Tahun ini diperkirakan 9,7 juta warga akan meninggalkan Jakarta mudik ke kampung halaman, sementara untuk keseluruhan penduduk yang mudik menurut taksiran jumlahnya 30 juta orang. Konsekuensinya, kebutuhan tempat duduk di kereta api, bus, pesawat terbang, atau kapal melonjak drastis. Stasiun, terminal bus, bandara, dan terminal penyeberangan dijejali pemudik. Arus lalu lintas di jalan padat.
Sungguh, momen yang berasal dari keyakinan religius ini kemudian bertransformasi menjadi momen kultural yang fenomenal dan massal menurut skalanya.
Kemarin kita ulas soal belum siapnya infrastruktur seperti jalur pantura, salah satu rute favorit pemudik. Kita prihatin membaca pemudik yang harus mengantre berjam-jam sebelum menyeberang dari Pelabuhan Merak.
Sebagian menerima kepenatan yang ada dengan ikhlas, melihat itu sebagai bagian tak terpisahkan dari ritual mudik. Namun, pada sisi lain, kita tidak berhenti mengimbau, otoritas terkait terus memperbaiki kualitas pelayanan publik, mulai dari pelabuhan penyeberangan hingga terminal bus, dari stasiun KA hingga bandara.
Kita ingin menggarisbawahi perlunya pemudik, khususnya yang pengguna sepeda motor untuk meningkatkan kehati-hatian di jalan raya. Berita kemarin yang menyebut sudah 72 pemudik yang meninggal sebelum sampai tujuan amat memilukan kita. Melihat betapa rentannya sepeda motor terhadap kecelakaan, kita berharap penggunaan moda ini untuk mudik dapat diminimalkan, atau bahkan ditiadakan suatu hari nanti, semata demi keselamatan pemudik itu sendiri. Kita tidak ingin mendengar keinginan tulus menjalin silaturahim dan memperkuat jati diri justru berubah jadi duka dan kehilangan.
Menjadi keinginan kita, peristiwa tahunan mudik yang sudah jelas kapan waktunya ini menjadi pengalaman bagi bangsa Indonesia meningkatkan keterampilan mengelola, baik pembangunan proyek jalan raya maupun transportasi lain. Tentunya ada rasa malu, apabila dari tahun ke tahun, berita yang kita dengar masih begitu saja, seperti jalur pantura akan siap pada H minus sekian hari sebelum Lebaran. Kita menginginkan perbaikan dalam keseluruhan proses mudik Lebaran ini.
Kita melihat aparat, khususnya kepolisian, telah bekerja mengamankan jalur mudik. Juga petugas di stasiun, bandara, dan pelabuhan penyeberangan. Kita apresiasi dedikasi mereka. Tidak lupa juga kita hargai kalangan swasta dan organisasi yang telah menyelenggarakan mudik gratis dan mendirikan posko pelayanan kesehatan.
Ya, itulah hakikat dari Lebaran. Ia hadir setiap tahun untuk memberi pelajaran kepada kita tentang kebersamaan serta tentang pengetahuan untuk pengaturan dan memberikan pelayanan yang baik.
(Kompas cetak, 6 Agustus 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar