Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 22 Februari 2014

TAJUK RENCANA Mesir Mengingkari Revolusi 2011 (Kompas)

Pengadilan terhadap 20 wartawan, baik dari dalam maupun luar negeri, menumbuhkan pertanyaan tentang nasib Revolusi 2011.

Salah satu tujuan revolusi Mesir, yang dikobarkan oleh kaum muda untuk menggusur pemerintahan yang dianggap diktator di bawah pimpinan Presiden Hosni Mubarak, adalah lahirnya pers bebas. Kebebasan pers ini sebagai bagian dari tujuan utama revolusi, yakni menjadikan Mesir sebagai negara demokrasi; sebuah sistem negara yang mengakui pluralitas, menghormati hak-hak asasi manusia, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, serta memberikan ruang bagi kebebasan berpolitik, kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan berkumpul, dan tentu saja kebebasan pers.

Akan tetapi, ketika revolusi baru berusia tiga tahun, cita-cita perjuangan kaum muda yang menginginkan, mendambakan perubahan itu mulai diingkari. Kembalinya militer ke panggung kekuasaan, dengan menyingkirkan presiden pertama yang dipilih secara demokratis atas nama keinginan rakyat, menjadi awal terhentinya gerak roda revolusi yang mengusung demokratisasi.

Dan, kini pengadilan terhadap wartawan mempertegas semua meski bukan berarti wartawan imun atau tidak bisa diadili. Hanya saja, yang terjadi di Mesir menjadi sangat menarik karena para wartawan, misalnya wartawan Al Jazeera, yang diadili dituduh telah membantu "organisasi teroris" dengan memberikan dana dan perlawatan komunikasi. Yang dimaksud dengan "organisasi teroris" adalah Ikhwanul Muslimin.



Berangkat dari titik ini, kita ingin menjelaskan bahwa jurnalisme tidak sama dengan terorisme. Bagi penguasa, barangkali, berita-berita yang disiarkan oleh televisi dari Qatar itu dirasakan sangat keras, meneror, atau memunculkan fakta yang sebenarnya sehingga mencoreng wajah penguasa. Andaikan benar demikian, sebenarnyalah media telah melaksanakan peran yang semestinya. Bukankah sering dikatakan bahwa media adalah pilar keempat demokrasi? Dengan demikian, suara-suara untuk menegakkan demokrasi harus terus disuarakan dan hal-hal yang dianggap menghalangi tegaknya demokrasi juga harus dilawan.

Memang, Mesir sekarang memasuki tahap yang penting sekali, kritis. Kesalahan melangkah, yakni memberikan peluang militer untuk kembali berkuasa, akan membuat Revolusi 2011 menjadi tidak berarti. Memang setiap negara membutuhkan kehadiran militer, tetapi tidak untuk mencampuri urusan pemerintahan dan politik, melainkan untuk membela, mengamankan bangsa dan negara dari ancaman, baik luar maupun dalam.

Kita berharap pengadilan terhadap para wartawan tersebut tidak menjadi pintu bagi pembungkaman kebebasan pers di negeri itu, seperti pada masa lalu.

Powered by Telkomsel BlackBerry®





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger