Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 18 Januari 2014

TAJUK RENCANA Jaringan Paedofil Dibongkar (Kompas)

OPERATION Endeavour yang melibatkan belasan negara, Kamis (16/1), berhasil mem-bongkar jaringan paedofil yang beroperasi melalui internet.
Jaringan paedofil itu menayangkan secara langsung gambar anak-anak Filipina yang dieksploitasi secara seksual. Menurut polisi di Filipina, Inggris, dan Australia, sebanyak 29 orang ditangkap, termasuk 11 orang di Filipina. Sebanyak 15 anak-anak yang berusia antara 6 tahun dan 15 tahun, yang menjadi korban, diselamatkan.

Sementara National Crime Agency (NCA) dari Inggris menyebutkan, dari tiga penyelidikan lain yang sedang berlangsung, sudah ada 733 tersangka diidentifikasi, yakni dari Australia, Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Kanada, Hongkong, Belanda, Swedia, Norwegia, Taiwan, Denmark, dan Swiss.

"Ini merupakan bagian dari peningkatan upaya kami mengakhiri penayangan secara langsung eksploitasi seksual anak-anak di internet untuk memenuhi permintaan para paedofil," kata Gilbert Sosa, Kepala Unit Anti-Kejahatan Siber Kepolisian Filipina.

Keberhasilan penyidikan internasional itu membongkar jaringan paedofil melalui internet perlu kita sambut gembira. Hal itu karena keberhasilan tersebut akan menghambat para paedofil dalam melaksanakan aksinya, yang sekaligus juga berarti menyelamatkan anak-anak dari kemungkinan menjadi korban para paedofil atau para predator seks.

Sosa mengatakan, eksploitasi seksual anak-anak menjadi masalah yang besar di Filipina. Kemiskinan yang ekstrem telah memaksa anak-anak ke praktik prostitusi atau bekerja di tempat yang disebut sarang seks siber. Dalam beberapa kasus, bahkan, para orangtua terlibat.

Operation Endeavour itu dimulai pada tahun 2012 setelah kepolisian Northamptonshire, Inggris, menemukan video-video tidak senonoh di komputer seorang paedofil Inggris, dan sebuah koleksi DVD hasil rekaman webcam.

Masalah yang dihadapi Filipina ini juga dihadapi negara-negara lain, termasuk juga Indonesia. Riset Terre des Hommes (TDH) memperlihatkan, potensi wisata seks anak melalui webcam (WCST) cukup besar. Riset TDH yang diadakan di Jakarta, Bandung, dan Surabaya tentang anak yang dilacurkan menunjukkan, hampir semua korban yang diwawancara mendapatkan klien secara langsung melalui media sosial, telepon pintar, atau melalui germo, yang juga menggunakan media sosial untuk mencari klien.

Itu sebabnya, kita mendukung sepenuhnya penyidikan internasional yang mencoba menghambat praktik-praktik eksploitasi seksual anak-anak melalui internet. Penyidikan internasional itu akan menyelamatkan anak-anak dari kemungkinan menjadi korban para paedofil.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004204668
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger