Cari Blog Ini

Bidvertiser

Minggu, 05 Januari 2014

TAJUK RENCANA Suasana Muram Warnai Akhir 2013 (Kompas)

DI pengujung tahun 2013, suasana muram masih mewarnai berbagai bagian dunia. Kekerasan masih terjadi di Afrika, Asia, dan Eropa.
Di Sudan Selatan, bentrokan bersenjata berlangsung antara pasukan pemerintah dan pasukan antipemerintah, yang berpotensi mengarah kepada perang saudara. Persoalannya, Presiden Salva Kiir datang dari kelompok etnis Dinka, dan mantan Wakil Presiden Riek Machar, yang memimpin pasukan antipemerintah, datang dari kelompok etnis Nuer.

Di Mesir, para mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo yang mendukung kelompok Ikhwanul Muslimin (IM) bentrok dengan personel kepolisian, sehari setelah pemerintah sementara yang didukung militer menyebut kelompok IM sebagai teroris.

Di luar itu, kekerasan masih berlanjut di Suriah dan beberapa negara Afrika lain, serta hubungan Israel dan Palestina yang tak kunjung mendekat.

Di Thailand, partai oposisi memboikot pemilihan umum yang dijadwalkan berlangsung 2 Februari mendatang, dan bergabung dalam gelombang protes yang menuntut Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mundur. Semua usul yang diajukan Yingluck ditolak para pelaku aksi unjuk rasa.

Pada saat penyelesaian atas persoalan di berbagai bagian dunia itu masih diupayakan, terjadi lagi ledakan bom di Rusia. Dalam waktu kurang dari 24 jam, ada dua bom meledak di Rusia. Pertama di stasiun kereta api, dan kedua di dalam bus. Sampai saat ini belum diketahui siapa yang bertanggung jawab atas ledakan kedua bom itu.

Kita tidak habis mengerti mengapa masih saja ada orang-orang yang menganggap bahwa penggunaan kekerasan dapat menyelesaikan permasalahan yang tengah dihadapi.

Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa penggunaan kekerasan hanya akan memicu terjadinya kekerasan, atau kekerasan-kekerasan lain. Dan, rakyat yang tidak bersalah, atau yang tidak tahu-menahu mengenai urusan itu, yang menanggung akibatnya.

Kita berharap ke depan, terutama di tahun 2014 yang tinggal satu hari lagi menjelang, dunia akan dipenuhi oleh orang-orang yang lebih mengutamakan dialog untuk menyelesaikan persoalan. Dengan berdialog, walaupun kesepakatan berhasil dicapai, orang tidak mengutamakan penggunaan kekerasan.

Dari balkon Basilika Santo Petrus pada hari Natal (25/11) lalu, Paus Fransiskus menyerukan dialog. Dan, dalam kaitan itu, ada ungkapan yang menarik yang disampaikan Paus pada saat itu, yakni perdamaian bukanlah keseimbangan kekuatan (antara) pihak-pihak yang berlawanan. Hal itu, menurut Paus, menyembunyikan konflik dan perpecahan. Perdamaian adalah komitmen harian.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003900478
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger