Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 24 Februari 2014

TAJUK RENCANA Australia Beli 8 Pesawat Patroli Baru (Kompas)

PEMERINTAH Australia menganggarkan dana 4 miliar dollar Australia untuk membeli 8 pesawat patroli P-8A Poseidon buatan Amerika Serikat.

Rencana pembelian pesawat patroli P-8A Poseidon dari Boeing itu, yang diberitakan di laman harian Sydney Morning Herald, langsung membuat kening kita berkerut. Langsung masuk ke benak kita bahwa pesawat-pesawat patroli baru itu dimaksudkan untuk menghalau perahu-perahu pencari suaka ke wilayah Indonesia.

Sepertinya, Perdana Menteri Australia Tony Abbott menangkap pemikiran kita. Saat mengumumkan rencana pembelian itu, ia langsung menolak jika dikatakan bahwa pesawat-pesawat patroli baru itu akan digunakan untuk menghalau perahu-perahu pencari suaka yang berlayar dari Sri Lanka dan Indonesia.

"Pesawat pertama diharapkan baru akan beroperasi mulai tahun 2017 dan saya kira perahu-perahu pencari suaka itu sudah akan dihentikan pada waktu itu," ujar Abbott.

P-8A Poseidon adalah pesawat multifungsi yang dikembangkan dari desain dasar pesawat penumpang Boeing 737-800, untuk menjalankan berbagai misi pengamanan maritim. Mulai dari pengawasan, pengintaian, pengumpulan data intelijen, hingga serangan anti kapal perang dan anti kapal selam.

Melihat kehebatan dari pesawat patroli P-8A Poseidon, rasanya terlalu berlebihan jika pesawat itu dibeli untuk menemukan perahu-perahu pencari suaka yang memasuki wilayah yurisdiksi laut Australia, apalagi menghalaunya. Oleh karena tugas itu dapat dilakukan dengan mudah oleh pesawat patroli AP-3C Orion yang dibuat oleh pabrikan Lockheed, AS.

Dalam kaitan itulah pernyataan Abbott bahwa ia memperkirakan pada tahun 2017, tiga tahun dari sekarang, perahu-perahu pencari suaka sudah akan dihentikan, menjadi menarik. Oleh karena, salah satu janji kampanye Abbott, tahun lalu, sebelum terpilih menjadi PM Australia, adalah menghentikan perahu-perahu pencari suaka. Untuk itu, ia akan bekerja sama terutama dengan Indonesia.

Sayangnya, hubungan Indonesia dan Australia akhir-akhir ini agak terganggu karena penyadapan yang dilakukan intelijen Australia terhadap Indonesia, termasuk juga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Belum lagi, Indonesia juga marah karena saat menghalau perahu-perahu pencari suaka, Angkatan Laut Australia melanggar wilayah yurisdiksi laut Indonesia.

Jika Abbott sungguh-sungguh ingin menghentikan aliran masuknya perahu-perahu pencari suaka, maka hubungan baik dengan Indonesia harus diperbaiki dulu. Tidak mudah memang karena luka sudah telanjur tertoreh, tetapi juga tak berarti tidak dapat dilakukan. Kesungguhan dan ketulusan diperlukan untuk memperkuat diplomasi.

Sumber: Kompas cetak edisi 24 Februari 2014 
Powered by Telkomsel BlackBerry®






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger