Puluhan buruh siap bakar diri
Tanggal : 12 Dec 2011
Sumber : Harian Terbit
JAKARTA - Aksi nekad bakar diri karena kecewa dengan pemerintahan SBY mengatasi kemiskinan dan menghabisi koruptor bakal berlanjut. Setelah Sondang Hutagalung, mahasiswa Universitas Bung Karno, puluhan aktivis pembela rakyat tengah siap-siap untuk melakukan aksi tersebut dalam waktu dekat. Mereka siap jadi martir lewat bom bunuh diri.
Demikian pengakuan sejumlah tokoh dan aktivis kepada Harian Terbit di Jakarta, Senin (12/12). Hal ini dibernarkan aktivis Petisi 28, Harsya M dan Indro Tjahyono, keduanya mengaku mendengar puluhan aktivis tengah bersiap melakukan aksi yang sama. Alasannya, mereka kecewa dengan pemerintahan SBY yang tidak prorakyat tapi pro kepada koruptor.
Di samping itu, lanjut Indro, saat ini banyak yang sudah tidak lagi memikirkan dirinya atau rela mengorbankan nyawanya untuk menjadi martir. "Daripada hidup susah di negeri sendiri, apalagi setiap hari menyaksikan penderitaan rakyat, saya kira akan banyak aktivis dan orang-orang biasa yang nekat bunuh diri demi kesejahteraan rakyat," ujar Indro.
Hartsa Mashihul juga membenarkan akan ada puluhan aktivis buruh yang siap melakukan aksi bakar diri seperti yang dilakukan Sondang. Hal itu dilakukan merupakan bentuk kekecewaan dan protes kegagalan SBY memberangus korupsi dan kemiskinan.
"Saya dengar mereka akan melakukan aksi gila karena selama ini SBY buta dengan matanya dan telinganya tuli. Aksi yang dilakukan selama ini tidak didengar dan tidak digubrisnya, sehingga mereka mau mengorbankan diri dan jiwanya dengan membakar diri. Ada juga yang mau melakukan aksi bom bunuh diri," kata Hartsa.
Namun, Hartsa dan Indro lebih setuju dengan tidak membakar diri. Untuk menggulingkan SBY, ujar keduanya, lebih baik dilakukan dengan cara mencegat mobilnya di tengah jalan dan menduduki Istana.
Kecewa
Secara terpisah, psikolog Mintarsih A Latief menjelaskan, di tengah kebingungan mencari jalan keluar atas masalah bangsa yang makin parah, diperkirakan banyak orang yang akan mengikuti jejak Sondang.
"Sama seperti Sondang, mereka akan mengirimkan pesan tragedi bahwa negara dianggap tak lagi bisa diandalkan karena tak mampu menyelesaikan masalah bangsa. Pemimpin negara, terutama presiden, dinilai gagal mengelola negara dan tak bisa mengatasi penderitaan rakyat," kata Mintarsih.
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia Nining Elitos mengemukakan, aksi yang dilakukan Sondang merupakan bentuk kekecewaan gerakan rakyat atas pemerintahan SBY yang sudah tidak peduli dan berpihak kepada rakyat.
"Pemerintah dan DPR selama ini telah merampok uang rakyat dan pihak pengusaha mengambil sumber daya alam Indonesia. Aksi bakar diri itu merupakan suatu kewajaran. Kaum buruh akan terus melakukan aksi kekecewaan terhadap pemerintah. Aksi bakar diri lebih efektif untuk melawan pemerintah," papar Nining.
Patriot perubahan
Sementara itu, Dewan Penyantun Universitas Bung Karno, Dr Rizal Ramli mengatakan, aksi bakar diri Sondang merupakan wujud kegeraman seorang warga atas ketidakmampuan pemerintahan SBY-Boediono mengentaskan kemiskinan dan memberantas korupsi.
Rizal berharap dengan aksi Sondang yang berujung pada kematian itu, menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk bisa memerhatikan rakyat kecil.
Menurutnya, Sondang adalah ahasiswa yang memiliki cita-cita mulia. "Bapaknya seorang sopir taksi. Dia berani mengorbankan diri untuk cita-cita perubahan untuk Indonesia bisa lebih baik. Setiap perjuangan ada pengorbanannya, banyak pahlawan seperti Bung Karno, mengorbankan jiwa raga. Reformasi 98, adik-adik mahasiswa dan terjadi perubahan, kami ingin menyatakan, bahwa Sondang a-dalah patriot perubahan," kata Rizal Ramli di Auditorium Universitas Bung Karno, Jakarta Pusat, Minggu (11/12).
Dia menambahkan, Sondang bukanlah mahasiswa yang bodoh. "Mengucapkan bela sungkawa, saya terharu, prestasinya bagus. IPKnya 3,7," tukas-nya dihubungi Senin pagi.
Rizal meminta agar perjuangan Mahasiswa tidak berhenti sampai di sini. "Kita lanjutkan perjuangan, untuk Indonesia yang lebih jaya dan hebat," tandasnya.
Civitas akademika Universitas Bung Karno (UBK), Ahad (11/12), memberi penghormatan terakhir kepada Sondang. Setelah aksi bakar diri yang menghanguskan hampir seluruh tubuhnya, Rabu silam, Sondang meninggal Sabtu kemarin, tepat di saat masyarakat penggiat hak asasi manusia memeringati Hari HAM Sedunia.
Aksi ini ditanggapi Sekretaris Kabinet Dipo Alam. "Aksi Sondang tidak ditirukan oleh pemuda atau mahasiswa lain. Saya menyesalkan aksi mahasiswa UBK itu. Itu cara berjuang yang keliru. Pemuda berjuang harus berani hidup. bukan berani mati," kata mantan Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia di era Presiden Soeharto itu.
(junaedi/dodo)
Tanggal : 12 Dec 2011
Sumber : Harian Terbit
JAKARTA - Aksi nekad bakar diri karena kecewa dengan pemerintahan SBY mengatasi kemiskinan dan menghabisi koruptor bakal berlanjut. Setelah Sondang Hutagalung, mahasiswa Universitas Bung Karno, puluhan aktivis pembela rakyat tengah siap-siap untuk melakukan aksi tersebut dalam waktu dekat. Mereka siap jadi martir lewat bom bunuh diri.
Demikian pengakuan sejumlah tokoh dan aktivis kepada Harian Terbit di Jakarta, Senin (12/12). Hal ini dibernarkan aktivis Petisi 28, Harsya M dan Indro Tjahyono, keduanya mengaku mendengar puluhan aktivis tengah bersiap melakukan aksi yang sama. Alasannya, mereka kecewa dengan pemerintahan SBY yang tidak prorakyat tapi pro kepada koruptor.
Di samping itu, lanjut Indro, saat ini banyak yang sudah tidak lagi memikirkan dirinya atau rela mengorbankan nyawanya untuk menjadi martir. "Daripada hidup susah di negeri sendiri, apalagi setiap hari menyaksikan penderitaan rakyat, saya kira akan banyak aktivis dan orang-orang biasa yang nekat bunuh diri demi kesejahteraan rakyat," ujar Indro.
Hartsa Mashihul juga membenarkan akan ada puluhan aktivis buruh yang siap melakukan aksi bakar diri seperti yang dilakukan Sondang. Hal itu dilakukan merupakan bentuk kekecewaan dan protes kegagalan SBY memberangus korupsi dan kemiskinan.
"Saya dengar mereka akan melakukan aksi gila karena selama ini SBY buta dengan matanya dan telinganya tuli. Aksi yang dilakukan selama ini tidak didengar dan tidak digubrisnya, sehingga mereka mau mengorbankan diri dan jiwanya dengan membakar diri. Ada juga yang mau melakukan aksi bom bunuh diri," kata Hartsa.
Namun, Hartsa dan Indro lebih setuju dengan tidak membakar diri. Untuk menggulingkan SBY, ujar keduanya, lebih baik dilakukan dengan cara mencegat mobilnya di tengah jalan dan menduduki Istana.
Kecewa
Secara terpisah, psikolog Mintarsih A Latief menjelaskan, di tengah kebingungan mencari jalan keluar atas masalah bangsa yang makin parah, diperkirakan banyak orang yang akan mengikuti jejak Sondang.
"Sama seperti Sondang, mereka akan mengirimkan pesan tragedi bahwa negara dianggap tak lagi bisa diandalkan karena tak mampu menyelesaikan masalah bangsa. Pemimpin negara, terutama presiden, dinilai gagal mengelola negara dan tak bisa mengatasi penderitaan rakyat," kata Mintarsih.
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia Nining Elitos mengemukakan, aksi yang dilakukan Sondang merupakan bentuk kekecewaan gerakan rakyat atas pemerintahan SBY yang sudah tidak peduli dan berpihak kepada rakyat.
"Pemerintah dan DPR selama ini telah merampok uang rakyat dan pihak pengusaha mengambil sumber daya alam Indonesia. Aksi bakar diri itu merupakan suatu kewajaran. Kaum buruh akan terus melakukan aksi kekecewaan terhadap pemerintah. Aksi bakar diri lebih efektif untuk melawan pemerintah," papar Nining.
Patriot perubahan
Sementara itu, Dewan Penyantun Universitas Bung Karno, Dr Rizal Ramli mengatakan, aksi bakar diri Sondang merupakan wujud kegeraman seorang warga atas ketidakmampuan pemerintahan SBY-Boediono mengentaskan kemiskinan dan memberantas korupsi.
Rizal berharap dengan aksi Sondang yang berujung pada kematian itu, menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk bisa memerhatikan rakyat kecil.
Menurutnya, Sondang adalah ahasiswa yang memiliki cita-cita mulia. "Bapaknya seorang sopir taksi. Dia berani mengorbankan diri untuk cita-cita perubahan untuk Indonesia bisa lebih baik. Setiap perjuangan ada pengorbanannya, banyak pahlawan seperti Bung Karno, mengorbankan jiwa raga. Reformasi 98, adik-adik mahasiswa dan terjadi perubahan, kami ingin menyatakan, bahwa Sondang a-dalah patriot perubahan," kata Rizal Ramli di Auditorium Universitas Bung Karno, Jakarta Pusat, Minggu (11/12).
Dia menambahkan, Sondang bukanlah mahasiswa yang bodoh. "Mengucapkan bela sungkawa, saya terharu, prestasinya bagus. IPKnya 3,7," tukas-nya dihubungi Senin pagi.
Rizal meminta agar perjuangan Mahasiswa tidak berhenti sampai di sini. "Kita lanjutkan perjuangan, untuk Indonesia yang lebih jaya dan hebat," tandasnya.
Civitas akademika Universitas Bung Karno (UBK), Ahad (11/12), memberi penghormatan terakhir kepada Sondang. Setelah aksi bakar diri yang menghanguskan hampir seluruh tubuhnya, Rabu silam, Sondang meninggal Sabtu kemarin, tepat di saat masyarakat penggiat hak asasi manusia memeringati Hari HAM Sedunia.
Aksi ini ditanggapi Sekretaris Kabinet Dipo Alam. "Aksi Sondang tidak ditirukan oleh pemuda atau mahasiswa lain. Saya menyesalkan aksi mahasiswa UBK itu. Itu cara berjuang yang keliru. Pemuda berjuang harus berani hidup. bukan berani mati," kata mantan Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia di era Presiden Soeharto itu.
(junaedi/dodo)
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar