Seperti kita baca di harian ini, cuaca masih ditandai dengan anomali sehingga meski sudah akhir Juli, hujan masih banyak mengguyur dan di sejumlah wilayah banjir masih melanda. Kondisi ini rawan menimbulkan banjir dan tanah longsor. Pemudik perlu lebih berhati-hati.
Hal kedua yang menjadi kerisauan adalah melambungnya harga. Menyusul kenaikan harga BBM, inflasi melambung, untuk bulan ini disebut mendekati 3 persen, membuat barang yang banyak dibutuhkan ikut membubung. Hukum suplai dan permintaan berjalan dalam situasi seperti ini. Yang terakhir, kondisi memprihatinkan adalah buruknya kondisi jalan di lintas Sumatera. Ini memperluas prospek serupa yang sudah ada di jalan jalur mudik di Pulau Jawa, apakah itu jalur pantura atau jalur selatan.
Di lintas Sumatera, pemudik bahkan diberitakan akan mengalami kesengsaraan jika terjadi kemacetan dan penumpukan kendaraan di Pelabuhan Merak serta berlanjut di ruas jalan lintas Sumatera. Menambah buruk situasi, kita membaca ambruknya jembatan penghubung Dermaga V Pelabuhan Merak. Jika tidak ingin ada tambahan persoalan, kerusakan jembatan harus segera diperbaiki.
Ya, itulah beberapa kondisi yang lalu menjadi bahan keprihatinan kita. Kombinasi antara faktor alam (cuaca), ekonomi (inflasi, kenaikan harga), dan buruknya infrastruktur (jalur perjalanan yang tak kunjung siap setiap kali ada kebutuhan massal) nyata menjadi hal yang dialami oleh warga Indonesia yang akan merayakan Lebaran.
Alam boleh jadi hal yang berada di luar jangkauan kita karena siapa yang bisa menolak hujan yang terus turun? Ekonomi? Ini sebagian mestinya bisa kita kelola. Kenyataan harga daging, cabe, dan bawang menjadi mahal menjadi catatan bahwa kita tak cukup antisipatif atau terampil dalam mengelola perdagangan komoditas ini.
Yang paling memprihatinkan tentu saja kegagalan kita dalam menyiapkan infrastruktur yang memberi kenyamanan bagi masyarakat yang membutuhkannya, baik untuk keperluan mudik maupun sehari-hari. Aneh memang, jalan tak pernah baik sepanjang tahun dan dijanjikan baik hanya sekitar H minus sepekan sebelum Lebaran. Mengapa hal seperti ini berulang setiap tahun?
Namun, meski kita belum lulus menjadi bangsa pembelajar (learning nation), kita dapat menghibur diri bahwa Lebaran akan segera tiba. Ada banyak hal yang bisa jadi bahan omelan, tetapi untuk menenteramkan hati, kita tuntaskan saja ibadah puasa kita sebaik-baiknya.
Selebihnya, kita siapkan diri dan kendaraan kita jika nanti akan mudik. Harapan untuk bisa bersilaturahim dengan kerabat dan saudara di kampung halaman kiranya menjadi semangat dan inspirasi guna mengalahkan ketidaknyamanan yang akan kita temui di jalanan atau saat berbelanja menyiapkan hidangan Lebaran.
(Kompas, 30 Juli 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar