DUA pekan terakhir, nilai tukar rupiah menguat bertahap terhadap mata uang asing, mengindikasikan perbaikan pada transaksi berjalan.
Defisit transaksi berjalan, yang pada triwulan ketiga tahun 2013 menurut laporan Bank Indonesia sebesar 3,8 persen dari produk domestik bruto, berkurang menjadi 1,98 persen PDB pada triwulan keempat. Nilai tukar rupiah, yang anjlok melampaui Rp 12.000 per dollar AS pada awal Desember 2013, sejak dua pekan terakhir cenderung menguat kembali di bawah Rp 12.000 per dollar.
Penguatan tersebut disebabkan beberapa faktor, antara lain neraca perdagangan yang positif selama triwulan terakhir tahun lalu, sementara dalam tiga triwulan sebelumnya negatif. Neraca pembayaran juga membaik sejalan dengan menurunnya impor karena pelemahan rupiah dan terjadinya surplus transaksi modal dan finansial.
Meskipun ekonomi AS dan Uni Eropa mulai tumbuh, yang berarti membuka peluang pasar ekspor, kewaspadaan tetap harus dijaga. Sudah ada peringatan dari sejumlah pihak bahwa perbaikan ekonomi tersebut belum stabil.
Ekonomi nasional seharusnya memang ditumpukan pada kekuatan di dalam negeri dan atas usaha sendiri. Akibat terlalu menggantungkan pada kondisi global sudah kita rasakan sepanjang tahun 2013, yaitu ketika harga komoditas global jatuh saat Bank Sentral Amerika mengumumkan pengurangan bertahap stimulus moneter. Impor berbagai produk barang konsumsi yang meningkat dari tahun ke tahun memperlihatkan lemahnya industri nasional yang praktis tak tergarap setelah tahun 1998.
Pemerintah sudah mengumumkan langkah-langkah untuk mengurangi dampak gejolak keuangan global, antara lain memperkuat industri dalam negeri melalui insentif pajak bagi investor yang melakukan riset dan inovasi. Ketegasan pemerintah mendorong pengolahan mineral di dalam negeri sudah mendatangkan investor asing yang membuka lapangan kerja dan alih teknologi. Hal ini juga membangun kepercayaan Indonesia konsisten melaksanakan rencana pembangunannya.
Dalam konteks ini, penegasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar para menteri kabinet fokus pada tugas sebagai menteri sebetulnya tak perlu lagi. Sudah seharusnya para menteri pertama-tama dan terutama melaksanakan tanggung jawabnya kepada rakyat. Bahkan seharusnya tidak ada hari yang tidak digunakan melakukan tugasnya karena telah digaji dengan uang rakyat sebagai menteri.
Indonesia dianggap berhasil melalui gejolak keuangan dunia. Indonesia juga menjadi salah satu tujuan investasi asing. Indonesia juga sudah memasuki periode bonus demografi yang harus dimanfaatkan maksimal agar lepas dari jebakan negara berpenghasilan menengah.
Memanfaatkan peluang tersebut untuk kemakmuran rakyat membutuhkan kerja keras, konsistensi, dan bekerja detail. Hal ini tidak dapat dilakukan dengan menyambi kampanye untuk partai politik masing-masing.
Sumber: Kompas cetak edisi 24 Februari 2014
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar