Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 07 Agustus 2013

Fitri Berkelanjutan (Tajuk Rencana Kompas)

Petang ini, Sang Surya redup di ufuk barat di pengujung bulan Ramadhan 1434 Hijriah, tatkala umat Islam tiba di akhir ibadah puasanya.
Tiada lain yang diharapkan kecuali Allah SWT menerima ibadah ini dan mencurahkan berkah dan rahmat-Nya. Alangkah berlimpah hikmah ibadah di bulan suci ini, antara lain hikmah pengetahuan dan kepekaan sosial, selain hikmah ketakwaan dan kesehatan. Hal itu di antaranya mengucur dalam tausiah dan siraman rohani yang kita dapat. Beruntung sekiranya selama bulan puasa kita menyertainya dengan renungan dalam upaya menjawab pelbagai persoalan sosial dan kemanusiaan.

Maklum, faktanya dunia kini tengah dalam penderitaan, bahkan penderitaan yang merata, seperti dinyatakan dalam pembukaan Deklarasi Etik Global 1993 dikutip Direktur Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq, Kompas Jumat lalu.

Kita masygul apabila setelah puasa demi puasa kita jalani, kita tak kunjung menangkap pesan horizontal yang dikandungnya. Padahal, pesan horizontal dalam ajaran Islam tidak kalah pentingnya dengan pesan vertikal yang bertujuan meningkatkan hubungan hamba dengan Sang Khalik.

Ramadhan segera berlalu, tetapi hasil ibadah sebulan ini masih ditunggu pada bulan berikut. Tugas kita menjaga agar momen berbuat kebaikan ini tidak lepas begitu saja seusai Ramadhan. Praksis puasa adalah untuk menghalau penderitaan, mengikis ketidakpedulian, menghapus kebencian, dan menghormati kehidupan. Niscaya itulah yang semestinya terus menjadi obor bagi kehidupan kita.

Memang tidak jarang kita melihat ironi, mengapa setelah Ramadhan demi Ramadhan datang dan dijalankan, pelbagai laku menyimpang, seperti korupsi, masih mewarnai kehidupan. Meski menimbulkan keprihatinan, hendaknya manusia tak kehilangan semangat bertobat dan memperbaiki kualitas diri. Yang Mahakuasa masih akan menghadirkan Ramadhan berikut seandainya kesempatan kemarin belum cukup untuk mengantar kita kepada kualitas keimanan dan kemanusiaan yang layak.

Kita mendapat berkah lain seusai Ramadhan, yakni bulan Syawal yang memberi kita kesempatan saling bermaafan dan menguatkan silaturahim, satu momen emas yang harus kita sambut dengan niat tulus. Silaturahim kita garis bawahi justru karena ada sinyalemen yang menilai kita makin cenderung menjadi masyarakat yang tidak tulus. Lain apa yang diucapkan, lain apa yang dikerjakan.

Pemudik yang rela menempuh kemacetan dan kepenatan luar biasa selama perjalanan, bukan sekadar melepas rindu kepada sanak saudara. Selain itu, mereka juga ingin menguatkan kembali identitas diri dan mendapatkan kembali ruh kebersamaan. Kita berharap tradisi ini lalu juga menyumbang dalam membangun masyarakat yang kokoh dalam kebersamaan dan tulus dalam perilaku.

Inilah momen untuk kembali ke jiwa fitri, jiwa yang suci buah Ramadhan. Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1434 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin.

(Tajuk Rencana Kompas, 7 Agustus 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger