Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 10 Januari 2014

Mencari Wajah Baru Mesir (Tajuk Rencana Kompas)

REVOLUSI 2011, yang ditandai dengan jatuhnya Presiden Hosni Mubarak, disebut sebagai babak baru Mesir. Babak baru seperti apa yang dimasuki Mesir itu?
Pertanyaan seperti itu sepertinya hingga sekarang masih belum menemukan jawabannya. Bahkan sudah disusul dengan pertanyaan lanjutan, Mesir seperti apa yang akan "dilahirkan" lagi setelah revolusi?

Kita menyaksikan, rangkaian peristiwa setelah revolusi justru tidak membawa negeri yang sering disebut sebagai palungan peradaban dunia itu semakin baik, tetapi bertambah kelam, kelabu. Kini, hari-hari Mesir tiada sepi dari demonstrasi, bentrokan, dan bahkan tindakan teror.

Sejak penyingkiran presiden terpilih lewat pemilu demokratis pertama dalam sejarah Mesir, Muhammad Mursi, oleh militer, Mesir seperti terjerumus dalam lubang besar dan begitu lebar. Kelompok pendukung Mursi, yang dimotori Ikhwanul Muslimin (IM), terus melakukan perlawanan, menuntut dipulihkannya jabatan Mursi sebagai Presiden Mesir. Perlawanan itu berdarah-darah dan kian sengit meski pemerintah sementara pimpinan Presiden Adly Mansour sudah menyatakan IM sebagai organisasi teroris dan terlarang.

Penyingkiran Mursi juga diikuti dengan pergolakan, kerusuhan bernuansa sektarian—harian The Wall Street Journal (9/1) melaporkan, dalam enam bulan terakhir sudah 60 gereja Koptik dibakar dan lebih dari 1.000 rumah milik umat Koptik dirusak—yang kian hari kian meningkat. Kerusuhan-kerusuhan tidak hanya terjadi di Kairo, tetapi juga di kota-kota dan daerah-daerah luar ibu kota.

Situasi seperti itu menjadi ujian berat bagi pemerintah sementara dukungan militer. Apakah mereka mampu membawa Mesir keluar dari turbulensi kerusuhan, konflik, dan kemerosotan perekonomian atau tidak.

Pelaksanaan referendum konstitusi—sebagai pengganti Konstitusi 2012 yang disahkan pada zaman Mursi dan selalu dikatakan sebagai konstitusinya kelompok IM karena mereka mendominasi saat penyusunan konstitusi pengganti Konstitusi 1971 zaman Hosni Mubarak—akan menjadi ujian mereka. Apabila rakyat mendukung konstitusi baru, yang memberikan kekuasaan lebih kepada presiden dan juga militer dan polisi serta memberikan tempat setara kepada seluruh rakyat Mesir tanpa pandang latar belakang mereka, baik afiliasi agama, jender, ras, pandangan politik, maupun status ekonomi, ini akan menjadi modal yang sangat berharga bagi pembangunan Mesir baru.

Pemerintah, dukungan militer, harus mampu segera memulihkan keamanan yang sekarang sangat buruk, untuk bisa keluar dari kemelut dan krisis yang berlarut-larut. Pada akhirnya masa depan Mesir di tangan rakyat Mesir sendiri, ke mana mereka hendak melangkah. Apabila tidak bisa keluar, alangkah mubazirnya Revolusi 2011 lalu.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004036658
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger