Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 25 Februari 2014

TAJUK RENCANA Daya Dukung Perkotaan Kita (Kompas)

JAKARTA  kembali banjir! Itu judul berita utama harian ini, Minggu (23/2). Sebenarnya sudah tidak perlu lagi kita komentari berita itu.
Namun, Minggu kemarin itu, tidak sedikit warga yang harus mengungsi lagi. Kita terus solider terhadap warga yang kembali harus menderita akibat banjir. Harapan tak henti-hentinya kita angkat, semoga ada jalan keluar yang bisa segera ditemukan untuk menanggulangi masalah banjir di Ibu Kota dan kota-kota lain.

Dalam kaitan ini, menarik pernyataan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho. Ia menyebutkan, dalam perspektif bencana hidrometeorologi, kondisi Jakarta ada dalam posisi sangat rentan. "Hujan lokal dapat menyebabkan sebagian wilayah tergenang. Dengan kondisi 90 persen wilayah terbangun, lebih dari 85 persen air hujan yang turun menjadi aliran permukaan," ungkap Sutopo.

Apakah benar bahwa dalam satu kota 90 persen wilayahnya boleh dibangun? Selain itu, harus kita akui, infrastruktur perkotaan yang ada sudah tidak sanggup lagi menghadapi perkembangan—kalau bukan kemunduran— yang ada. Pernah disebutkan, banyak di antara gorong-gorong di Ibu Kota berasal dari era 1970-an. Kalau itu benar, paling tidak diameter gorong-gorong tersebut harus diperbesar tiga kali ukuran sekarang.

Namun, kita juga tahu, asal muasal banjir bukan hanya di perkotaan. Kondisi hulu, dalam hal Jakarta ada di gunung-gunung serta dataran tinggi di wilayah Bogor dan Jawa Barat lainnya, sedikit atau banyak berperan dalam penggelontoran air di Kota Jakarta.

Kita dukung prakarsa pembuatan dua waduk di dekat hulu sungai yang berpotensi meluap manakala hujan lebat terjadi. Namun, yang tidak kalah penting, upaya bersama memelihara lingkungan di kawasan atas sana agar ada hutan atau tanah yang juga menahan laju air.

Sebagian menyebutkan, oleh sebab fenomena perubahan iklim atau pemanasan global, curah hujan lebih tinggi, sehingga kita perlu usaha ekstra untuk menghadapinya.

Kita ingin menegaskan usaha ekstra untuk menghadapi banjir, apakah disebabkan kesalahan tata ruang, atau karena ketidaksanggupan infrastruktur, atau kerusakan lingkungan di hulu, atau juga karena cuaca ekstrem.

Kita yakin, tanpa concerted effort atau ikhtiar bersama dari berbagai penyebab di atas, setiap musim hujan datang, kita akan mendengar berita tentang bencana yang sama, penderitaan yang sama, dan—mohon maaf—kekonyolan yang sama.

Kita mengapresiasi upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI. Namun, mengingat permasalahannya amat besar, tampaknya upaya tersebut belum memadai.

Jika perlu, kita ringkaskan saja, dari setumpuk permasalahan Ibu Kota, yang paling pokok adalah banjir dan macet. Usaha kita terutama adalah untuk menanggulangi kedua masalah di atas.

Sumber: Kompas cetak edisi 25 Februari 2014
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger