Dia kira semua orang punya kepentingan. Celakalah SBY", demikian seorang Jenderal senior yang mengenal SBY sejak jaman dulu. "Memangnya Djoko Suyanto tolol. Untuk menjadikan dirinya pahlawan, ya kemudian SBY yang akan diadili di depan rakyat, sekaligus untuk membersihkan diri", demikian lanjutnya berapi-api. Bagaimana kekuatan dukungan untuk SBY di POLRI Jenderal? Dijawab sbb: "POLRI yang penting untung saja. Lihat saja kasus Gayus. Ito Sumardi sudah ditugaskan oleh SBY, sampai Ito menjemput Gayus ke Singapore, namun dalam perjalanannya, dengan amat mudah kendali operasi diambil alih oleh Salempang (wakilnya), sehingga Tim nya Ito dan Deny Indrayana hancur berantakan, sedangkan Gayus kan bicaranya tergantung siapa yang menang pertempuran saat itu, ya diatur saja kalimatnya sesuai pesanan. Polisi itu yang penting dapat Job, ya jalan, tapi juga harus jelas mengawalnya agar tidak belok kalau dapat tawaran yg lebih tinggi/ lebih baik. Bohirnya Polisi itu banyak. Tidak hanya SBY",demikian Sang Jenderal Senior. Ruhut Situmpul dan Sutan Butogana yang biasa muncul sebagai corong SBY pun mulai kendor. Dimintai komentar soal para tokoh DEPAN yang meluncurkan buku berisi daftar abused pemerintahan SBY-BOED, reaksinya adem ayem saja: "ya silahkan saja, ini negara demokrasi, semua bebas berekspresi, tidak seperti biasanya yang banyak membela disana sini. Lebih jelas lagi adalah Marzuki Ali, sang Ketua DPR yang merasa sbg pendiri Demokrat dari sejak awal, namun selalu disingkirkan oleh SBY dalam penentuan posisi menteri, ditambah didzalimi ketika bersaing melawan Anas, sudah siap siaga berperan sebagai layaknya Harmoko di tahun 1998. Miring sedikit, akan segera menyeberang. Lebih baik jadi pahlawan daripada sebagai bersama masuk jurang. Lain lagi Taufik Kiemas. Dia memang oportunis. Siapa yg menang pasti ikut, apalagi kalau diberi peran. Segra saja siap beraksi. Yg penting dagangannya (Puan Maharani) jangan ditinggalkan. "Jenderal Marciano itu tadinya komandan paspampres. Hampir tidak punya latar belakang pengalaman dunia intelejen. Di seluruh dunia, dipahami bahwa dunia intelejen adalah seperti negara dalam negara. Tidak peduli pemerintah ganti berkali-kali, dunia intelejen jalan terus. Dan harus dipimpin oleh yang berpengalaman di bidang intelejen, by training dan by expereince, tidak bisa ujug-ujug. Kalau ini sih sudah pertanda siaga 3, yang penting Pak Marciano siap melarikan presiden n keluarganya kalau terjadi apa2. Itu saja fokusnya. Kalau memimpin BIN, sulitlah. Kalau soal pengamanan presiden n keluarga, beliau sudah teruji. Ditaruh di BIN krn info A1 adanya di BIN, jd bisa cepat siap2", salah seorang intel muda menjelaskan. Kini, kembali SBY dibikin pusing. Mau berkata apa lagi. Semua langkahnya sudah salah lagi dan salah lagi. Tiba-tiba dunia dihentakkan seorang mahasiswa semester akhir Fakultas Hukum UBK yang membakar diri di depan istananya. Nyawa TKW yang dipancung tidak ada harganya, nyawa korban jembatan Kutai, tsunami, longsor, tanggul jebol, gempa demi gempa, gunung meletus, tabrakan, terus korban nyawa, sampai dijuluki Susilo Bambang Nyudo Nyowo (mengurangi nyawa). Adalah amat sangat mudah untuk Abraham Samad menepati janjinya, karena semua bukti2 sudah komplit. Century tinggal panggil Boed, SMI, Darmin, sebelum mengarah ke SBY. Bukti2 skandal Petinggi PD juga sudah komplit, tinggal panggil Anas n Ibas. Nunun juga sudah tertangkap. Cuma butuh keberanian saja. Semoga arwah Sondang Hutagalung si pemberani, merasuk ke dalam jiwa Abraham Samad. Kini SBY menyesali nasibnya tanpa tahu harus berbuat apa, ini salah itu salah: Sendiri...... Kini aku, sendiri lagi....... Tiada kawan, tiada teman kutemui Semua orang menghindari Siap-siap menyelamatkan diri. Tinggallah ku sendiri Sendiri......... Kini aku, sendiri lagi .......... Judul "The Lonely Song of SBY" DEPAN NEWS Disarikan dari obrolan informal para tokoh DEPAN dengan berbagai kalangan (Sipil, Militer, Polisi, Intelejen, Cikeas, dll). Mengutip pernyataan Prabowo kepada SBY: "Jakarta ini sempit. Kita tahu sama tahu lah. Ngapain pakai jaim-jaim, sampai kolorpun kita saling tahu. Ndak usahlah begitu". |
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar